Gold

538 38 33
                                    

Annisa sedang duduk di ruang keluarga menonton film komedi bersama Mr.Han suami nya.

"Ded, anak-anak kok belum pada dateng ya?" Tanya Annisa pada Mr. Han.

"Mungkin lagi shopping kali mi, lagian tadi kan Dedy ngasih uang 10 juta ke abang Agung, awas aja kalo ga di habisin sama si agung ma!" Jawab Mr.Han sambil memasukkan puding ke dalam mulutnya.

"Eh ded, Setelah Agung lulus SMA, mami mau Agung nerusin perusahaan dedy yang ada di Jakarta itu. Gimana?" Tanya Annisa mulai serius.

Ia memandangi suaminya dengan tatapan penuh arti.

Mr.Han yang mendengar pernyataan dari Annisa, ia langsung merespon dan tidak banyak pikir untuk menjawab hal itu.

"Setuju mih! Lagian Agung kan udah gede. Perusahaan papa dimana-mana, dedy juga capek kalo ngurusin sendirian begini. Nanti kita bicarakan bersama." Kata Mr.Han semangat 45.

Saat sedang asyik-asyiknya Annisa dan Mr.Han berbicara soal putra nya itu. Tiba-tiba suara bel berbunyi, membuat Annisa segera pergi keluar dan membukakan pintu untuk seseorang di sana.

.
.

"Umiiiiiiii" Teriak Desi pada uminya yang baru saja membukakan pintu untuknya, ternyata anak Mama Annisa toh. Ia memeluk Annisa dan menyalami tangannya.

"Siang mi."

"Siang sayang." Jawab Annisa

Setelah menganyalami tangan Annisa Desi lagsung berlalu dan masuk kedalam rumah, kini ia menghampiri ayah nya yang duduk di sofa.

Di ikuti oleh Umi Annisa di belakangnya. Dan sekarang mereka bertiga duduk di satu sofa yang sama. Desi duduk di antara mereka, tepatnya di tengah-tengah Annisa dan Mr. Han.

"Ded, Abang sama kak Shilva mana?" Tanya Desi pada Mr.Han.

"Lagi jemput saudara Umi kamu sayang." Jawab Mr.Han lembut.

Setelah menanyakan hal itu, Desi berlalu pergi menuju kamar nya. Ia tak banyak tanya seperti Shilva dan Agung yang masih bingung tentang saudara kandung Mama Annisa itu.

Katanya, mereka baru tau tadi saat Mama Annisa menyuruh mereka berdua menjemput saudaranya. Tapi, Desi B aja mendengarkan pernyataan itu.


.
.


Jalanan di Jakarta macet, tadi Agung terpaksa menurunkan mobil nya karena ada polisi yang mengingatkan mereka tentang larangan untuk menggunakan mobil terbangnya. Dikarenakan keteledoran Agung. Ia lupa menayalakan tombol agar mobilnya tak terlihat saat terbang.

Kalo saja bapak polisi itu membiarkan mereka, mungkin mereka sudah sampai di rumah sedari tadi. Butuh waktu 30 menit untuk sampai di rumah, itupun jika tidak macet.

Untung saja di dalam mobil itu sudah tersedia AC dan tempat tidur yang mungkin tidak akan membosankan bagi mereka jika terkena macet seperti ini.

Lampu merah menyala, Agung memberhentikan mobil nya, menunggu lampu hijau untuk melajukan mobil nya kembali.

"Bang, tadi Abang kan di kasih uang tuh sama Dedy. Kita buat shopping aja dulu bang! Bosen lama-lama begini di dalem mobil. Lagian kan tante-tante kita ini belum makan. iya kan Tante?"

Tanya Shilva pada kedua Tante nya yang duduk di jok belakang. Dengan menolehkan kepalanya pada mereka berdua.

"Kok panggil tante sih," Protes Ary.

"Kan emang bener. Kalo Shilva manggilnya bibi nanti gak cocok sama umur kalian!" Skak mat!
Jawab Shilva polos.

Benar juga apa kata Shilva, dan Ary pun hanya terdiam tak menjawab.

Keluarga Terlalu Kaya Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang