Drrrt.....drrrrt....drrrt getaran ponselku mengganggu Sabtu pagiku.
"Haisshh.... ganggu banget si ah, siapa lagi yang nelpon pagi-pagi gini? ngga tau apa lagi mimpi indah." umpatku dalam hati sembari mengangkat panggilan tanpa melihat siapa yang meneleponku sepagi ini.
"Samlekom Dyyyy.... buset kebo banget lo! Gue telponin dari subuh juga ih" yap aku tau ini si empunya suara di sebrang sana.
" Salam yang bener. Wa'alaikumussalam" "Dih elonya yang kepagian nelponnya ini baru jam enam juga"
"Oiya hehe maapkeun yak ahaha"
"lah malah ketawa, ngipin dah lo pagi-pagi dah nelpon? Ganggu orang baru sleeping beauty aja. Awas ya sampe ngga penting gue blokir juga nomer lo."
"Dih jahat amat sih si ibu satu ini. Jadi gini, tadi gue dikasih kabar sama Pak Jeje, lo sama gue dikirim ke kantor cabang, buat ngurus cabang yang di sana," ucapnya di sebrang sana yang masih menggantung.
" And then..?"
" Ya lo tau kan Dyy, kantor cabang yang baru di mana? jangan bilang lo belum tau"
" Yup gue tau, kantor kita cuman buka dua cabang baru satu di Singapura, satu lagi di Korea, Right?"
" ehemmm... dan kita dikirim sama kantor pusat buat ngurus yang di Korea Dy..." Ucap suara di sebrang sana dengan girang.
" ohh... Korea Oke" kataku belum sadar
"Wait..what?! Korea?! Jinjja?! Are you kidding me?" sambungku dengan keadaan 100% sadar.
" Weits... santuuyy... kalem... mending kita ketemu biar enak ngobrolnya. ntar siang kita ketemu di kafe, ntar alamatnya gue kirim... Assalamu'alaikum. Biip"
"Aih lah bocah sukanya setengah-setengah kalo ngomong ih, woy lah sembarangan nutup telpon lagi. Wa'alaikumsalam" Balas ku sambil memaki temanku yang dengan seenak jidatnya memutus panggilan begitu saja.
Dan di sini lah aku sekarang, pagiku cerahku matahari bersinar eh belum, belum bersinar masih malu-malu sinarnya. Sabtu pagiku jadi diliputi rasa yang ngga karuan. Terkejut, senang, penasaran, dan kesal jadi satu.
Tiing...Tiiing tanda pesan WhatsApp masuk menginterupsi lamunanku. Itu pesan masuk dari Arida, sesuai janjinya dia mengirim alamat kafe untuk bertemu nanti.
Nanti ketemu jam 10 di Kafe barunya Xiaodi, di Jalan Sudirman No 12. Jangan telat ahaha
Setelah membaca pesan dari Arida, aku melangkahkan kaki keluar dari kamar dan turun ke dapur. Sampainya di dapur aku langsung mengambi segelasl air putih dan meminumnya.
"Pagi anak bunda... tumben sabtu gini adek dah bangun, biasanya bangun siang" Sapa Bunda sedang memasak sarapan
"Pagi juga bundaa... iya nih bun, tadi si Arida telpon Lody kasih kabar kalo Lody sama Arida ditugasin buat ngurus kantor cabang yang di Korea" Terangku santai ke Bunda, sembari mencuci gelas yang barusan aku pakai.
"Oalah gitu, pantesan udah bangun pagi-pagi, cie adek naik jabatan nih ceritanya" goda bunda.
"Sape nih yang naik jabatan?" yak abangku ikut nimbrung, lihat apa yang terjadi setelah tayangan berikut ini.
"Ape si lu bang, kepo" jawabku
"Jadi akhirnya naik jabatan juga boncelku yang satu ini, utuuu utuuu utuuu Selamat si boncel akhirnya jadi atasan juga" ucap abang ku sembari mengacak rambut indahku di pagi hari, daaan...
"IH LU BELOM KERAMAS YA DEK, RAMBUT LU LEPEK GITU, ANJIR MANA BAU LAGI" oke abangku memulai peperangan.
"Bang ribut yu halaman depan masih sepi, apa mau nyobain aspal jalan depan yang masih seger habis kena embun subuh tadi, mau?" santai ku menawarkan tempat yang bagus.
"Udah ah, Abang juga nih rajin banget jailin adeknya. Sana buruan bang mandi, sarapan, trus berangkat bareng Ayah, Adek juga mandi, trus sarapan bareng yuk" Ucap Bunda melerai kami berdua
Dan asal kalian tau, setelah itu abangku hanya nyengir kuda dan lari ke kamarnya.
Ya dulu pernah sekali sewaktu SMA abangku menjahiliku dan meladeni tawaranku persis seperti yang aku katakan tadi berakhir dengan kaki kirinya digips karna patah. Sejak hari itu abangku tidak mau meladeni lagi ucapanku mengajaknya berkelahi, tapi dia tidak akan pernah absen untuk menjahiliku, mengejekku, dan sebagainya kecuali saat aku tidak ada di rumah.
***
"Oiya yah, kok tumben sabtu gini Ayah sama Bang Lukes ke Kantor?" Tanya ku ke ayah saat selesai sarapan.
"Etdah si boncel, asal ganti nama aja lu udah keren dikasih nama Lucas sama Ayah sama Bunda malah diganti Lukes. Nyiapin bubur merah sama putih lu buat gua jan lupa" jawab abang ku sewot,
"Apasih Lukes Brisik deh... " interupsiku
"Udah...udah kalian ini udah besar masih suka ribut ya ahahaha. Ada wawancara tahap akhir di perusahaan ayah sama abangmu mau mantau sekalian sorenya ada rapat akhir buat penentu calon pegawai mana yang mau direkrut, gituuu" Terang ayah.
"Lah? Wah ini wah kesengan si Lukes nih yah bisa tebar pesona ketemu karyawan baru" kataku
"Biasa sambil menyelam minum kopi, sekalian makan tiramisu sama kripik kentang... yoi ngga yah? ehehehe" Jawab Abangku yang saat itu juga ingin ku jitak kepalanya.
"Eh abangmu tu professional kok. Kalo masalah itu, tenang aja abang sama ayah terus, jadi ngga bisa tu namanya tebar pesona gitu." Jawab ayah sembari menyeruput teh paginya.
"Tuh dengerin cel boncel.. eh what?! nanti aku sama ayah terus gitu dari wawancara sampe rapat keputusan?" Jawab Abangku disusul dengan ekspresi kagetnya
"Lah iya bang"
"Ih ayaaaaah kok gituuu" rengek Bang Lucas.
"Sukur mampus lo, ngga bisa tepe-tepe ahahaha" kataku puas disusul dengan tawa dari ayah dan bunda.
Ya aku dengan Abangku tidak begitu jauh selisih umurnya, hanya beda 5 menit saja. Loh kembar? Iya ayah bundaku langsung mendapat satu paket buah hati, dan nenek kakekku begitu gembira saat mengetahui jika cucunya kembar laki-laki dan perempuan.
Aku memanggil saudara laki-lakiku itu dengan sebutan Abang atau Lukes situ tergantung pada moodku saat itu juga. dan tiap hari Lukes memanggilku dengan sebutan Si Boncel, Boncelku, dan sebagainya.padahal aku sudah termasuk tinggi juga untuk ukuran seorang perempuan dengan tinggi 165 cm.
______________________________________
Anyyeong Chinguu... Akhirnya publish juga bab 1nya, aku harap kalian semua suka yaa 😍😍
Jangan lupa tinggalkan jejak kalian ya, like dan comment biar author semangat nuangin idenya 😂
Enjoy the story, mari halu bersama
Salam,
Tudyybear
KAMU SEDANG MEMBACA
My Serendipity
FanfictionAku hanya menjalani hari-hariku tanpa rencana, menjalaninya begitu saja dan tidak pernah membayangkan jika aku akan menemukan suatu hal yang merubah kehidupanku saat itu juga. Aku Claudya Nathania, Kamu dapat memanggilku Lody, Perempuan 22 tahun, te...