part 15

1.7K 211 78
                                    


🍁

Bleg.

"Jadi kita mampir kemana?" Tanya Christy. Vino diam berfikir, mencoba mencari ide kemana dulu sebelum pulang?

Ya, hari ini Vino menjemput Christy sang adik. Sebenarnya jarang terjadi, tetepi entah efek dari mana Vino dengan suka rela menjemput Christy disekolah.

Ajaib.

"Supermarket aja gimana?" Tanya Vino. Jujur, dia sebenarnya malas pergi kemana-mana. Tapi supermarket adalah pikihan terbaik bukan?

"Emm.. beh deh."

"Ok, siap meluncur?"

"Let's go!!"

Vino terkekeh, ia menghidupkan mobilnya kemudian berlalu meninggalkan sekolah sang adik tercinta.

Diperjalanan, jelas Christy banyak bicara. Menceritakan banyak tentangnya. Vino? Iya tentu ia mendengarkan sesekalu memuji adiknya itu.

Tak apa.

Cukup membuat adiknya sedikit senang adalah hal baik. Vino melakukannya dengan baik. Kebahagiaan orang-orang tersayangnya adalah yang paling utama.

Termasuk Shani?

Mungkin.

Vino membelokkan mobilnya kekanan tepat dimana supermarket yang menjadi tujuan keduanya berada.

Christy membuka satebletnya kemudian menatap Vino, "boleh beli apa aja?"

"Iya."

"Banyak?"

Vino mengangguk, ia mengacak rambut sang adik. "Semuanya pun boleh." Ujar Vino dengan senyum manisnya.

"Yes!"

Dengan semangat Christy turun dari mobil, berlari masuk kedalam supermarket. Vino menggeleng melihat tingkah adik bungsunya tersebut.

Aneh sih.

Vino masuk, kakinya melangkah menyusuri satu persatu, rak demi rak di supermarket. Hingga kakinya berhenti dirak yang menyusun berbagai macam jenis susu.

Suau hamil, tak terkecuali.

Vino diam.

Ia memandangi susu hamil yang sering ia beli. Ingatannya kembali merajuk pada sosok Shani. Sial, dimanapun kini selalu tentang dirinya.

Kenapa Shani begitu hebat, mensabotase pikiran Vino dengan sempurna. Mengarahlan semuanya pada Shani.

Kenapa?

Tangan Vino terangkat mengambil satu kotak susu hamil yang Shani minum.

Vino tersenyum, ia ingat betul bagaimana dia dengan tidak jelasnya membeli banyak susu hamil hanya ingin tahu mana yanh lebih Shani sukai.

Vino tersenyum, kala ingatanya mengarah pada canda tawa juga perdebatan yang tidak jelas bersama Shani.

Ah, Vino rindu.

Serendipinity  [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang