Home

3.2K 286 52
                                    

Naruto terus merangkul pinggul istrinya saat berjalan di bandara. "sayang kau lelah?"

"Tidak." Hinata menoleh dan tersenyum lembut.

Akhirnya hari ini mereka tiba di Jepang, operasi Histerektomi malam itu berjalan lancar dan Hinata dirawat selama nyaris enam minggu setelah operasi itu. Akhirnya semua ini berakhir, Hinata masih hidup meski bagian dari dirinya ada yang hilang dan rasanya tidak akan pernah sama lagi seperti sebelumnya, tidak apa-apa.

"Ibu!" Boruto berlari kearah ibunya dan memeluknya erat.

"Bolt." Hinata mengusap surai putranya lembut dan balas memeluknya erat sekali. Ah ia rindu sekali pada putranya.

"Aku merindukanmu bu." Boruto menghapus airmata haru nya.

"Ibu, juga Bolt."

"Jangan sakit lagi.." Bisik Bolt dalam pelukan ibunya, ia bahagia sekali sekarang ibunya sudah sembuh dari penyakit mengerikan itu.

Sekarang semuanya akan kembali seperti semula, tinggal dirumah bersama ayah, ibu, dan adiknya. Ia tidak pernah tahu kalau hari-hari biasa yang ia lalui itu nyatanya sangat berharga, apalagi hari-hari bersama keluarganya. Saat ibu sakit, ia baru menyadari itu semua, ada perasaan hampa yang bersemayam dalam dirinya saat ia sendirian dirumah.

Boruto melerai pelukan panjang itu dan membiarkan ibu untuk memeluk adiknya.

"Hima." Hinata melangkah mendekat kearah ibu mertuanya itu dan mengambil tubuh putrinya.

"Hima kenapa cepat sekali besar nak?" Hinata mengecup pipi putrinya itu, bayi cantiknya sudah bertambah besar saja. Dulu ia pergi saat Hima berusia tiga bulan dan sekarang usianya sudah hampir tujuh bulan. Dia semakin cantik dan menggemaskan.

"Apa kau makan dengan baik, saat ibu tidak ada?" Hinata memeluk erat tubuh putrinya dan terus mengecup pipinya.

Ia rindu sekali pada anak-anaknya, airmata yang selalu jatuh kepipi karena merindukan anak-anaknya terbayar sudah. Akhirnya ia bertemu dengan buah hatinya.

Bayinya berceloteh pelan sambil memainkan surai sang ibu. Hinata terus menatapnya sambil mengusap punggungnya lembut dan ia tersenyum saat melihat gigi susu putrinya sudah tumbuh.

"Oh giginya sudah tumbuh." Hinata mengangkat dagu bayinya dan melihatnya.

"Benarkah?" Naruto berjalan mendekat dan melihatnya. Ah iya, sudah ada gigi susunya yang tumbuh. Ia tersenyum sendu, ia telah sedikit melewatkan pertumbuhan putrinya.

"Kalian harus lihat Hima bahkan sudah bisa merangkak." Kushina tersenyum penuh haru melihat reuni keluarga kecil itu.

Naruto dan Hinata tersenyum hangat, "terima kasih bu, sudah menjaga anak-anak ku." Ujar Naruto.

Hinata mengangguk dan menambahkan "maaf merepotkanmu."

"Ah tidak repot sama sekali, anak-anak kalian sangat pintar dan juga lucu. Ibu senang merawat cucu-cucu ibu." Kushina berujar antusias sambil merangkul Hinata.

"Hinata, terima kasih sudah berjuang melawan penyakit itu. Ibu tidak bisa bayangkan hidup Naruto jika tanpamu." Bisa-bisa Naruto kembali seperti saat masih bujangan dulu, gila kerja sampai makan tidak teratur, tidur tiga jam sehari, minum kopi empat gelas setiap hari, dan minum alkohol. Hal itu membuatnya bergidik.

Hinata mengusap lengan ibu mertuanya, menjamin hal seperti itu tidak akan terjadi lagi pada suaminya. Ia disini sekarang, tentu saja ia akan mengurus suaminya dengan baik dirumah.
.
.
"Sayang, minum obatmu dulu." Naruto menghampiri istrinya yang sedang berdiri di balkon kamar mereka.

HopeWhere stories live. Discover now