chapter 9

3.7K 245 24
                                    

Sebulan lamanya, nayeon berusaha melenyapkan memori yang bisa dikatakan indah tapi tak begitu juga.

Terkadang dalam kesendirian ia bertanya-tanya apakah yang terjadi diantara ia dan jeongyeon dapat dikategorikan sebagai pemerkosaan atau pelecehan seksual.

Tapi jika diingat-ingat pula, mana ada korban pelecehan yang mendesah, meronta-ronta minta nambah.

Konyol.

Nayeon mengutuk otaknya yang tiba-tiba konslet.

Jeongyeon.

Mengingat nama itu nayeon kini merasa sangat merindukannya, sehabis intercourse yang memakan waktu berjam-jam itu. Ia seolah tak ingin berjauhan dari pria itu.

Mungkin aku sudah benar-benar gila.

Sentuhan, dekapan, kelembutannya, membuat nayeon menggila. Ia memang sering melakukan hubungan badan tapi tidak semenarik dan seliar yang jeongyeon tawarkan.

Apa ia selalu melakukan itu bersama kekasih prianya.

Ah molla..aku tidak peduli..

Tapi yang menjadi masalah sekarang ialah keakraban mereka sebagai seorang teman.

Selama ini keduanya cenderung berjauhan, canggung pabila bertemu malu pabila hendak berucap. Seolah ada benteng tinggi yang tanpa sengaja terbangun.

Khususnya nayeon, ia mati-matian harus menjaga sikapnya agar tak salah tingkah jika berada disekeliling jeongyeon. Nyaris mereka kerap bertemu, apakah di acara kumpul bersama jihyo ataupun menikmati makan malam dirumah keluarga Yoo. Meski itu lumayan sulit dilakukan selepas apa yang terjadi diantara keduanya.

Sedangkan jeongyeon, pria itu terlalu pintar mengendalikan emosinya, ia masih terlihat biasa saja. Kaku, dingin, dan sarkas. Seakan tak ada apapun yang tercipta diantara mereka.

Terkadang nayeon sedih jika mendapati riak datar jeongyeon saat menyapanya.

Entahlah.

Mendadak hatinya menjadi gundah gulana.

Hubungan yang dulu terjalin erat, kini lambat laun seperti retak

Nayeon pun mencoba berusaha bersikap wajar sehingga jihyo tak mencium aroma-aroma amis yang siap kapan saja menjadi senjata untuk menertawakannya.

Walau itu terlalu sukar sebab jeongyeon kerap berseliweran di dekatnya.
.

.

.

Semangkuk anggur merah menemani saat-saat kegalauannya. Termangu ia seorang diri merenungi nasibnya yang sepertinya memang harus selalu menyendiri.

Benar kata jihyo.

Ia kesepian.

Mengedarkan pandangan kesepenjuru arah. Nampak hening dan tak tersentuh.

Rumah yang terang namun seakan terlihat gelap karena tak dipayungi oleh kebahagiaan.

Sial, mengapa ia harus berubah mellow seperti ini.

Ting...tung....

Ting..tung..

"Mengganggu saja.."decaknya.

Nayeon mengunyah malas buah anggur yang sudah terlanjur ia makan sebelum beranjak bangkit untuk membukakan pintu.

Kriekk..

"Si_____"

Deg.

Sexy, Free, and SingleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang