chapter 15

5.7K 372 276
                                    

Bagi seorang pria yang tengah menanti saat-saat kelahiran sang jabang bayi, tak ada yang lebih menyenangkan daripada memandangi selembar potret hasil dari usg janin yang sedang dikandung oleh wanitanya.

Bagaikan barang paling berharga mengalahkan black card bernilai puluhan juta dollar. Jeongyeon menyimpannya pada sisi paling aman di dompetnya, membawanya kemanapun dan memandanginya kapanpun ia ingin.

Tak ketinggalan mengusapnya lembut, bahkan sesekali menciumnya di depan banyak orang. Ia tak peduli dikatakan aneh. Buatnya, janin nayeon terlalu precious dibandingkan ucapan mencemooh orang-orang.

Ah, jeongyeon begitu tak sabar menjadi orang pertama yang melihat bayinya kelak pada saat persalinan.

Namun....

Dibalik perilaku jeongyeon, ada satu sosok yang iri alias cemburu.

Im nayeon.

Merasa terabaikan, merasa terasingkan.

Tersisih.

Baginya kini, jeongyeon lebih berminat menatap gambar bayi mereka daripada memandangi wajah cantiknya yang semakin hari kian menawan, efek kehamilan.

Menjengkelkan sekali...

Nayeon, saat ini wanita itu telah banyak mengalami perubahan terutama ketika kehamilannya  menginjak usia enam bulan. Mulai dari bentuk badan, dan tentunya sikap. Dirinya yang mudah tersinggung, manja, cengeng serta yang pasti selalu ingin menang sendiri. Plus suka sekali menjajah waktu jeongyeon kala pria itu tengah bekerja atau hangout bersama teman-temannya.

Belum lagi sikapnya yang plin plan.

Tapi yang patut disyukuri nayeon kini telah terbuka dan mulai sedikit demi sedikit tertarik pada pernikahan.

"Berhentilah menatapnya seperti itu..bola matamu nyaris saja keluar.."keluh nayeon tak suka, manik matanya memutar bosan.

Tolong..di depanmu ada sosok yang cantiknya melebihi bidadari..hanya tatap saja dia dan berhenti memandangi kertas itu...

"Hn.."balas jeongyeon sebelum menyelipkan benda yang begitu keramat baginya ke dalam dompet.

Saat ini keduanya tengah bersantai di ruang keluarga. Nayeon yang terduduk malas di atas sofa dan jeongyeon yang terbaring nyaman di lantai beralaskan karpet beludru merah.

Pria itu bangkit dari rebahannya lalu berdiri tepat di depan figur sang wanita.

"Berbaringlah.."pintanya lembut selaras dengan lengkungan bulan sabit yang tertarik tipis di bibirnya.

Sejurus kemudian nayeon bergeming. Sorot matanya memicing penuh tanda tanya dan kecurigaan. Alisnya pun ikut bertaut.

Jeda untuk beberapa waktu.

Diam dan cuma saling bertatapan.

"K-kau mau apa?"tanya nayeon gelisah. Memecah kebungkaman keduanya.

Jeongyeon tergelak pelan.

"Cukup berbaring..ayolah"pintanya sekali lagi. Nayeon masih terpaku di posisinya.

Karena tak sabar, jeongyeon mendorong bahu nayeon lumayan kuat, memaksa yang bersangkutan untuk berbaring di atas sofa.

"Kakimu pasti pegal..membawa ia kesana kemari..."ujarnya kemudian mulai memberikan pijatan luwes di kedua sisi kaki jenjang si empuhnya.

Seraya tersenyum, bukan menyeringai. Sunggingan lepas yang begitu mampu membuncahkan perasaan nayeon.

Nayeon termangu.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 15, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Sexy, Free, and SingleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang