Bel pulang berbunyi sejak 15 minit yang lalu. Beberapa siswa sudah banyak yang pulang. Sementara hujan terus mengguyur. Sejak tadi aku sudah gemas ingin menerjang hujan. Tapi, aku ingat kalau seragam yang ku kenakan masih di pakai untuk besok. Tiara sudah pulang dengan bagas tadi, mereka menaiki motor bagas, menerjang hujan bersama.
30 menit berlalu, para murid sudah mulai pulang. Hanya ada beberapa yang belum. Menunggu jemputan atau apa. Aku mulai bingaung antara ingin menelfon atau tidak karna hari sudah mulai gelap. Jam menunjukkan pukul 16.45. aku sejak tadi sudah ingin menelfon kakak. Tapi, aku takut ia marah karna aku mengganggu waktunya.
Sebuah pesan masuk. Aku membuka pesan dari salah satu teman ku itu.
Jihan : lo ingat kan ra?. Nanti malam kita ada belajar kelompok di rumah gue.
Nhara : aku inget kok. Nanti aku usahain dateng.
Jihan : ok
Di sekolah ini hanya ada empat orang saja yang mengetahui nomerku. Yang pertama tiara. Kedua jihan lalu bagas. Dan yang terakhir adalah arvan. Kenapa? Karna ayahku pernah menelfonku menggunakan ponsel arvan untuk menghubungiku supaya menjemput ayah di kantornya.
Ayah juga bilang kalau nomorku masih tersimpan di ponsel arvan. Entah dia tahu atau tidak, aku tak tahu. Aku kembali menatap hujan. Hujannya sudah tida sederas tadi. Tapi sama saja. Jika aku terjang, aku akan basah kuyup sampai rumah.
" Lo belum pulang?." Aku menatap lakilaki yang berdiri di sebelahku. Memastikan bahwa orang yang menanyaiku itu benar seperti dugaanku.
" kalau udah aku nggak disini, tapi ada di rumah." Jawabku seadanya.
" Pulang barebg gue." Dia pergi ke arahmobilnya. Aku hanya menatapnya tanpa ada niatan mngikutinya. Saat dia ingin membuka pintu, dia menatapku. Selang beberapa menit, dia masuk kedalam mobilnya. Yah, aku tahu, dia pasti hanya menawari karna kasian.
Sebuah pesan masuk ke ponselku. Dari ayah.
Ayah : kamu masih di sekolah?
Nhara : masih. Ayah mau jemput Nhara?
Ayah : nggak
Aku tahu, mengharapkan ini tidak akan pernah terjadi.
Ayah : tadi ayah bilang ke Arvan buat antar kamu pulang
Pim-pim
Suara klakson mwmbuatku menatap mobil putih yang berhebti di depanku.
" Masuk." Arvan membuka kaca mobilnya.
" Eh, aku?." Tanyaku menunjuk diriku sendiri. Dia hanya menganggukku. Aku menghelanafas. Membuka pintu belakang. Saat aku ingin masuk, lengan Arvan menahanku.
" Gue bukan sopir lo." Aku menatap Arvan bingung.
" Aku nggak bilang kamu sopirku." Ucapku.
" Ck. Duduk depan." Arvan melepas cekalannya. Mentup kaca mobil. Masa iya aku duduk di depan? Tapi, baiklah. Aku memutari mobil Arvan. Masuk ke dalam mobil memasang sabuk pengaman.
Mobil Arvan melaju meninggalkan sekolah. Tiba tiba aku teringat sesuatu.
" Emang kamu rumah kua Ar?." Tanyaku sambil menatapnya.
" Hmmmmm." Ck. Dia masih fokus dengan setir dan jalanan. Arvan memilih jalan yang sepi.
" Semua orang tuh butuh jawabannya iya atau nggak. Bukan hmmm." Ucapku mengingatkannya.
" Iya."
" Iya apa?."
" Rumah lo."
" Rumah aku kenapa?." Tanyaku bingung menatapnya.
" Ck. Gue tahu rumah lo!." Aku tersenyum mendengar jawabannya walaupun terdengar sangat jelas kalau dia kesal.
" Nah gitu dong.kamu tuh kalau ngomong yang jelas. Nggak papa singkat, padat, tapi harus jelas. Kasian kan kalau mereka bingung."
" Lo nya aja yang lemot." Aku cemberut.
" Emmmm. Aku mau nyalain musik bolehkan?." Tanyaku meminta izin agar dia tidak terganggu.
" Hmmmm." Bener-bener nih anak. Aku membuka ponsel, mencari aplikasi musiku, mencari file BTS. Aku sedang ingin mendengar lagu baru BTS. 'ON'. Aku belum terlalu hafal bagian verse pertama bagian Jimin dan V. Yang aku ingat sementara adalah pre-chorus dan chorusnya.
Hey na na na
Michiji anh-eulyemyeon micheoyeohae
Hey na na na
Naleul da deonjyeo idujjog sesange
Hey na na na
Can't hold me down cuz you know i'm fighter
Jeballo deuleoon
Aleumdaun gamog
Find me and i'm gonna live with ya
Ku rasakan mobil berhenti. Aku menatap sekitar, ini bukan sekitar rumahku, kenapa Arvan berhenti? Saat aku menoleh ke arah Arvan, justru Arvan turun dari mobil, membuka cap mobil depan.
Ku lepas earphoneku, iut keluardari mobil. Aku berdiri disebelah Arvan. Masa bodoh dengan seragam . aku bisa mengeringkannya nanti malam. Aku sekarang harus cepat pulang.
" Kenapa Ar?." Tanyaku setelah berada di sebelah Arvan.
" Lo ngapain?." Tanyanya tanpa melihat ke arahku.
" Mau bantu kamu." Ucapku yakin.
" Emang lo bisa?." Dia menoleh ke arah ku sekilas.
" Bisa." Ku amati Arvan yang masih sibuk berkutat dengan mesin di depannya. " Kamu bisa nggak Ar?." Tanyaku memastikan.
" Nggak." Aku menggeser tubuh Arvan menjauh. Mengambil alih pekerjaannya. Jika dia tidak tahu kenapa dia malah mengotak atik mesinnya?. Tambah rusak mampus.
" Kalau nggak tahu caranya jangan di otak atik. Ntar kalau tambah rusak gimana?." Ucapku menceramahinya sambil berusaha memperbaiki ulah Arvan.
" Nah. Udah selesai. Coba dulu sana." Arvan pergi membuka pintu, mencoba menyalakannya. Dan,
Brrrmmm-brrrmmm
Aku tersenyum. Merasakan hujan yang mengguyurgu. Aku segera masuk kedalam saat Arvan mengklakson mobil. Aku selalu suka hujan. Hari ini, aku bisa merasakan hujan lagi setelah dua tahun yang lalu.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
TWO COOL IN SCHOOL
Teen Fictiontwo cool in schol. dua kedinginan di sekolah nhara adalah cowok paling populler di sana.