Boruto menghela napas lelah, sudah tiga hari dirinya tidak melakukan apapun di rumah, ya dirinya menolak untuk tinggal sementara di rumah neneknya, karena jujur ia lebih nyaman tidur dan melakukan kegiatan apapun di rumah dan kamarnya sendiri.
"Hah membosankan." Boruto bangkit duduk diatas ranjangnya.
Dokter menyarankan untuk istirahat di rumah selama dua minggu sampai tangannya membaik, tapi sepertinya ia akan membujuk ayahnya untuk memperbolehkannya masuk sekolah seminggu lagi karena ia ada kampanye terakhir sebelum pemilihan ketua Osis.
Tiba-tiba saja perutnya berbunyi, karena ini masih jam empat sore yang artinya, sudah lewat empat jam dari jam makan siang dan masih beberapa jam lagi hingga waktu makan malam tiba, jadi ia butuh makanan ringan untuk menunda lapar.
Ia bangkit berdiri dan mengambil dompet diatas meja belajar. Sepertinya ia ingin membeli beberapa snack, sekaligus menghirup udara segar diluar rumah.
"Bolt mau kemana?" Tanya seorang maid saat melihatnya memakai jaket dan membawa dompet.
"Aku mau ke mini market bi." Boruto berjalan menuruni tangga.
"Biar bibi saja, Bolt mau belanja apa?" Ia kasihan melihat tuan mudanya itu ingin ke mini market dengan kondisi tangan di gips.
"Ah, tidak usah bi. Aku sekalian mencari udara segar, suntuk sekali di rumah." Ia memasang mimik wajah dibuat-buat.
"Setelah ke mini market langsung pulang ya Bolt, bibi takut dimarahi tuan." Tentu saja si tuan rumah pasti akan memarahinya jika tahu putranya keluar rumah dengan kondisi seperti ini.
"Tenang saja bi." Bolt melangkah cepat menuruni tangga dan berjalan keluar rumah.
Mini marketnya sangat dekat dari rumah hanya perlu berjalan kaki sepuluh menit saja. Jadi tidak ada yang perlu di khawatirkan, ia akan tiba dirumah sebelum ayahnya pulang bekerja.
.
.
"Kusso." Boruto mengumpat pelan, ternyata merepotkan sekali berbelanja dengan kondisi tangan di gips begini.Ia meletakkan keranjang belanjanya di lantai dan melemparkan snack nya dengan satu tangan kedalam keranjang.
TAK TAK
Tanpa terasa, ia sudah memenuhi keranjang belanjanya dengan berbagai snack yang sepertinya tidak akan ia makan semuanya nanti. Ini sudah menjadi kebiasaanya berbelanja snack setelah menang turnamen dan mendapatkan hadiah uang tunai.
Orangtuanya tidak pernah mengizinkan apalagi memberikan uang untuk membeli snack, mereka bilang itu tidak sehat. Jadi diam-diam Boruto selalu berbelanja dengan uangnya sendiri hasil dari ikut turnamen, setelah itu dia akan menyembunyikan semua snacknya di dalam lemari pakaian.
Kemudian ia berjalan ke rak ramen instan yang berjejer rapi disana. Sepertinya tidak buruk makan ramen instan sebentar disini, toh sudah lama tidak memakannya. Setelah itu ia bergeser ke lemari es untuk mengambil smangkuk puding coklat beku disana.
Ah, ia jadi rindu sekali pada ibunya, biasanya ibunya akan membuatkan puding coklat dirumah untuk menemaninya belajar. Ia kesal dan kecewa karena ibunya sangat sulit di hubungi, bahkan saat dia sakit seperti ini ibunya hanya menghubungi sekali saja saat dirumah sakit waktu itu. Sampai hari ini, ia belum berkomunikasi lagi dengan ibunya.
.
.
Sumire menyerenyitkan dahi, apa ia tidak salah lihat ya. Bolt duduk di meja yang ada di dalam mini market sambil memakan ramen instan dengan satu tangan. Tidak sengaja ia lewat mini market saat pulang sekolah."Bolt?" Sumire meletakan susu kedelai dan onigiri miliknya diatas meja tempat Bolt duduk. Ia sengaja menghampiri untuk memastikan itu benar Bolt atau bukan.
YOU ARE READING
Hope
FanfictionSEKUEL BEHIND Penyakit itu telah merenggut kebahagiaan keluarga kecil kami yang nyaris sempurna. Sekarang Naruto percaya bahwa Tuhan memang adil, tak ada kehidupan yang benar-benar sempurna. Terkadang Hinata berharap, ini semua hanya mimpi. Bahwa...