Chapter 3

2.3K 222 18
                                    

Nayeon mengejang jengkel, pagi-pagi sudah dihadapkan oleh kenyataan bahwa bayi kesayangannya mogok, Bmw unit terbaru itu sama sekali tak dapat di starter, walhasil ia kesulitan untuk berangkat mengunjungi kediaman ibunya, berkali-kali ia harus meruntuki kesialannya pagi ini.

Dreeett....dreeettt....

Nayeon mengulum senyum takkala ia mengetahui siapa yang tiba-tiba saja menghubunginya.

"Jeonggie.. "

".............."

"Datanglah ke gedung apartementku.."

"................"

"Datang saja.. Ku mohon.. "

"................."

"Gumawo jeongie honey.. "

".................."

Garis lengkungan panjang tertarik di bibir imutnya hingga membentuk tanda hati. Rona yang semula kesal berganti ceria. Bak sakura di musim semi.

Dengan perasaan lega bercampur senang, wanita itu menunggu dengan sabar hati sang sahabat di perempatan jalan yang menuju gerbang, dimana mengarah ke pintu utama gedung apartemennya.

Tak berapa lama, berhentilah sebuah camry putih tepat di depannya.

Nayeon segera melangkah masuk kala si pengendara mematikan sistem central door lock mobil tersebut.

Bugh..

"Apa? "tanya jeongyeon, sesaat wanita itu telah duduk nyaman disampingnya.

Sorot serta air muka pria itu begitu datar dan kaku.

Nayeon mendengus.

"Antarkan aku pulang.. "

Jeongyeon mencebik heran.

"Kau bisa lebih cepat tiba disana dengan memesan taxi.. "

Lima belas menit waktu menunggu, bila dipakai untuk menyetop angkutan umum, wanita itu pasti sudah tiba dan bersantai dirumah orang tuanya.

Tsk,

Pria itu menggeleng jengah.

Jeongyeon mulai menghidupkan mesin kemudian secara perlahan melajukan alat transportasi mewah tersebut.

"Kita searah, rumah sakitmu melewati kediaman orang tuaku.. Lagipula aku ingin melihat wajahmu?"sahut nayeon, nadanya lumayan girang.

"Wajahku kelihatan baik-baik saja sebelum bertemu denganmu"ketusnya.

Nayeon memegang dada kirinya, bertingkah seolah tengah merasakan sakit hati, karena tersinggung.

"Aku merindukanmu.. "godanya.

Jeongyeon melirik wanita tersebut sejenak seraya terus mengemudikan mobilnya.

"Saranghae uri jungie.. "tampangnya ia buat seimut mungkin, kelopaknya kerap mengerjap centil, pipinya menggembung.

Jika orang lain akan menganggapnya cute nan menggemaskan, tapi tidak buat jeongyeon.

"Kau menjijikkan.. "nadanya kejam, terkesan mengintimidasi. Wajahnya pun mengekspresikan raut jijik dan angkuh yang sangat mendominasi.

Nayeon merengut, sahabatnya ini sungguh membosankan, garing dan tak bisa diajak bercanda.

Sejenak keduanya bungkam tak ingin bersuara.

Neyeon melirik lekat satu sisi wajah jeongyeon dengan sebelah alis meninggi.

"Apa kemarin malam kau yang membawaku pulang?.. "

Sexy, Free, and SingleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang