" Hubby nanti temenin ke salon ya."
"..."
Wendy diam saja. Ia fokus menyetir sambil mendengarkan lagu yang sedang di putar.
" Wan?" Panggil Irene. Ia menekuk kerut keningnya hingga Irene menyenggol lengan Wendy.
" Wannie!"
" Apa?"
" Kau kenapa?"
" Tidak ada."
" Ya!" Irene menatap Wendy yang nampak acuh.
" Wannie kenapa!? Dari kemarin selalu seperti ini!" Irene hampir naik darah karena dia di abaikan Wendy.
" Tidak ada."
" Apanya yang tidak ada!?"
" Aku hanya menikmati lagu."
" Wannie bohong! Kau marah denganku? Wae?"
" Tidak ada. Lupakanlah." Kata Wendy yang sedikit meninggikan suaranya. Irene terdiam kejut. Ia tidak nyaman di dalam mobil dengan Wendy sekarang karena suasana sedikit tidak mendukung.
" Kau cemburu?"
" Ani."
" Lalu kau kenapa!? Marah tidak jelas denganku!"
" Memangnya aku terlihat marah padamu?" Tanya balik Wendy sambil memutar kemudinya di bundaran.
" Katakan saja ini karena Suho! Ya kan?"
" Biasa saja."
" Kau ini!!" Kesal Irene sampai ia habis kesabaran.
Sampailah mereka di parkiran sekolah. Wendy keluar duluan dari mobil. Biasanya ia akan ke pintu seberang membukakan nya untuk Irene. Tapi kali ini tidak. Irene membuka lebar mulutnya. Melihat Wendy yang ke pintu belakang, mengambil tasnya di sana.
" Kau benar-benar Wendy!" Ucap Irene yang berlalu duluan meninggalkan Wendy disana. Pria itu menutup pintu mobilnya kemudian ia kunci. Ia berjalan di belakang Irene dengan jarak yang lumayan jauh.
Pandangan anak-anak melirik Wenrene. Keduanya sedikit menjauh dan tidak ada pandangan mata untuk romantis.
Suram sekali bahkan senyum tidak muncul. Apa masalahnya hingga siswa lain penasaran dengan Wenrene yang memberi jarak renggang?
----
Ciitt~~!!! Sebuah mobil berhenti di depan gedung sekolah saat jam pulang. Pintu di buka dan terlihatlah Jennie yang tersenyum kecil sambil mengeluarkan setengah badannya di atap mobil.
" Jadi....?" Tanya Jennie pada Irene sambil menyetir tenang mobilnya. Ia sempat membuang nafas panjang.
" Kau tanya saja pada sahabat mu itu!" Jawab cetus Irene. Jennie mengangkat alisnya sambil mengangguk kecil. Paham akan maksud Irene.
----
" Tenanglah..." Genggaman tangan berakhir di sana. Wendy melihatnya dan dia lebih memilih melepas sentuhan itu.
" Akan aku hubungi Jisoo." Kata Wendy membuat Rose membanting tubuhnya di kursi sambil menyaut minumannya di meja.
Dia tidak bisa berbuat apa-apa lagi untuk bisa dekat dengan Wendy kembali. Contohnya saja tadi! Wendy benar-benar tidak mau di sentuh Rose. Ia lebih memilih menjaga perasaan Irene meski kekasihnya tidak tau apa yang sedang ia lakukan sekarang dan dimana dia berada.
Karena merasa ini seperti kencan buta, jadinya Wendy menelpon Jisoo untuk datang dan mereka berakhir bertiga di kafe itu.
" Bagaimana kabarmu Rose?" Tanya Jisoo yang tidak akan melunturkan senyumannya sebagai sapaan baik pada Rose.
" Baik Oppa. Kau? Emm... bagaimana soal wanita?" Jisoo tertawa. Ia memberi gelengan, meng-kode pada Rose jika dia masih belum mau pacaran.
Jisoo menatap Wendy sekarang. Melihat pria itu melamun sambil mengetuk kecil jari telunjuknya di meja.
Flashback on
" Kau sendirian?"
" Mhh.. seperti yang kau lihat."
" Akan aku bantu."
" Gwaenchanha Suho. Aku bisa sendiri."
" Tidak apa. Lagian kau kuat menggeser lemarinya?" Irene terdiam. Suho tersenyum sambil berlalu ke sisi kanan lemari rak dokumen OSIS.
" Akan aku bantu." Akhirnya Irene bergerak. Wanita itu mendorongnya perlahan di sisi lain untuk membantu Suho menggeser lemari.
" Aw!" Rintih Irene karena jarinya terjepit hingga dia merintih hampir menangis.
" Oh! Mianhe Irene!" Kata Suho yang mendekati Irene memegangi ujung jari manisnya.
" Gwaenchanha?" Suho memegang tangan Irene. Mengelus pelan agar denyutan sakitnya tidak terasa lagi.
" Masih sakit?" Irene memberi gelengan nya.
Ceklek!! Pintu ruang OSIS terbuka. Terlihatlah Wendy di ambang pintu yang menyipitkan matanya, menatap kekasihnya hanya berdua di sini dengan ketua OSIS itu.
Irene menarik tangannya saat mendapatkan Wendy sudah menjemput. Suho berbalik menatap Wendy kemudian ia tersenyum sapa. Wendy tidak membalasnya. Ia langsung berbalik, melangkah menjauh seraya dengan Irene yang pamit pada Suho untuk pulang duluan. Kemudian ia menyusul Wendy di ujung koridor dengan sedikit berjalan cepat.
Flashback off
" Wendy." Sentuh Rose di lengannya. Wendy membuyarkan lamunan sambil meraih minumannya seperti tidak terjadi apa-apa.
Jisoo memperhatikan Wendy. Ia melirik Rose yang menyandarkan tangannya di meja, menopang pipinya hanya untuk menatap geleng kecil Wendy di sampingnya.
Triple update coming soon👌