3- Selesai

36 11 0
                                    

Happy reading luv

Demi apapun, ini sudah tidak bisa diselamatkan lagi. Zoe mengacak rambutnya frustrasi, zero, zero, zero. Terus saja nama itu berputar di otaknya, melupakan tidak semudah saat baru saja mengenal cinta. Zoe meraih kertas yang ada di depannya, menggoreskan tinta sebanyak-banyaknya setelah itu, ia merobek kecil-kecil untuk menjadi pelampiasan. Mendorong kursi belajarnya dan berjalan ke sudut kamar yang di sana ada tempat sampah.

"Kak! Kakak."

"Iya mam, sebentar." Zoe menutup pintu kamarnya, dan berjalan menuruni tangga. "why mam?"

"Jagain adek bentar, mami mau masak," kata maminya.

Di ruangan besar yang dindingnya dihiasi beberapa lukisan, ada beberapa rak dan guci di sudut ruangan yang berlantai marmer tengahnya berkerpet beludru abu-abu menjadi alas balita yang sedang tertatih meraih bola kecil berwarna merah. Dengan semangat, zoe menyetujui perintah maminya. Adiknya, Garvi Eknath Arsyanendra, dengan badan gembul yang hanya memakai kaus tanpa lengan membuat sang kakak tambah gemas, dan menciumi tanpa henti. 

"Api main apa si?"

Seolah mengerti dengan pertanyaan kakaknya, balita berusia 10 bulan itu menjawab dengan bahasa bayi, yang Zoe saja tidak paham.

Setelah puas mencium bonus menggigit pipi adiknya, Zoe membiarkan Garvi bermain lagi dengan bola dan segala macam yang ada di sana. Zoe mulai menjelajahi media sosialnya. Banyak notifikasi yang masuk dan yang menarik perhatiannya hanya satu.

@zerounrr_ mulai mengikuti anda.

"Godaan move on gini amat si? Kenapa lo follow ig gue," gumamnya dengan ekspresi sedih.

Zoe adalah orang yang pantang menyerah, jika ia berkomitmen melakukan sesuatu pasti harus dilakukan dan mendapatkan hasil sesuai keinginannya. Namun, kenapa untuk yang satu ini sangat sulit?

"Anjir, ni otak sama hati gue nggak bisa diajak kerja sama." Jarinya menggulir layar gawai dengan sedikit gemetar, membuka akun Zero yang ternyata hanya ada satu fotonya dalam mode gelap. Pengikutnya banyak dan Zero hanya mengikuti beberapa saja.

"Masih sama, tapi tambah ganteng, gi-" Sebelum menyelesaikan ucapannya. Zoe tersentak ketika mendengar bunyi dug yang lumayan keras.

Seketika langsung mengalihkan pandangan di susul dengan suara tangisan kencang dari adiknya. "Gavri!"

Zoe panik dan langsung menghampiri adiknya yang menangis di pojokan. Kepala Gavri terantuk meja guci, sebenernya Zoe agak deg-degan karena lalai menjaga adiknya. Zoe menggendong Gavri dan mengusap kepalanya.

"Kenapa si kak? Di tinggal mami sebentar aja dibuat nangis."

Zoe cengar-cengir menutupi ketakutannya, aura maminya sudah berbeda, setelah adiknya berada di gendongan sang mami, Zoe merapatkan bibir dan menunduk.

"Makanya hp terus kak, mami belum selesai loh."

"Iya maaf mi," jawab Zoe penuh sesal. Apalagi mendengar tangisan adiknya yang merasa sangat sakit.

"Aya ya yaaa." Tangisan Gavri memang terdengar sangat sedih.

"Mana yang sakit sini mami lihat? Kak, tolong selesain cucian bekas tadi."

AzorellaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang