アイス・クリーム

13 1 0
                                    

"Sepertinya kau tidak menghafal rumus integral, kan? Dasar kau ini. Ini hafalkan dulu. Baru kau bisa mengerjakan soal ini!" ucapku sambil menunjuk rumus di buku paket matematika.

"Wakatta" ucapnya sambil tersenyum dan mulai menghafal.

"Kalau sudah hafal beritahu aku"

"Oke, sensei!" ucapnya sambil mengacungkan jempol.

Sambil menunggunya menghafal, aku membaca beberapa buku pelajaran yanh tadi dipelajari saat di kelas.

Setelah beberapa menit,

"Sensei! Aku sudah hafal!" ucapnya sambil menatapku

"Sudah kubilang jangan panggil aku sensei, baka! Coba sini aku jelaskan!... Jadi begini, kalau hanya angkanya saja, kau tidak perlu lagi menulisnya. Lalu kalau ada x, kau tinggal menulis angkanya lagi. Mudah bukan, jadi tinggal ganti saja. Mengerti?" jelasku sambil menunjuk-nunjuk kertas ulangannya

"Aa... naru hodo. Aku baru mengerti. Coba, beri aku soal, sensei!" ucapnya sambil menyerahkan kertas kepadaku.

"Wakatta, chotto matte" kataku sambil menerima kertas yang ia berikan dan mulai membuat soal.

"Kore, coba kerjakan!"

"Hee... Hayai ne!" pujinya sambil terbelalak.

"Ii kara, hayaku!" seruku.

Orang itu pun mulai mengerjakan soal yang aku berikan dengan sangat serius. Aku pun melanjutkan membaca buku pelajaran.

Setelah sekitar 15 menit, orang itu selesai mengerjakan soal yang aku berikan.

"Kore, sensei!"

"Mana aku lihat" ucapku sambil merebut kertas itu lalu langsung memeriksanya.

"Nah itu kau mengerti. Coba kerjakan soal yang ada di buku paket!" perintahku karena merasa orang itu sudah mengerti sekarang.

"Ryoukai!" ucapnya dengan penuh semangat. Lalu mulai mengerjakan dengan serius.

Aku melirik sedikit orang itu. Dia terlihat benar-benar serius belajar.

Kalau dia serius seperti itu terus setiap saat. Tabun, warukunai ne. Eh? Apa yang kupikirkan. Ah sudahlah.

Setelah sekitar 2 jam kami belajar di perpustakaan, kami pun berhenti untuk belajar dan memutuskan untuk segera pulang.

"Aaaahhh! Akhirnya selesai juga!"
ucapnya sambil meregangkan tubuhnya.

Aku membereskan buku buku yang kupinjam dari perpustakaan lalu meletakannya di tempat semula. Begitu pula orang itu, yang mengikutiku dari belakang.

Kruk...kruk...

Perutku berbunyi cukup keras. Aku malu sekali. Aku belum makan dari istirahat siang tadi.

Orang itu tertawa kecil melihatku lalu berkata "Onaka ga tsuitaka?"

"Urusai! Jangan tertawa!" ucapku marah sambil menahan rasa malu.

"Nee, sebagai ganti kau sudah mengajariku hari ini, bagaimana kalau aku traktir makan?"

"Hitsuyowanai!" ucapku sambil berjalan menuju tasku untuk segera pulang. Karena aku lapar sekali.

Kruk...

Perutku berbunyi lagi. Aku benar-benar malu. Jadi dengan terpaksa, aku mengikuti ajakannya. Daripada aku kelaparan.

***

Karena orang itu akan mentraktirku, kami pulang dengan berjalan kaki. Agar tidak perlu naik turun bis lagi.

Di sepanjang jalan kami tidak berbicara satu sama lain. Orang itu juga mungkin tidak ada topik untuk berbicara denganku.

"Di kombini saja, ya? Yang searah dengan arah pulang kita kan cuma ada kombini" ucapnya sambil berhenti dan menunjuk kombini didepannya.

"Terserah" jawabku.

Kami masuk ke kombini.

"Kitamura sensei, kau mau membeli apa?" ucapnya.

"Ii no?" ucapku ragu sambil malu malu.

"Mochiron! Tidak usah malu-malu. Ambil saja apa yang kau mau, sensei!"

Aku tidak pernah ditraktir oleh orang lain. Jadi aku ragu-ragu menerima tawarannya.

Aku pun memutuskan untuk membeli es krim.

"Hee? Beneran mau makan es krim jam segini?"

"Kau bilang 'ambil apa saja'! Gimana sih?!" ucapku sewot.

"Wakatta, wakatta, gimana sensei aja"

"Di tempat umum seperti ini jangan panggil aku sensei!"

"Yasudah, aku juga mau beli es krim ah!" ucapnya sambil mengambil es krim dari kulkas.

"Omae! Ngapain nurutin sih?"

Orang itu hanya tertawa kecil.

***

Kami pun melanjutkan perjalanan pulang. Kami berdua duduk di halte untuk menunggu bis.

Kami berdua duduk berjauhan. Orang itu sibuk memakan es krimnya. Begitu pula aku.

"A... arigatou" ucapku spontan dan tanpa sadar. Lalu aku menoleh kearahnya. Takasugi san berhenti memakan es krimnya dan melihatku dengan penuh rasa heran. Sontak, aku langsung memalingkan wajahku karena malu. Aku menyesal mengucapkan itu. Bodohnya aku!

Takasugi san pun tersenyum lalu mengangguk.

Tak lama bis pun datang. Kami langsung naik kedalam.

Aku duduk di dekat jendela. Karena bis nya kosong, Takasugi san duduk di kursi yang bersebrangan denganku.  Rupanya dia sudah mengerti kalau aku tidak mau didekatnya.

Tapi, aku merasa tidak enak juga. Tapi ya sudahlah. Siapa juga yang peduli.

Setelah beberapa menit, Takasugi pun turun dari bis dan berkata kepadaku, "Aku turun disini ya sensei. Jya, mata ne! ucapnya sambil melambaikan tangan. Aku tidak meresponnya.

***

Sesampainya di rumah,

"Akhirnya, aku bisa rebahan!" ucapku lega sambil tertidur di kasurku yang empuk. Karena terlalu lelah, aku pun tertidur...

〜つづく





猫 (Neko)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang