Hari ini adalah tepat satu bulan setelah ospek berakhir.
"Ternyata berat ya kuliah seni huft", keluh gue ke Zara dan Syifa. "Masa baru masuk satu bulan udah disuruh buat lima ratus lukisan", lanju gue.
"Itu buka disuruh bambank", Zara menoyor kepala gue. "Kita disuruh persiapan buat tugas akhir semester", lanjutnya.
"Ini kepala ya bukan kelapa yang bisa lo toyor toyor", omel gue.
"Enakan noyor pala lo. Ya nggak Ra?", ucap Syifa.
"Yak betull", jawab Zara.
"Emangnya kalian mau ngerjain tuh tugas kapan?", tanya gue.
"Ya kalau ada waktu senggang lah dicicil dulu", jawab Syifa dan Zara.
"Gue kalau udah mendekati hari H aja ahh", jawab gue.
"Eh Jubaedah! Lo itu bukan Bandung Bondowoso yang bisa buat seribu candi dalam semalem ya!", ucap Zara nggak santuy. "Eh btw gimana kabar abang lo yang cogan", lanjutnya dengan nada lembut dialus alusin.
"Giliran maki gue kalian membabi buta, giliran tanya abang gue aluuus bet kek pantat bayi", cibir gue.
"Ye maap", ucap Syifa.
"Hahahahaha", kita pun tertawa tanpa tau apa yang kita ketawain. Bego emang.
...
Lima belas menit gue nunggu Bang Biru di parkiran. Sebenernya sih ogah, tapi mau gimana lagi motor gue lagi disevice, kalau gue naik ojol mah kudu bayar dibeliin cilok kan enak tuh uang. Hehehe
Ternyata Bang Biru udah kelihatan. Eiiit tunggu dia lagi sama siapa ?.
"Loooh Kak Shinta ?", ucap gue sedikit terkejut.
"Haii Tata", ucap Kak Shinta sambil melambaikan tangan. "Oh iya, ini Ru tugas kamu makasih ya", lanjutnya tersenyum manis ke arah Kak Biru.
"Acieeee jangan jangan kalian ehkem ehkem", ucap gue sambil memainkan tangan yang membentuk hati.
Bang Biru langsung rangkul gue tak lupa ia ngebekap mulut juga. "Oke gue duluan ya Shin", ia melaimbaikan tangan pada Kak Shinta.
"Iya ati ati di jalan", Kak Shinta membalasnya.
Bang Biru membalasnya dengan senyuman. Dan langsung menaiki si Jepri, ya itu adalah nama motor kesayangan Bang Biru.
Setelah kami meninggalkan universitas. Gue tanya ke Bang Biru,"Cieee Abang pdkt an ya sama Kak Shinta".
"Hahaa iya nih gimana menurut lo ?", tanya Bang Biru.
"Ya sebahagia Bang Biru ajalah", jawab gue. "Pengen deh dipdkt in sama cowok", ucap gue melas.
"Lu ga pernah di pdkt in? Bwahahaha. Petakilan sih lu jadi cewek", ledek Bang Biru.
Sebelum Bang Biru ketawa lagi gue getok helm fullface nya pake hp gue. Keras? Ya jelas itukan hp HP loh. Si Jepri langsung oleng.
"TATA SIALAN! HAMPIR AJA KITA NABRAK TIANG LISTRIK!!", omel Bang Biru.
"Makannya jangan ledekin gue", balas gue.
"Kalau gue nabrak lu juga nabrak adek ogeb!", maki Bang Biru.
"Lu tu abang lucknut", sahut gue ga mau kalah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Magenta
Teen FictionBuku diary Magenta Ini bukan buku yang awalnya tertulis dear diary. Ini juga bukan buku yang puitis dan melankolis. Ini adalah buku yang pantas kamu jadikan ganjel pintu, atau dijadikan kipas saat mati lampu. Jika kamu menemukan buku ini tolong sege...