3. GUA GEER APA PEKA?

31 4 13
                                    

BAGIAN 3

"Siapa dia? Malaikat maut yang mau jemput gue, apa mata mata yang mau bunuh gue?" ~Enrico Dirgantara putra

Pagiku disambut dengan pemandangan sosok wanita yang selama ini mengganggu aktivitas dan pikiranku. Dia disana. Tepat di depan gerbang sekolah. Bersama seorang laki-laki yang baru saja menurunkannya.

Mungkin dia ojek. Tidak. Bukan. Dia tidak seperti ojek. Wajahnyapun tidak seperti tukang ojek. Apalagi setelan nya. Bajunya terlihat mahal, juga motor capung yang ia naiki.

Wanita itu. Dia seperti sedang bercanda dengannya. Dia terlihat cantik dari tempatku berdiri. Apalagi saat....

membuka helmnya.

Tidakkk. Mengapa aku memikirkannya? Memangnya Siapa dia? Batinku. Ku menggeleng-gelengkan kepalaku memecah semua pikiran itu.

Ku berjalan memasuki sekolah setelah wanita itu sudah menghilang dari tempatnya. Ku melanjutkan langkahku menuju koridor area kelas 10. Memang,, perlu melewati koridor kelas 10 agar bisa sampai di area kelas 11

Astagaaa, anak itu ada di depan. Gue harus gimana? 

Sejak dulu, sampai saat ini wanita itu selalu membuntutiku. Apa dia mata-mata? Mau bunuh gua? Isi kepalaku berkeliaran kemana-mana.

Dia berjongkok di hadapanku. Sepertinya sedang membenarkan tali sepatunya yang tadi kulihat baik-baik saja, Tidak lepas ataupun melonggar.

Dia belum juga pergi dari tempatnya. Psdahal perempuan lainnya yang mungkin temannya sudah beranjak pergi.

Sial

Ku mencoba menetralkan pikiranku dan berjalan melewatinya.

Astaga dia berdiri. Ko gua kaya orang dikejar penjahat ye? Gimana kalo dia tusuk gua dari belakang?

Gakgak, gimana kalo dia peluk gue dari belakang?

Dia mengikutiku. Benar. Dia mengikutiku. Serasa ada yang memperhatikanku dari belakang. Namun ku mencoba berfikir positif.

Kemarin saja dia mengintipku sedang bermain gitar dari pintu ruang seni, ku menghampirinya tapi ia lari. Wanita aneh. Kemarin lusanya dia mengikutiku dari kantin. Untung saja aku langsung masuk ke ruang guru. Jadi dia pergi.

Sumpah gua risi banget sama ni cewe, lama-lama gue takut juga njerr..

Ku sadar, memang banyak wanita yang menyukaiku. Tapi tak seperti ini, mereka selalu heboh saat melihatku, selalu mendekatiku mengajakku mengobrol meminta nomor watsapp ku, jika bertemu. Tapi dia? Lari.

Ku melihatnya sekilas dari pantulan kaca mading di hadapanku sebelum belokan ke lorong. Dia tersenyum-senyum malu melihat punggungku. Manis

Ahaa, gua ada ide

"Darrr!"

"Hahh" reaksinya kaget sampai terjatuh. Duduk. Kedua tangannya menempel di teras menopang tubuhnya agar tidak jatuh terlalu jauh.

Astagaa. Dia menangis. Sebegitu kagetkah?

Rasa bersalah merambat di tubuhku. Ku ingin menyodorkan tanganku membantunya berdiri. Tapi dia sudah berdiri sendiri dan pergi lari melesat dari tempatnya.

Disini lumayan sepi. Sepertinya tidak ada yang melihat kejadian ini. Apa yang sudah kulakukan?

Entah mengapa diriku mengikutinya. Mata dan langkahku terus fokus mengikuti punggung mungil itu. Mungkin karena diriku penasaran dengannya? Wanita aneh yang memperhatikanku diam-diam? Hah, Apakah dia menyukaiku? Yaampun gue baru sadar sekarang.

Aku terkekeh pelan. Selama ini memang banyak perempuan-perempuan yang suka padaku. Pastilah. Orang ganteng, tajir, pinter siapa yang gasuka. Sombongku.

Dia masih berjalan di depanku. Dia menepuk-nepuk pipinya.

Lucu

Kini dia berbelok masuk ke sebuah ruang kelas. XI IPA 2.

Ooh XI IPA 2? Gampang dong

Bel belum terdengar. Kakiku mengiringku ke kelas itu.

"Rett!" panggilku dari depan pintu. Ku melebarkan pandanganku ke segala arah. Mudah saja menemukannya. Dia berada di meja depan. Kedua dari samping dinding. Ya, tempat yang strategis untuk belajar.

Dan sepertinya suaraku sudah dihafal wanita itu. Dia melirik padaku. Seperti sesosok bidadari yang menemukan pangerannya. Dia membuka mulutnya lebar ketika ku menatapnya. Rasanya ku ingin memasukkan sepatuku ke mulutnya. Dia menggemaskan. Tanpa kusadari ku tersenyum padanya.

Retno yang tadi ku panggil menghampiriku.

"Gue?" tunjuk retno pada dirinya sendiri. Dia salah satu teman baikku. Ia juga memiliki exkul yang sama denganku. Seni. Kita sering berkolaborasi saat kumpul. Hampir setiap hari kita menongkrong bersama yang lainnya.

"iya, ada yang perlu gue omongin."

"Hah apa? Ko gua degdegan gini ye, Lu jangan tembak gue! Gue kaga homo anjir." suara lelaki ini yang melengking membuat banyak pasang mata memandang padaku.

Asu

"Eh bego! Najis gue homo sama lo. Gue tau batanglu segede gini kan" ucapku sambil mengacungkan telunjuk. "Gabakal mau gue sama lo" balasku sambil tertawa renyah.

Sepertinya semua wanita akan jatuh cinta melihat tawaku saat ini.

"Anjirrr, mentang-mentang punya lu segede wadah bedak Cusson baby ukuran 200 gram, ngatain punya gue segede telunjuk?" balasnya menahan tawa

"Gblk!" tawa kita pecah bersamaan.

Suara bel berbunyi. Membuat kita berhenti tertawa.

"Gue kga ada urusan sama lo sebenernya. Cari tau siapa cewek yang duduk di sebrang lo tadi.." kataku berbisik sambil menepuk pundaknya. "gue kelas dulu ret" kita berhighfive sebelum berpisah. Dan kini retno sama halnya dengan wanita tadi. Mengangakan mulutnya tak percaya dengan apa yang ku katakan barusan.

"Akhirnya lo normal juga bos.. " teriak retno padaku. Pasalnya, aku sering disangka gak normal, soalnya banyak cewe cantik yang ngejar gue tapi gak gue gubris.

Dan sepertinya kedatanganku disana berhasil mengambil alih perhatiannya. Ya,, perhatian wanita itu. Sejak aku datang, matanya tak lepas-lepas dari memandangku. Tapi ku sempat melihatnya bergidik ngeri saat ku membicarakan hal aneh bersama Retno.

Ku berjalan menyusuri koridor sepi menuju XI Bahasa 4. Itu kelasku.

Apa yang kulakukan barusan? Sungguh kerefleksan yang haqiqi.

Setelah melihat reaksinya, kini ku benar-benar yakin jika kini ku tidak ke geer an. Tapi kepekaan terhadap sebuah rangsangan hha:v

Menarik...

...

Boom..
Ketemulagi..

Seperti biasa, jangan lupa tinggalin jejak jempol lu.

Gua do'ain buat lu yang like comment semoga jempol lu jadi ibu jari.

Apalagi buat lu yang rekomendasiin cerita ini ke temen-temen lu, khususnya ke temen lu yang secret admirer juga. Hhe. Gua do'ain deh biar bisa dapetin tuh cowok/cewek.

Salam sayang lagi
~Penulis dramatis.. Love

EnRicoo Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang