Kira-kira sudah satu tahun sejak kejadian itu. Sulit untuk dilupakan dan masih jelas dalam bayangan bahwa dia pergi begitu saja. Satu tahun juga bernapas diantara keabuan cinta. Memang benar, jika seseorang sudah mengenal cinta, berarti sudah siap pula untuk merasakan sakit. Itu konsekuensi, namun siapa si yang mengharapkan sakit?
Koridor sepi membuat Zoe teringat pada mimpinya, Zoe rasa mimpinya bersambung, mimpi yang beberapa kali terus berjalan bak novel yang selalu berlanjut dari chapter satu ke chapter selanjutnya. Mimpi Zoe masih tentang dia, tetapi Zoe tidak mau berharap lagi, mimpi hanya bunga tidur.
Azorella Laquitta Zill, panggil saja Zoe. Si cantik dengan rambut setengah diikat menjadi ciri khasnya. Tubuhnya yang tinggi memacu langkahnya lebih lebar dan cepat. Hari ini, menjadi kesialannya karena bangun terlalu siang. Padahal sang mama sudah membangunkan lebih awal, namun karena kesalahannya sendiri yang tidur terlalu malam, berakhir seperti sekarang, untung saja gerbang sekolah belum di tutup rapat, jika satu menit saja Zoe terlambat, sudah pasti Zoe akan mendapatkan siraman rohani dari Bu Siska dan pak Harto.
"Kesiangan lo?"
Sialan, dia bertanya seolah tidak tahu apa-apa, padahal itu kebiasaannya jika tidur malam, ditambah muka khas mengejek dan cengengesannya yang membuat Zoe hanya melirik singkat.
Zoe berjalan ke arah mejanya yang di sana sudah ada dua manusia sedang menatap layar laptop dengan serius. "Minggir lo," ujarnya sembari meletakkan tas pada pangkuan cowok itu.
Ansel yang mendapati tas pada pangkuannya, tidak memilih beranjak, dengan santai Ansel malah meletakkan tas di belakang tubuhnya.
"Yee, masih pagi Zoe.""Kalian tuh, masih pagi udah nonton begituan," katanya. Kemudian mengambil duduk di kursi kosong belakang bangku miliknya.
"Lanjutin yang kemarin dong, tadi malem kita keasyikan ghibah," jawab Ivo tanpa menoleh ke belakang.
Ivona dan Ansel memang perpaduan yang cocok, kedua sahabat Zoe ini suka menonton film terutama anime, film dari Jepang, entah apa yang menarik yang membuat mereka suka, Zoe tidak tahu.
Malam tadi, memang mereka bertiga ditambah Sakya melakukan skype, kebiasaan ketika mereka gabut malam-malam. Padahal dari pagi sampai sore sudah bertemu di sekolah dan malamnya masih ada saja cerita, entah itu serius atau candaan. Karena inilah Zoe bangun terlambat.
"Woi, ini gue dapet pesan dari Bu Tiga udah gue terusin ke grup kelas ya. Bu Tiga ga masuk ada rapat guru mapel."
"Oke makasih, Vid."
Seketika kelas mulai ramai karena jam kosong. Ada yang mengajak pergi ke kantin, perpus, dan duduk-duduk di gazebo depan kelas. Sebenarnya nama aslinya Tri, tetapi karena Bu Tri mengajar bahasa Indonesia, mereka suka memanggil Bu Tiga.
"Kantin juga yuk." Zoe yang sebentar lagi bisa memejamkan matanya, tersentak kala Sakya dengan tidak berdosa menepuk bahunya dari belakang.
"Lo nggak buat gue emosi sekali aja bisa ga, Sak? Gue tuh masih ngantuk," gerutu Zoe.
"Lo pasti belum sarapan," katanya sembari mengulurkan tangan dan menarik Zoe pelan.
"Kita ga diajak?!"
Sakya menoleh ke Ivona. "Berhubung lo masih punya dua kaki, ya lo tinggal ngikut jalan sendiri."
KAMU SEDANG MEMBACA
Azorella
Teen Fiction[update sunahan• Senin-Kamis] Melupakan orang yang kita cintai memang tidak mudah. Setahun silam Zero menghilang tidak membuat Azorella memiliki keyakinan bahwa benar-benar sudah melupakannya. Azorella mempunyai misi besar kali ini, yaitu melupakan...