Thirteen.

4.7K 201 6
                                    

Sulit bagi Cerry untuk menggerakkan jari-jarinya. Scott berhasil menyedot habis energinya karena kesakitan. Dia tidak menyisakan setetes energipun untuk menendang pria kurang ajar yang berada di atasnya.

Yah Scott berada di atas tubuhnya namun ia dalam posisi yang cukup sopan. Ia membantu menerapkan obat memar pada punggungnya yang berhias luka-luka.

"Lihatlah dirimu, kau bahkan tetap terlihat cantik dengan goresan luka yang aku buat. "

Ingin sekali Cerry mengeluarkan ribuan sumpah serapah sekaligus mengeja nama penghuni kebun binatang pada Scott. Tapi ia mengurungkan niatnya dan sekali lagi itu karena tidak memiliki energi yang cukup. Kelopak matanya cukup berat dan ia ingin sekali tidur. Setidaknya ia tidak merasakan  rasa perih di punggungnya.

"Tidurlah sayang. "

"Aku tau kau lelah dan kesakitan, bukankah ini sepadan dengan apa yang sudah kau raih sebelumnya. Tidak ada yang gratis di dunia ini Cerry. Kisah klasik cinderella hanya ada di dunia dongeng. Aku juga tidak tertarik mempraktekkan kisah manis itu dalam hidupku. "

Cerry sudah terlelap dalam tidurnya. Ia tidak bisa mendengar suara Scott yang berbicara padanya. Tidak ada yang lebih ia inginkan saat ini selain tidur dan tenggelam bersama mimpinya.

Terdengar suara siulan nakal dari pintu. Louis menggoda Scott yang tengah mengobati luka di punggung gadis berambut golden pink.

"Aku tidak menyangka kau bisa sebrutal ini Scott? " goda Luois.

Scott menyeringai seksi. Ada rasa bangga di ekspresi wajahnya yang menyebalkan.

"Berarti kau belum mengenalku dengan baik. "

Louis mengangkat bahu. Ia tidak ingin berdebat dengannya tentang seberapa brutal dia dan miliknya jika di hadapan wanita. Mereka adalah kombinasi gila yang Louis rasa diciptakan oleh dewa nafsu.

"Jadi... dia adalah mainan barumu yang diceritakan oleh Josh? " tanya Louis.

Scott mengambil wine dan menenggaknya. "Dia bukan mainan. Aku awalnya menganggap demikian tapi seiring waktu aku menemukan jika dia harta berharga yang tak sengaja terdampar di tempatku. "

Louis menyangkat satu alis dengan seksi. Gerakan yang kurang ajar karena berpotensi membuat wanita menjerit karena terpesona. Rambut pirang dan mata biru adalah senjata ampuh dalam membuat pria menjerit.

"Kau serius? " tanya Louis, baru pertama ia mendengar Scott memuji seorang wanita. "WTF, seorang Scott memuji wanita? kurasa aku harus memeriksakan telingaku ke dokter. "
"Tutup mulut dan katakan tujuanmu ke datang ke markasku? jika kau mengatakan hanya sekedar merindukan ku maka yakinlah aku akan segera meledakkan kepalamu. "

"Okey, aku hanya tertarik pada wanita yang mampu menggerakkan seorang Scott sehingga rela mengotori tangannya untuk mengakuisisi perusahaan Wood dan White, " celetuk Louis.

Pandangan Scott mendingin. Wajah yang tadinya mampu membuat wanita di sekitarnya rela melepas celana dalamnya kini berubah menjadi dingin dan seolah berkata 'jika kau mendekat yakinlah kau akan mati.'

"Sebaiknya kau menutup mulutmu rapat-rapat Louis, aku tidak ingin mulut besarmu membocorkan rencanaku. "

"Tentu saja. " Louis memberikan gerak seolah tangannya mengunci mulutnya.

Lagi, Louis harus mengalami kejutan yang tidak terduga. Inti dari perkataan Scott ialah ia tidak membantah jika sedang menyerang perusahaan Wood dan White demi wanita yang mendengkur halus di samping Scott.

'Wanita seperti apa dia?' tanya Louis dalam hati.
'Apa yang membuatnya istimewa?'

Louis menyalakan cerutunya. Ia keluar tanpa berkomentar lebih jauh lagi. Sorot mata Scott begitu jelas jika ia tidak menginginkan kehadirannya di sini. Tentu saja, jika ia tau jika Scott ingin memeluk wanita yang tengah bermimpi itu.

Di tempat lain, Josh sudah mengirimkan proposal pada pemerintah. Dia seratus persen yakin jika proposal ini akan memberikan pukulan yang mengerikan pada perusahaan Wood.

"Justine, pria hijau yang bermimpi terlalu tinggi. " Josh yang duduk di kursi wakil CEO tersenyum sinis pada gambar yang diambil oleh anak buahnya. Ia mengikuti instruksi Scott yang menyuruhnya mengawasi Justine dan memblokir segala macam rencana yang menguntungkannya. Diam-diam ia merasa kasihan pada musuh Scott. Pantas saja tidak seorangpun mampu menumbangkan kekuasaannya di dunia hitam. Metode yang bosnya gunakan memang mengerikan. Ia bahkan tidak meninggalkan sedikit privasi pada musuhnya tanpa disadari pihak lain.

"Anggap saja kau bernasib naas karena menjadi target Scott, Justine. "

Josh pun berdiri menuju kaca besar yang menjadi dinding Anderson building. Dia menikmati pemandangan indah malam Manhattan yang berselimut cahaya lampu.

Tbc

Girl Behavior (21+)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang