One

17.5K 256 7
                                    

Dentuman musik menggema di club malam yang dipenuhi ribuan manusia untuk menghanyutkan diri dalam hiburan. Membaur dalam kegilaan yang terbukti membunuh sedikit kepenatan yang menumpuk.

Beragama manusia dengan problema hidup bisa ditemui di sini. Mulai dari masalah percintaan, ekonomi atau hanya ingin melepaskan hasrat tanpa status atau one stand nigth. Tidak ada yang mustahil. Semua sah -sah saja di dalam dunia malam.

Dari sekian banyak pengunjung yang mendatangi club ini, di ruang VIP seorang pria berambut hitam legam bermata biru sedang menikmati cosmos yang ada ditangannya. Dia memejamkan mata menikmati rasa getir minuman mengalir ke dalam kerongkongan namun memberikan sensasi menyenangkan.

"Ah, " desah Scott setelah mengenggak cosmosnya.

Louis mendengus.
"Kau tidak ingin menikmati malam ini Scott? " Louis menatap Scott yang entah kenapa sedang tidak ingin diganggu malam ini. Membuat para wanita yang ingin merasakan miliknya yang besar menjadi patah hati.

Scott mendengus, "Tidak, aku bosan dengan mereka. "

Jawaban yang cukup menyakitkan untuk wanita yang diam-diam menanti menghabiskan malam ini dengan Scott. Mereka cemberut karena ucapan Scott jadi para wanita yang mayoritas model dan artis itu pergi dari ruangan yang dihuni Scott dan Louis. Kecuali dua wanita yang berada di kanan dan kiri Louis.

Louis menyeringai, tangannya masih menikmati benda bulat di tubuh wanita yang menempel padanya.

"Kau bosan? jadi apa yang kau inginkan, gadis perawan atau anak kecil. Oh man seleramu berat."

"Sial kau, " Scott bangkit dan pergi. " Aku akan menangani pria tua itu. Waktunya ia membayar hutang-hutangnya," lanjutnya.

"Terserah, " jawab Louis acuh tak acuh. Dia masih menikmati servis dari salah satu wanita yang mulai membuka resleting celananya.

'Huh bosan dengan hal yang hebat seperti ini?  semoga saja kau tidak pindah haluan. ' Doa Louis meskipun ia yakin tidak akan didengar, dia cukup tau diri dan tidak berharap doanya terkabul karena dirinya manusia bajingan yang masih berkutat dengan dunia hitam, menikmati seks bebas dan membunuh musuhnya.

.

.

.

Di dalam mobil, Scott sibuk menolak ajakan kencan wanita-wanita yang terbiasa menghabiskan malam bersamanya. Entah kenapa memikirkan jika lubang mereka kotor karena melayani beberapa orang membuatnya mual.

Scott ingin menertawakan dirinya sendiri yang terlihat seperti sosok jaman konvesional yang menginginkan keperawanan. Padahal jika dilihat historis percintaannya maka gigolopun akan mengaku kalah dengan skor Scott meniduri para wanita.

"Tidak mungkin aku menjadi impoten hanya karena jijik membayangkan bekas orang lain kumasuki. Sialan," Scott mendesah frustrasi. Jarinya mengetik di telepon dan mengirim pesan putus pada pacar-pacarnya.

Kemudian ia mematikan telepon dan memerintahkan asistennya menangani wanita yang ia putuskan itu.
"Bilang jika aku sudah bosan, tidak ada pengecualian bagi siapapun. " jawabnya.

"Baik." jawab Josh. Meskipun ia yakin jika telinganya akan berdengung karena teriakan histeris juga omelan mantan wanita-wanitanya Scott.

'Semoga telingaku sabar dalam menghadapi cobaan, ' batin Josh miris.

"Bagaimana dengan pria tua itu? " tanya Scott.

"Kami sudah membereskannya. Dia berjanji akan datang dengan barang untuk melunasi hutang, " jawab Josh.

Josh memang berusaha semaksimal mungkin menemukan dan mengancam pria tua itu. Jika besok pagi pria tua itu tidak datang maka sebagai penguasa dunia hitam Scott tidak akan segan-segan menghabisi Ken, pria tuan yang gemar berjudi.

.

.

.

Bagai kehilangan semangat hidup, Scott menyangga dagunya, sesekali ia menguap karena kebosanan. Di villa tengah hutan buatan, dia merenung di ruang kerja. Memandang kosong ke arah jendela yang menampilkan pemandangan air terjun buatan.

"Rasa bosan ini membunuhku, " gerutunya, "jika tetap seperti ini aku akan membakar orang untuk menghiburku, " ucapnya sambil menyeringai.

Dia tidak sadar jika Josh dan beberapa pelayan di sekitarnya menegang dan bergetar. Mereka hanya bisa berdoa agar muncul keajaiban sehingga tidak akan ada korban jiwa.

Bosan dengan pemandangan diluar jendela, Scott memutar matanya ke arah berbagai senjata keluaran terbaru mengiasi meja kerjanya. Senjata berlapis emas pesanannya tampak berkilau diterpa sinar dari jendela.

Tak lama kemudian Josh melaporkan jika Ken tua telah tiba.

"Apa dia membawa uang? "

"Tidak. "

Scott menyeringai senang, sepertinya ada orang yang cocok untuk mencoba merasakan rasanya senjata senjata terbarunya.

"Baiklah ayo temui tua bangka itu. Aku ingin mencoba senjata ku padanya."

"Baik. "

Sebelum Scott membuka pintu, seekor kupu-kupu tiba-tiba lewat dan hinggap di bahu lebarnya. Kemudian kupu-kupu itu pergi meninggalkannya terbang menuju luar ruangan melalui celah sempit.

Scott terkesima. Penjahat yang berbau darah sepertinya dihinggapi kupu-kupu? Apakah kupu-kupu itu sudah ikutan gila seperti halnya dunia luar yang sudah tak terselamatkan bentuk kegilaannya.

"Huh. "

Scott menuruni tangga yang menghubungkan lantai atas dan lantai bawah tanah. Ruang tamunya memang terletak di bawah tanah. Hal itu terpikirkan Scott setelah membunuh penyusup di rumahnya. Ia menemukan jika lebih praktis menjadikan ruang tamu sekaligus ruang pembantaian. Sebab usai membunuh ia bisa melempar mayat mereka untuk dimakan serigala yang hidup di hutan. Ruang tamu itu memang diatur secara sistematis terhubung dengan hutan. Anak buahnya tidak perlu berjalan jauh hanya untuk membuang mayat.

Arah pandangan pertama yang dilihat Scott bukanlah pria tua Ken,  tapi pada sosok cantik yang bermain dengan kupu-kupu. Senyum polos dan mata hijau yang berkerlip seperti bintang menarik dunianya begitu singkat.

tbc

Aq warning dulu ya, empat bab akan ada adegan vulgar selanjutnya aman. Jadi klo mo baca monggo klo tidak tekan back baik-baik.

Girl Behavior (21+)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang