10. Daniel

3K 220 19
                                    

Sehari sebelum Lisa dan Aeri berangkat ke Seoul

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sehari sebelum Lisa dan Aeri berangkat ke Seoul...

Uncle... tolong bujuk Mama... Aeri tidak mau meninggalkan Uncle...

Gadis kecil itu bergelayut pada kedua lutut Daniel. Kedua mata bulat itu digenangi air.

“Kalau Mama mau pulang bersama Papa boleh saja... asal Aeri tetap bersama Uncle...”

Daniel bingung harus apa, Lisa sangat mendadak berbicara tentang kepindahannya, dia juga tidak mau berpisah dengan Aeri. Di satu sisi, Lisa ingin agar Daniel membujuk agar Aeri mau dibawa pulang ke Seoul, di sisi yang lain, Aeri memintanya untuk membujuk Lisa agar tak membawanya pergi.

Daniel menggendong gadis kecil itu, kedua matanya sembab. Pipinya basah, ia tersenyum lalu menghapus air mata yang mengalir pada wajah kecil itu.

“Aeri sayang Mama, kan?”

Aeri sesenggukan, tetapi mengangguk.

“Kalau Mama bahagia, apakah Aeri bahagia?”

Aeri tidak menjawab, ia masih sesenggukan, lalu akhirnya mengangguk.

“Jika kebahagiaan Mama adalah kembali bersama Papa di Seoul, bukankah Aeri juga harus senang?”

Gadis kecil itu menoleh kearah lain, bibirnya mengerucut sebal.

Daniel tersenyum, lalu memeluk anak kecil itu. Bisa dirasakan Aeri menangis lagi.

“Bukankah Aeri sering bilang bahwa Mama selalu sedih? Ini adalah kesempatan untuk membuat Mama bahagia... Aeri cukup menjadi anak yang penurut, kau akan mendapatkan kebahagiaan yang melimpah dengan tinggal bersama kedua orang tuamu...”

Aeri bergeming, kedua tangannya merangkul leher Daniel begitu erat. Tidak mau melepaskan.

“Tapi Aeri akan berpisah dengan Uncle...” isaknya pelan.

Daniel menepuk-nepuk punggung Aeri, supaya tidak menangis lagi.

Uncle...” ia memanggil.

“Hm?” Daniel menyahut.

“Nyanyikan lagu tidur...”

(Play mulmed, Lost Stars — Adam Levine)

Please don't see just a boy caught up in dreams and fantasies...”

[Janganlah kau hanya melihat seorang anak terperangkap dalam mimpi dan fantasi]

“Please see me reaching out for someone I can't see”

[Kumohon lihatlah aku yang menggapai seseorang yang tak bisa kulihat]

“Take my hand let's see where we wake up tomorrow”

[Raihlah tanganku, mari kita lihat dimana kita terbangun esok hari]

“God, tell us the reason youth is wasted on the young”

[Tuhan, beritahu kami alasan masa muda kami di sia-siakan]

“It's hunting season and the lambs are on the run…”

[Ini musim berburu dan para domba berlarian]

“Searching for meaning...”

[Mencari-cari makna]

“But are we all lost stars, trying to light up the dark?”

[Tapi apakah kita semua bintang yang hilang, yang berusaha menerangi gelap malam?]

“Who are we? Just a speck of dust within the galaxy?”

[Siapakah kita? Hanya sebutir debu di galaksi?]

“Woe is me, if we're not careful turns into reality”

[Siallah aku, jika kita tak hati-hati, berubah jadi kenyataan]

“Don't you dare let our best memories bring you sorrow”

[Jangan kau berani-berani biarkan kenangan terbaik kita membawa duka padamu]

“Turn the page maybe we'll find a brand new ending”

[Baliklah halamannya mungkin kita kan temukan akhir yang benar-benar baru]

“But are we all lost stars, trying to light up the dark?”

[Tapi apakah kita semua bintang yang hilang, yang berusaha menerangi gelap malam?]

.
.
.

✅Autumn; Time Leaves | Sehun Lisa hunlisTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang