10. Sofa

14 1 0
                                    

Aku sudah siap dengan kaos olah raga di tanganku. Bel masuk sudah berbunyi sejak 20 menit yang lalu. Para siswa juga sudah banyak yang pergi ke lapangan basket. Hari ini aku memutuskan ikut bermain. Aku belum tahu siapa lawanku nanti. Aku hanya sebagai cadangan. Karna pemain inti sudah pas. Revan. Ketua kelasku menatapku dari atas sampai bawah ketika aku datang mengajukan diri ikut bermain.

" Lo beneran bisa main basket?." Tanyanya ragu.

Aku mengeluarkan ponselku. Memperlihatkan piala dan piagam di rumah yang ku dapatkan ketika aku masih di tempat tinggalku yang dulu.

" Ok. Tapi lo Cuma bisa jadi cadangan. Soalnya inti udah pas."

" Nggak papa kok."

Mereka pergi menuju lapangan basket. Sedangkan aku pergi ke kamar mandi untuk ganti baju. Ku uncir kuda rambut sepunggungku. Tiara dan Jihan belum tahu. Jadi aku akan keluar saat aku di panggil saja. Samar-samar ku dengar suara suporter terdengar. Juga host di sekolah ini. Aku tahu dari Jihan Kalau Tiara ikut juga. Aku tersenyum saat mendengarnya.

" Nhara." Aku menoleh. Mendapati Revan ada di ambang pintu ruang ganti.

" Kenapa?." Tanyaku.

" Si Wawan nggak masuk. Lo ganti gih."

" Aku main sekarang?." Tanyaku memastikan.

" Iya. Udah ayo."

Aku ikuti Revan keluar ruang ganti menuju lapangan. Di kelasku hanya ada 2 cewek yang ikut. Zahra dan aku. Sekarang kelas X MIPA 1 dan X MIPA 2 sedang tanding. Kami hanya melihat mereka bermain. Sesekali menyemangati.

Saat kami sedang asyik menonton final anak kelas X, ku lihat Wawan datang. Aku mnghela nafas. Kalau Wawan datang, berarti aku nggak jadi main. Tapi, tak apa.

" Sorry. Gue telat." Ucapnya ngos-ngossan. Aku yang menggenggam botol air minum memberikannya ke pada Wawan. " Nih Wan, minum dulu."

" Thanks." Wawan meminumnya hingga habis. Aku tersenyum.

" Sorry ya Ra. Berhubung Wawan ada. Lo nggak jadi main." Ucap Revan meminta maaf.

" Santai aja. Nggak papa."

" Eh. Lo ikut Ra?." Tanya Wawan ketika sadar kalau ada aku di sekitrnya.

" Iya. Tapi nggak jadi. Lo sih. Pakai acara dateng segala." Mereka tertawa mendengar ucapanku.

" Ok. Kita mulai Kelas XI. Pertama main, kelas XI MIPA 1 dengan XI MIPA 4."

Semua bertepuk tangan menyambut ke dua tim. Ku lihat Ryan Arvan ikut andil dalam pertandingan ini. Aku yakin seratus persen kalau mereka pasti menang. Aku pernah melihat mereka bermain basket di lapangan ketika pulang ekskul. Gerakan mereka gesit sekali. Mereka juga cekatan. Aku bahkann sering melihat mereka bermain basket di gor yang mereka sewa bersama beberapa temannya.

TWO COOL IN SCHOOLTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang