6. Reminisce

2.6K 341 57
                                    

"Daniel, benar ya kau sanggup menjaga Aeri? Aku harus mengantar Rosie ke pelabuhan."

Daniel yang sedang membersihkan meja pun mengangguk. "Tenang saja Nuna, aku akan menjemput dan menjaga Aeri selagi Nuna pergi."

Lisa mengangguk, kemudian mengantar Rosie menggunakan taksi.

"Rosie, aku tahu ini pembahasan yang sensitif, tapi ... apa kau tidak ingin menikah?"

Rosie tertawa kecil mendengarnya, perpisahan orang tua Rosie ketika umurnya sepuluh tahun adalah penyebab utama. Rosie kecil membawa traumanya ke masa depan.

"Sebenarnya ... ada tiga lamaran datang untukku." Rosie berbisik, sedangkan mata bulat Lisa berbinar.

"Mwo? Terimalah kalau begitu salah satunya. Siapa saja?" Lisa penasaran.

Rosie mengulum bibirnya, "Ketiganya teman kuliah kita dulu." Lalu Rosie tersipu sendiri.

"Siapa-siapa?"

"Kau ingat itu ... Jaehyun, June dan Chanyeol? Mereka semua."

"Wah, kau pilih yang mana?" Lisa mulai penasaran.

"Sayangnya, aku sedang tidak terburu-buru. Aku masih ingin berkarier. Kalau aku ingin yang tertampan dan perhatian, tentu aku pilih Jaehyun. Kalau aku ingin yang paling mapan dan serba bisa, tentu aku pilih Chanyeol. Kalau aku ingin yang humoris tapi memiliki suara lembut dan mahal, tentu aku memilih June. Tapi---pernikahan bukan tentang itu saja, banyak yang harus dipertimbangkan. Pernikahan itu sakral, aku hanya mau menikah sekali seumur hidupku."

Lisa mengusap pundak sahabatnya, Rosie terbawa suasana.

"Iya aku tahu, kalau menikah jangan lupa mengundangku, kau harus langsung kesini." selanya. Rosie mengangguk pelan. Setelahnya, Lisa menatap jendela taksi yang berembun. Cuaca selalu dingin, sejenak jeda tercipta.

"Lice?" Rosie memanggil. Lisa menoleh, "Hm?"

"Apa yang akan kau lakukan jika bertemu dengannya?"

Pertanyaan yang menyudutkan itu membuat nyali Lisa menciut, wanita itu hanya menggeleng setelah mengembuskan napas besarnya. Seolah---beban hidupnya memang seberat itu.

"Mainan untuk Aeri sedang dalam perjalanan, dia pasti senang. Aku sendiri yang mendesain." Rosie mengalihkan pembicaraan, tidak nyaman juga jika terjebak canggung bersama sahabat sendiri.

"Iya terimakasih."

.
.
.

"Kenapa tidak naik pesawat saja, Rosie?"

Rosie yang sedang menelan camilan menjawab, "Kau tidak akan tahu seberapa indah laut jika kau hanya mengharap langit."

"Disana---" Rosie menunjuk air dengan kapasitas tak terbatas, "Banyak keajaiban. Bagi pecinta samudera, banyak bintang tergambar disana ketika malam. Ketika senja, lumba-lumba ikut serta dalam perjalanan. Ketika pagi, puluhan burung walet terbang dari arah timur, angin laut tidak ada duanya. Suhunya---kau tahu, aku rela jika harus mati karena tenggelam disana."

Sebegitu indahkah lautan? Pantas saja Sehun mencintainya.

"Kau bahkan bisa mengantarku masuk kedalam kapal. Kalau kau mau."

Lisa mengangguk, di sisi dermaga, nahkoda siap masuk ke dalam kapal. Mereka berlayar beberapa jam lagi.

Reminisce: mengenang.

✅Autumn; Time Leaves | Sehun Lisa hunlisTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang