Dream, Love, and Memories

78 7 7
                                    

Hallo!

Adakah yang masih membaca lapak ini setelah beberapa minggu hiatus?
Semoga masih yaa 😌

Gimana nih quarantinenya? Semoga betah betah aja ya dirumah 😚

Oh iya, lancar juga puasanya yang udah tinggal 6 hari lagi. Semangat!!!

Kalau ada yang lupa, bisa dibaca kembali chapter sebelumnya agar bisa dapet feelnya lagi ya guys!

Kalau masih ada typo, mohon dimaklumi ya guyss🙏🏻

Enjoyyy ~

.
.

Salah satu pilihan tersulit dalam kehidupan manusia yaitu ketika disuruh memilih orang yang dicintai atau impiannya selama ini.

Jujur saja, mami Annisa sendiri tidak sanggup menghadapi masalah ini seorang diri.

Entah apa yang akan terjadi kedepannya, apakah ia harus berpisah dari keluarganya demi impian sejak ia masih remaja? Ataukah tetap bersama keluarganya?

Otaknya sudah kalang kabut ketika seorang pria berusia lebih tua tiga tahun darinya yang mengatakan hal seperti itu.

Padahal umurnya sudah tiga puluh tiga, dimana umur segitu sudah menunjukkan penuaan dini, tetapi entah kenapa tidak dengan mami Annisa, semakin tua semakin terlihat seumuran dengan anaknya.

Karirnya yang diumpamakan seperti permata atau berlian oleh semua orang, pencapaian yang luar biasa, memiliki seorang suami yang tak kalah sukses dengannya, dan memiliki tiga orang anak yang cerdas dan pintar yang tentunya akan mewarisi harta dan tahta kedua orangtuanya.

Banyak para pemuda, para duda, para pewaris perusahaan yang kurang lebih sama dengan mami Annisa tentu mengincar kerjasama dengannya. Entah itu untuk keperluan bisnis ataupun urusan pribadi.

Sama halnya dengan pria yang bermarga Park ini. Yang tiba-tiba tidak setuju dengan persyaratan dan kebijakan perusahaannya. Tentu membuat mami Annisa kebingungan, harus berbuat apa.

Park Jimin pun menginginkannya untuk selalu hadir setiap acara sponsor atau investor.

Gila saja! Dikira kesibukan gue cuma buat satu perusahaan yang kerjasama apa?! Gue tuh punya perusahaan ga cuma satu, dan lagi yang kerjasama ada puluhan bahkan ratusan, entahlah berapa ga ngitung saking banyaknya! Jangan kira karena lu terkenal jadi bisa seenaknya aja ya! Tau sifat lu begini, gue nyesel dulu pernah ngefans sama lu Jimin!
Amarah mami Annisa yang hanya bisa ia luapkan di dalam hatinya saja.

"Mohon maaf Jimin ssi, saya tidak bisa memberikan jawabannya hari ini, karena saya harus berunding terlebih dahulu dengan tim saya." Ucap mami Annisa yang berusaha tetap tenang.

Park Jimin tersenyum,
"Baik, saya akan tunggu jawabannya."

Tak lama kemudian rapat pun ditutup dan mami Annisa tentu harus pergi ke salah satu pusat perbelanjaan di Myeong-dong untuk belanja oleh-oleh untuk keluarganya di Jakarta.

Tentunya mami Annisa tidak tau bahwa sang suami tepat berada di Cafè lantai dasar gedung yang ia kunjungi saat ini.

Mami Annisa dan beberapa anggota rapat turun kebawah menggunakan lift. Termasuk Park Jimin.

Ketika keluar dari lift, Park Jimin walaupun mempunyai mata yang kecil itu, tetapi ia sangat cepat tangkap. Ia melihat suami mami Annisa yang sedang duduk di Cafè dan kebetulan sang suami sedang memandang ke arah lift.

.
.

Its time.
Gumam Park Jimin sambil tersenyum.

Park Jimin pun memulai percakapan kepada mami Annisa,
"Mau kemana setelah ini?"

Keluarga Terlalu Kaya Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang