Aku terbangun akibat guncanan dipundakku dan sinar matahari yang terik dimataku. Sial, aku tidak menutupnya semalam. "Oh sayang, maafkan aku membangunkanmu, tapi kita sudah hampir landing" kata pramugari kemarin. Aku mengucek mataku, "Oke, terimakasih hehe" cengirku.
Akhirnya aku tiba di Bandar Udara Internasional London Heathrow. Aku menarik dua koperku dengan tas ransel dipundak. Aku sibuk mencari-cari sesorang yang--mungkin-- ayah suruh untuk menjemputku. Tapi belum lama aku mencari si dia, seseorang memegang pundakku. Aku terkejut dan menoleh cepat, seorang pria berumur empat puluhan, rambut hitam yang sudah sedikit beruban, wajahnya masih kencang dan tubuhnya segar dan fit sekali. "Ana..." desah ayahku dengan sedikit isakkan. Mataku berlinang dan memeluknya erat. "Ya Tuhan, ayah" bisikku. "i miss you, kid" katanya.
Setetes air mata turun berselancar dipipiku. Ketika ia melepaskan pelukanya, ia menghapus air mataku. "Lihatlah, kau sudah besar... kau semakin dewasa pula... ya ampun, kau tidak ingat janjimu nak? jangan pernah tumbuh dewasa!" omel ayahku. Aku tertawa kecil, "aku slalu menjadi gadis kecilmu, yah" jawabku. “Bagiamana kau bisa menemukanku?” “Well, tidak sukar mencari gadis-ku, kau salah satu gadis disini dengan rambut hitam pekat dan jalanmu juga sedikit membungkuk. Tegakkan badanmu, Nak. Ayo kita pulang.”
Dimobil ayahku, kami menyetel lagu kebangsaan--maksudku favorit--kami. Kalian tidak boleh tahu oke? Haha. Kami berteriak menyanyikanya dan kau tau bahwa ini sungguh menyenangkan sekali bertemu ayahku daripada bertemu dengan Peter si Calon Ayah Membosankan.
Aku agak aneh bahwa ada seorang wanita dirumah ayahku sekarang. "Ada apa, An?" tanya ayahku. Aku mengangkat kedua pundakku, "Tak apa".
Kata ayah, rumahnya dekat dengan pantai dan itu sungguh menyenangkan karena di musim panas ini aku bisa langsung berlari kearah pantai tanpa babibu. Dan, dari perjalanan kemari, aku memikirkan bagaimana wujud dan rupa ibu baruku.
Yeah, aku memiliki double parents dan itu keren.
Aku melihat depan rumah ayahku yang berbeda sekali di Amerika. Dari perhitunganku, jika aku ingin pergi kepantai, mungkin butuh enam atau tujuh menit untuk kesana. Ayahku mengeluarkan koperku dan dengan berani aku mengetuk pintu. Tapi sebelum aku memutar kenop pintu, pintu tersebut sudah terbuka dan muncullah wanita berambut brunette, wajah tirus yang segar dengan pakaian sederhana tersenyum lebar padaku.
Oke awalnya ini bodoh tapi aku kebanyakkan menonton old disney dimana ibu tiri selalu jahat, seperti Cinderella contohnya! Kupikir ibu tiriku akan memiliki wajah masam dan sinis terhadapku. Kupikir akan mengenakan heavy make-up, dan pakaian fancy. But she’s okay.
"Kau pasti Anabella!" sapanya sumringah. Ia memelukku erat sekali, aroma lavender tercium dari rambutnya. Harum... "Dua koper ini sangatlah berat, gentleman" kata ayahku. Aku tertawa dan membantunya untuk masuk kedalam rumah.
Rumah ini besar dan seluruh lantainya dari kayu. Bercat warna-warna terang seperti kuning dan biru. Aku mulai kerasan dirumah ini. "Hei, kiddo!" panggil ayahku, aku menoleh kearahnya. "Ini Stefanie, um... kau tau lah.." "yeah, aku tau ayah. Hai!" sapaku sambil memeluknya (lagi). Aku suka mencium bau rambut orang ini. "Aku harap kau kerasan dan... Eddie bercerita banyak tentangmu, dan kau sungguh menggemaskan sekali" kata Stefanie. "Oh benarkah? Yeah, but now she's gone" jawabku. Kupandangi sekali lagi rumah ini dan berkeliling sebentar, aku bisa dengar debur ombak yang keras menghantam batu dilantai atas. Dan bau ombak juga cukup terbau jika berjalan kebelakang rumah.
"An, kau lapar? Stefanie membuat banyak makanan dan kue" kata ayah saat aku sedang dibelakang rumah. “Yeah, baiklah”. Mumpung, aku juga lapar sekali belum sarapan dan hanya meminum sedikit susu sebagai pengganjal perut. Kulangkahkan kakiku kedapur dan mulutku menganga saat melihat meja makan. Meja makan yang panjang ini penuh dengan makanan lezat dan aku bias menghabisinya mulai detik ini. “Aku harap kau suka steak sapi” kata Stefanie. “Kau bercanda? Aku menyukainya! Dan… apa kau membuat ini semua?” tanyaku kagum. “Haha, kurang lebih” katanya malu-malu. Ibuku tidak pernah membuat makanan sebanyak ini saat sarapan, mungkin hanya telur mata sapi dan roti bakar selsai kacang. “Special for An’s homecoming”.
Nb; maafkan buat alur cerita ini yang mungkin terkesan gajelas, aneh dan whatevs. tapi ini masih awal-awal dan masih baru bikin nih cerita. Trims :)))))))
KAMU SEDANG MEMBACA
Anabella?
Random"orang yang meninggal akibat depresi, bukanlah orang yang ingin mengakhiri hidupnya..." "Ana, jangan lakukan!" "mereka ingin mengakhiri lukanya." Semua orang punya pilihan. Tapi aku memilih pilihan paling buruk. NB; Hai!