BAB 8

126 4 0
                                    

Hai, cuy (?)

Bab 8, silahkan membaca! enjoy-a.v

Aku terbangun karena nada dering panggilan yang tiba-tiba menyala diponselku. Sialan. Ini barusan pukul… oke, pukul berapa sekarang? Aku meraih ponsel dilaci sebelahku, tertera nama ‘Harry’. Dengan malas aku menerima panggilannya, “Selamat pagi, Tukang Tidur. Pukul berapa sekarang? Hei, bangun!” terkanya. Jujur, mataku masih berjuang untuk tidak menutup lagi. “Apa?” jawabku. Aku tidak bisa memahami perkataannya tadi.

“Akh, terserah. Aku dan kawan-kawanku ingin berkeliling London, sekalian kau bisa menambah teman disini. Kau ikut?”. Aku masih menelaah perkataannya. “Anabella? Kau masih disana?” panggil Harry. “Beri aku waktu,” aku menguap. Aku sudah keburu nyaman dirumah, tubuhku pegal entah kenapa, tapi… mati kebosanan dirumah? Itu lebih parah dan menyebalkan. Aku juga ingin lebih mengenali Harry dan ingin melanjutkan percakapan kemarin yang terpotong. “Um… okay?” “Benarkah?!” serunya berteriak. Wtf.

            “Ya, aku akan man-“ “Okay, aku berada dipantai. Kau ingin aku menjemputmu?” Harry begitu antusias sekali. Aku memiliki pikiran jika ia senang karena aku terjebak dipermainan anehnya. Bagaimana jika ia… oh Anabella itu hanya ajakkan bermain.

“Boleh. Kau… tahu rumahku?” “Oh tentu saja tidak.” “Bagus. Aku akan kesana saja.” “Segera! Kutunggu! Jangan lama-lama!

            Usai mandi, aku mengenakan crop tee hitam, cardigan putih dan legging sesuai warna croptee ku. Dan juga sepatu converse hitam. Aku meraih iPod dan ponselku dan memasukannya ke tas ransel kecil. Dibawah, Stephanie sedang memasak dan ayahku membaca koran dikursi santai belakang. “Pagi, sayang.” sapa Stephanie. Tunggu sebentar, sejak kapan Stephanie memanggilku sayang? Ia terdengar seperti ibuku sekali.

            “H-hai, selamat pagi, Steph. Sarapan?” tanyaku. Ia begitu cepat memotong brokoli dan memasukkannya kedalam panci. Layaknya chef, dia juga mengenakan celemek putih yang masih bersih meskipun dapur sudah berantakkan. “Oh, bukan. Ini untuk makan malam. Kau mau pergi kemana?” tanyanya. Ia melihatku dari ujung kepala hingga kaki, dan smirk nya membuatku tak nyaman. “Kau ingin berkencan, ya?” tanyanya menyelidik dengan senyum jahilnya. “Uh… ini terkesan jalan-jalan biasa, Steph dan juga-“ “Oh anak muda. Sudahlah, makan sarapan dulu lalu pergilah.” Tukas Stephanie.

            Aku menyukai wanita ini. Benar-benar menyukainya! Dengan santai ia membolehkanku untuk jalan-jalan. Sedangkan ibuku… Ugh, kau tahu. Kebalikkannya.

            Sesudah menghabiskan sarapanku; telur, daging sapi, kentang rembuk dan air putih. Aku meminta izin ayahku dan langsung pergi kepantai. Aku melihat segerumbul para bocah kira-kira delapan dan sembilan anak bermain kejar-kejaran disekitar Van. Dan salah satunya be rambut keriting lembut duduk diatas Van. Memakan keripik kentang dan tertawa terbahak-bahak melihat kawannya terjatuh. Kaca mata hitam digantung dikaus putihnya.

Harry.

 Ketika matanya bertemu denganku, ia langsung tersenyum dan turun dari Van lalu berlari kearahku. “Tepat saat kita akan berangkat. Kau cantik sekali, Anabella. Ayo, kukenalkan kau pada kawanku.”

            Aku diseret keteman-temannya—bukan, aku bercanda. Ditarik lebih tepat. Harry bersiul kencang membuat seluruh kawan-kawannya menghentikan pekerjaan mereka. “Kawan-kawan, penumpang terakhir!” Harry menunjukku, “Anabella. Anabella, ini temanku… seluruhnya”. Mereka melambai ke arahku dan menyapa.

            “Ya Tuhan, aku suka sekali outfits nya!” teriak perempuan berwajah latin. Dia berlari kearahku dengan lincah dari dalam Van. Ia mengenakan kaus dan rok pendek flanel. Wajahnya memang manis. “Aku menyukai crop tee dan sepatumu! Omong-omong, aku Selena Marie Gomez. Selena saja” katanya. Ia tidak terdengar orang Inggris, melainkan Amerika. Aku tersenyum dan meraih jabat tangannya, “Aku Anabella.” “Anabella? Nama yang manis” puji Selena. “Terima kasih”.

Anabella? Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang