Happy Reading.
*
Aliya tidak tau jika mengambil keputusan untuk menjadi istri seorang Park Jimin akan membawa perubahan besar dalam hidupnya, menyandang marga Jimin dalam namanya dan mengantongi predikat dari Idola yang digilai hampir seluruh gadis. Gila, Aliya fikir kehidupan gila hinggap dalam hidupnya.
Bersyukur dan selalu mengucapkan terima kasih, Aliya tau apa yang harus dirinya lakukan untuk mensyukuri takdir tuhan yang digariskan untuknya, termasuk kepergian ibunya dan digantikan oleh Jimin. Aliya bersyukur untuk semuanya, dirinya hanya manusia biasa yang menjalani takdir dari tuhan.
Menjadi istri dengan umur yang baru 20 tahun juga tantangan sendiri dalam hidupnya. Dimana dirinya harus mengerti sosok laki-laki dewasa yang menjadi suaminya, Aliya harus belajar banyak akan tingkah dan kebiasaan Jimin. Dimana dirinya dipaksa faham dan mengerti akan semua yang ada pada Jimin.
Berat tapi semua adalah tuntutan, Aliya menikmati ini. Sungguh.
Seperti pagi ini dengan Jimin yang merengek dan tidak mau melepaskan pelukanya, terus saja ingin dimanja. Jimin yang seperti bayi muncul setelah pertengkaran mereka yang disaksikan Member Bangtan beberapa waktu yang lalu. Jimin yang cool hilang dengan rengekan seperti bayi, sirna semua.
"Tidak lapar?" Pertanyaan Aliya hanya dianggap angin, terus saja mengeratkan pelukanya pada perut datarnya. Jimin memang menggunakan dadanya sebagai bantal, sebenarnya ini sudah dari semalam Jimin seperti ini.
"Oppa ada jadwal latihan, yakin ingin melewatkan ini? Tidak takut kena amuk Hoseok Oppa?" Mata sipit Jimin terbuka dan menatap mata Aliya. Sorot nya tajam dan sedikit mengancam.
"Ada yang salah?" Tanya Aliya yang merasakan aneh dari tatapan Jimin. Apa dirinya salah berbicara. Bukanya menjawab Jimin justru bangkit dari posisinya, turun dari ranjang dan berjalan kearah kamar mandi.
Aliya?
Menggaruk kepalanya atas reaksi dingin Jimin, kenapa Jimin jadi aneh begini? Apa Jimin punya dua sikap?
"Sayang ambilkan handuk" teriakkan Jimin membuat Aliya sadar dari lamunannya, melompat dari ranjang dan mengambil handuk untuk Jimin.
"Aku datang Oppa"
*
Aliya fikir Jimin akan pergi ke Agensi untuk latihan, tapi fikiranya buyar seketika saat Jimin justru membawa mobil mereka memasuki kawasan Lotte Word. Dan dengan polosnya tersenyum manis sambil mengusap rambutnya. "Mari kencan"
Gila, suaminya gila. Aliya bahkan tidak mengenakan baju yang pantas untuk berkencan. Hanya rok selutut dengan kaos polos warna Peach, dan Aliya tidak membawa topi atau sejenisnya. Jimin gila.
"Oppa yakin?" Tanya Aliya saat Jimin sudah akan membuka pintu mobilnya, mereka akan dapat masalah jika keluar tanpa penyamaran apapun, sebenarnya Jimin yang lebih berbahaya, bagaimana jika ini berakhir dengan Jimin yang dikerumuni dengan Fans. Mati saja Aliya jika Harus berdesak-desakan dengan banyak orang, apalagi tanpa perlindungan apapun.
Jimin hanya membalas dengan senyum tipis dan tetap membuka mobilnya, keluar dan menuju samping untuk membuka pintu mobil Aliya.
"Dia Idiot" gumam Aliya yang sudah menyerah dengan tingkat sembrono Jimin. Laki-laki ini tidak berhenti melakukan hal berbahaya. Selalu saja ingin menang sendiri, bagaimana nasib Aliya jika fans Jimin benar-benar mengerubuni mereka? Mati saja Aliya.
"Ayo sayang" hampir saja Aliya memekik karena Jimin menarik tangannya hingga dirinya keluar dan benarkan apa yang Aliya perkirakan, baru beberapa detik mereka diluar. Beberapa orang dengan nyata-nyata menatap mereka kaget dan tidak lupa mengeluarkan benda persegi untuk mengabadikan momen ini.
Ini akan jadi bahan dispack untuk membuat berita tentang mereka dan jangan lupakan akan ada bumbu-bumbu pedas lainnya, sialan Aliya tidak suka digosipkan. "Ayo" pasrah saat tangannya ditarik Jimin untuk masuk kedalam. Aliya tidak bisa melakukan apapun, hanya mengikuti langkah kaki Jimin yang terus masuk, sesekali tersenyum pada beberapa orang yang terang-terangan memotret mereka. Park Jimin sialan.
*
Mereka berakhir dibianglala, menikmati pemandangan sore dengan saling berpelukan. Aliya melupakan kekesalannya pada Jimin dan benar-benar menikmati pelukan Jimin. Waktu cepat berlalu hingga hari akan berubah malam. Jimin meninggalkan ponselnya di mobil, Jimin hanya ingin menikmati waktu kencan dengan Aliya. Berdua dengan istrinya tanpa telepon dari Agensi atau yang lainnya. Jimin perlu waktu untuk menjadi laki-laki biasa dan bukan Idol. Hanya itu.
"Terima kasih" Aliya mendongak menatap Jimin, ucapan terima kasih untuk apa?
"Menikmati kencan kita tanpa protes" Aliya tersenyum dan kembali ke posisi sebelumnya. Memadang depan dan semakin mengeratkan pelukanya pada perut Jimin.
"Dan terima kasih sudah menjadi pendamping hidupku, menerima semua kekurangan yang ada padaku. Aku bahagia sayang. Terima kasih atas kelegaan menerima aku yang egois dan ingin menang sendiri. Terima kasih banyak"
Tidak ada kata terima kasih yang harus terucap, mereka menjalani ini atas jalan tuhan dan semua sudah direncanakan. Apapun kekurangan Jimin, Aliya akan menerimanya, mereka pasangan dan saling menerima adalah kewajiban mereka.
"Oppa"
"Ya?"
"Aku punya hadiah untukmu"
"Uhm apa itu?" Aliya mendongak dan mencium bibir Jimin, lembut dan Jimin segera membalas ciuman Aliya. Keduanya tersenyum disela-sela ciuman mereka.
"Man~~~"
"Aku hamil" sela Aliya pada Jimin, tersenyum manis saat Jimin langsung diam dan terus menatapnya. Mereka masih berpandangan hingga Aliya melihat mata Jimin berembun dan kembali mencium bibirnya. Aliya jelas membalasnya, tapi Aliya merasakan basah. Ya Tuhan Jimin menangis.
"Aku jadi ayah. Terima kasih" Aliya menerima dengan baik ciuman bertubi-tubi dari Jimin, reaksi Jimin membuat Aliya tidak percaya. Sesenang ini Jimin tau dirinya hamil.
"Aku mencintaimu"
*
Jimin BTS umumkan kehamilan pertama sang istri.
End.
KAMU SEDANG MEMBACA
I Want You In My Life ✅
Romance"Dasar gadis penguntit" "Biar saja!" "Kau tidak lelah?" "untuk saat ini belum" "lalu kapan?" "Biarkan waktu yang menjawabnya!" - "Karena aku mendekatinya dengan sebuah alasan" "Apa itu?" "Dia mirip Mamaku dan aku menyukainya!" -