BAB 10

137 4 0
                                    

Maaf kalo barusan nge post. Wifi eror lagi -_____-  , bener-bener nge stuck tapi niatnya mau bikin cerita baru tapi itu masih Rencana. Ini cerita bakalan Ane selesin ASAP. 

Enjoy! -A.V 

Aku dan para gadis menaiki gerobak besar yang ditarik oleh dua kuda, dan bonus pria tua yang menjadi pemandu kita. Ia berumur empat puluh tahunan dan keriput memenuhi sekitar dahinya. Aku duduk dihimpit oleh Kendall dan Taylor. Taylor sedari tadi melirikku setelah insiden pertengkaran tadi. Aku agak sungkan berbicara dengannya. Selena sedari tadi juga membuang muka dari Taylor dan senyum kepadaku, Ella pun juga. Taylor mendengus kesal.

            “Sebentar lagi kita sampai!” seru Ashley dibelakang kami yang menunggangi kuda. Ia sungguh senang sekali. Bagaimana tidak, dia gadis satu-satunya yang menaiki kuda. Dibelakangnya, Harry dan lain-lain, juga menaiki gerobak yang sama dengan kami.

            “Ya Tuhan, panas sekali. Ada yang tahu kapan kita sampai?” erang Vanessa. Ia menyeka keringat dari pelipisnya. “Kita akan sampai ke Pelabuhan sebentar lagi” sahut Kendall yang berada disebelahku. “Pelabuhan?” tanyaku. Kendall mengangguk pelan, “Polperro adalah desa nelayan, Bella” “jadi, kita akan menjadi nelayan?” tanyaku lagi. Kendall terkekeh pelan, “tidak, hanya saja pemandangan disana sungguh keren. Mungkin kita akan ke pantai, atau kita berkeliling Polperro saja” jelas Kendall.

            Aku hanya mengangguk faham saja, ini pertama kali aku kesini jadi aku mengiyakan saja apa yang ia katakan. “Aku benar-benar kepanasan! Sial, ketiakku berkeringat” ujar Kylie.

****

Harry’s POV

Aku melihat Anabella dari jauh. Ia duduk disamping nenek sihir tersebut. Entah kenapa Anabella lebih memilih duduk bersama Taylor. Kenapa tidak bersama yang lain saja? Tapi, untung saja Kendall ada disampingnya.

            Zayn duduk didepanku walaupun kami tidak saling berbicara. Aku masih kesal dengannya. Bisa-bisanya ia memberitahu Anabella jika kita ke Polperro. Aku lah yang harus memberitahunya. Dan untuk apa Zayn mengajak Anabella menaikki kuda? Untuk apa Zayn mengajaknya untuk melucon? Harusnya aku!

            Memang Zayn masih sedih karena diputuskan oleh Perrie. Dan aku sungguh kasihan kepadanya, tapi aku juga tidak sudi jika ia move on ke Anabella.

Aku masih bertanya-tanya apa yang membuatku menginginkan Anabella. Padahal aku barusan kenal dengannya. Aku juga tidak ingin terlalu cepat dengannya. Aku masih trauma karena nenek sihir tersebut. Dan masih tak habis pikir, jika seluruhnya adalah kesalahanku. Padahal, aku yang melihatnya bercumbu dengan pria lain dan masih tetap menyalahkanku.

            Dasar jalang.

            Taylor memang gadis yang baik dan ceria. Ia begitu cerdas dan penyayang diantara seluruh teman-temanku. Aku ingin berteriak dan menonjok diri sendiri kenapa aku harus jatuh hati padanya. Hingga detik ini, aku masih menyimpan rasa dan benci yang tercampur jadi satu pada Taylor. Antara aku ingin memeluknya lagi dan menyiksa dirinya.

            Tapi aku harus menahan rasa tersebut, aku tidak mau teracuni lagi.

            Sesampainya kami dipelabuhan, aku langsung mengajak semua orang ke pantai. Polperro terletak di South East Cornwall. Dermaga dan bangunan sana arsitekturnya benar-benar klasik. Dari dulu aku menggilai dunia arsitek, tapi otakku tak cukup menampung segala materi yang diberikan dijurusan tersebut. Liam-lah yang berhasil, dua tahun kedepan, ia akan lulus kuliah dan menjadi arsitek. Sedangkan Louis, ia masuk Fakultas Hukum. Permintaan terakhir ayahnya sebelum meninggal adalah ia ingin Louis menjadi hakim. Zayn? Dia beruntung sekali masuk Fakultas Kedokteran. Aku? Don’t ask.

            Pantai Lantivit Bay adalah pilihan utama kami. Pemandangannya begitu indah sekali. Yeah seperti pantai-pantai biasanya, tapi aku lebih suka pantai ini. Anabella duduk dikursi pantai sambil tertawa melihat tingkah kawan barunya bermain diair. Tapi, ketika aku hendak mendekatinya, Zayn duduk disebelahnya. Aku terhenti. Wtf, Zayn! Ugh!

            Aku mengepalkan tanganku, untung saja dia temanku. 

            Mereka begitu dekat sekali! 

“Harry!” “Apa?” aku melepaskan tangannya dari pundakku. “Kau melamun apa bung? Wajahmu mengkerut sungguh! Sepertinya kita akan menginap disini semalam. Kita tak akan bisa sampai London sore ini.” Ujar Louis. “Yeah, aku juga berpikir hal yang sama.”

“Tapi aku khawatir dengan gadismu” gadisku? Ya Tuhan.

Aku merasa sudut-sudut bibirku tertarik, pipiku memanas dan Louis menyeringai jahil, “w-what?”.

“Kita bisa bicara hal itu nanti, Styles. Pokoknya, bilang ke Anabella bahwa kita terpaksa menginap. Aku dan lainnya baik-baik saja dengan hal menginap, aku bisa carikan sekarang bersama Cody dan Liam.”

Aku mengangguk saja mendengar Louis berucap. Yeah, tak mungkin kita langsung kembali ke London. Aku kasihan pada Nate yang tadi menyetir, kelelahan dan butuh istirahat. Walaupun banyak dari kami yang sudah menyetir mobil, tapi Nate-lah yang hafal rute perjalanan.

Aku melirik Zayn yang semakin membuat mata Anabella terkesan padanya.

“Zayn” panggilku dengan pelan. Tapi aku tidak bisa menahan kesan dinginku padanya. Zayn menoleh, ia memasang poker facenya. “Aku ingin berbicara dengan Anabella sebentar” “K

            Anabella menyambutku dengan senyumnya. Damn, I caaaaan’t! Dia cantik sekali! Oh Lord! Mata hitamnya membuatku kelu. “Hei” sapanya lembut. Aku begitu tenang sekali. “Hei, maafkan aku karena pertengkaran tadi.” “It’s okay” suaranya melembut lagi. “Dengar, sepertinya kita akan menginap malam ini” Mata Anabella melebar, "benarkah?!” dia menaikkan dua oktav nada suaranya. Aku menjadi sungkan. “Ayahku akan membunuhku!” erang Anabella. Ia menjadi panik dan wajahnya menjadi menggemaskan. Ia menggigit bibir merah mudanya yang membuatku ingin menciumnya.

            “Lebih baik telfon ayahmu dulu,” “dia akan memarahiku habis-habisan” “eh… mungkin ibumu?" 

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 16, 2015 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Anabella? Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang