1. Two Cool In School

36 4 0
                                    

Bel istirahat berbunyi nyaring. Aku masih sibuk mencatat dari buku paket yang sudah di katakan ketua kelas. Tadi, guru mengajar sedang ada halangan jadi kami hanya di beri tugas untuk meringkas bab dua dari buku paket.

" Nhara!. Lo mau ke kantin nggak?." Suara nyaring Tiara yang berada di pintu masuk, memasuki pendangaranku. Dia teman satu SMP ku.. aku menunjukkan buku paket dan tulisku.

" Ck. Lo jangan kerajinan kayak gitu. Itu bisa di lanjut nanti." Ia berjalan ke arahku menutup buku paket buku tulis dan bulpoinku, lalu menarikku menuju kantin.

" Tapi tiara, aku nggak laper." Dia berhenti. Menatapku.

" Berarti lo temenin gue makan." Tiara lanjut menarikku ke kantin. Keadan kantin sudah ramai oleh murid. Mungkin karna bel sudah berbunyi sejak tadi.ku lihat ada bangku yang masih kosong. Sebelum mengatakannya pada Tiara, Tiara sudah menarikku kesana.

" Lo tunggu gue disini. Gue pesinin minum buat lo. Jus jambu kan?." Tanyanya.

" Kamukan udah hafal. Ngapain masih tanya?."

" Yaa kan gue memastikan. Lo tunggu disini. Jangan balik sebelum gue dateng." Tiara pergi dari hadapanku entah menghilang kemana aku tidak tahu. Ku kelluarkan ponselku untuk mengusir suara bising. Aku tak terlalu suka keramaian. Biasanya, untuk mengusir suara bising,aku memutar lagu kesukaanku. Memasang earphoneke telinga, mengangguk anggukkan kepala mengikuti irama lagu yang terdengar.

Tak begitu lama menunggu, Tiara sudah kembali membawa dua minuman dan satu mangkuk bakso dengan di bantu salah satu siswa di sebelahnya. Entah dari mana dia menemukannya. Aku tersenyum mengambil jus jambu pesanan ku. Saat Tiara masih asyik mellahap baksonya, suara teriakan histeris dari berbagai penjuru kantin, membuatku menoleh mencari sumber suara yang membuat para siswi itu berteriak.

" Ryan sama Arvan nggak bosen apaya? Denger suara teriakan fans-nya?." Tanyaku setelah mengetahui Arvan dan Ryan masuk kedalam kantin. Mereka menggunakan kaus olahraga, dengan keringat yang masih bercucurun di wajahnya.. tak lupa mereka menenteng botol air minum.

" Yaa tuhan. Betapa indahnya ciptaan mu." Aku menatap Tiara tak percaya. Bukankah dia sudah punya pacar?.

" Kamu udah putus sama Bagas?." Dia menatapku dengan kaget.

" Dari mana kamu menyimpulkan perkataan yang bukan fakta?."

" Terus kenapa masih suka sama mereka?." Tanyaku bingung,

" Ya than Ra. They are is two cool in this school. So, no problem dong, if we like there."

" Tapiu kan Tiara, kamu udah ada bagas!."

" Santai aja. Bagas nggak bakal cemburu. Percaya sama gue."

" Ya udah deh, terserah kamu. Kamu cepetan makannya. Soalnya aku ngak suka ramai."

" Bentar lagi pasti anak laki laki pada kesini."

" Sabar dong Ra.gue makannya tuh pakai perasaan.''

Baiklah kalau sudah seperti itu, dia tidak mau di ganggu lagi. Aku kembali mesasang earphoneku. Menunggu Tiara selesai makan.

Kulihat Tiara berhenti memakan baksonya. Menoleh kearah samping. Aku ikut menoleh.

" Ini tempat kita." Salah satu dari dua cowok ini, mengucapkan kalimat yang singkat, padat, tapi nggak jelas.

" Lho kok tempat kalian. Kan kita duluan yang kesini."

" Udah deh nggak papa. Ayo Ra. Kita balik kekelas." Tiara sudah mulai menarik lenganku untuk pergi.

" Bentar Tiara." Aku melepas tarikan Tiara. Mendekati mereka yang sudah duduk.

" Kalian nggak pernah tahu kata sopan? Kalau kalian mau duduk disini,seenggaknya kalian bisa bilang baik baik. Permis kek. Apa kalian nggak bisa lihat Tiara? Tiara belum selesai makan.dan kalian dengan seenaknya, bilang bahwa tempat kalian? Padahal sudah jelas, kami yang lebih dulu disini."

" Lo jarang ke kantin?." Tanya Arvan yang mlenceng jauh dari maksud pembicaraanku.

" Apa hubungannya dengan jarang kekantin?." Tanya ku bingung.

" Lo jarang kekantin? Sampai-sampai lo nggak tahu kalau ini udah tempat biasa kami."

" Bukan karna aku jarang kekantin. Aku tahu ini tempat yang biasa kalian tempati. Tapi bukan karna itu, kalian bisa mengklaim tempat umum ini jadi milik kalian."

" Udah Ra, gue udah selesai kok makannya."

" Jelas-jelas bakso kamu masih banyak Ra. Bentar." Aku kembali menatap Arvan dan Ryan yang menatapku.

" Memang kalian adalah dua kedinginan yang di sukai banyak siswi. Dua kedinginan yang terkenal. Dua kedinginan yang di patuhi perintahnya saat di depan fansnya. Tapi, sebagai pemberitahuan, kami bukan fans mu yang akan menurut apa yang kalian katakan."

" temen lo aja rela." Ucap Ryan.

" Ra. Banyak yang nglihat kesini. Mending kita pergi sekarang." Bujuk Tiara lagi.

" Kami memang sudah tidak butuh tempat ini. Tapi lain kali, jika ada yang menempati ini lebih dulu dari kalian dan kalian merebutnya , fikirkan terlebih dahulu. Bagaiman jika kalian yang berada di posisi mereka." Aku segera pergi dari sana, tapi tiba tiba aku teringat sesuatu. Aku kembali ke meja mereka, mengambil jus jambuku yang tertinggal.lalu segera pergi dari sana.

***

Ryan Putra Ardinata. Laki laki keren, ganteng, dan dingin ini adalahsalah satu dua kedinginan yang berada di sekolahku. Yang ku tahu tentangnya adalah dia pewaris tungal seluruh kekayaan kelurgs turun menurun mereka. Dulu ayahku pernah bekerja di perusahaan orang tua Ryan. Tapi itu dulu, sekrang sudah pindah di perusahaan lain. Yang tidak lain adalah perusahaan milik orang tua Arvan. Arvan Akbar Pramudya. Laki laki yang karakternya sebelas-du belas dengan Ryan. Sifat nyebelin lainnya adalah pemaksa, keras kepala dan tak suka di bantah.

Sebagia informasi tentang mereka ku ketahui dari ayah. Sebagian lagi kalau bukan Tiara siapa lagi?. Tiara itu fans berat mereka. Walaupun Tiara sudah punya Bagas yang berstatus sebagai pacarnya. Tapi, Tiara masih saja mengidolakan mereka. Entah apa yang ada di fikirannya.

***

TWO COOL IN SCHOOLTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang