part 22

2.5K 216 94
                                    

🍁

"Heh lo—"

"Sorry gue ada kerjaan makanya sempet nya sekarang." Sela Vino ketika tau apa yang akan diumpat oleh Feni lagi.

Dari sejak Vino dan Bony menampakkan badayng hidungnya ketiga gadis itu sepertinya sudah bersiap untuk marah.

Ya, meskipun pada akhirnya Vino kena omelan pula. Dan bodohnya, hanya diam. Kemudian setelah ia muak atau lelah maka ia akan menyelanya.

Itulah Raja Vino. Sosok menyebalkan bagi setiap orang.

"Duh gue nggak tau lagi, kok ada manusia kek lu." Celetuk Feni, kemudian menyambar tasnya bersiap pulang.

" Ya sorry. Namanya kerjaan mana bisa ditinggal."

Ah, rasanya lebih baik Vino berbohong sekarang. Daripada masalahnya nambah panjang, mengingat bagaimana sahabat-sahabat Shani.

Boby sedekit menahan tawanya melihat wajah Vino yang nampak masam. Jelas, terpampang di wajahnya ogah-ogahan untuk menerima omelan.

Tentu Vino masih ingat, bagimana ketiga gadis cantik itu membuka persidangan dadakan. Dan dia, tidaklah mau lagi.

Mengerikan.

"Udah, karena Vino udah dateng yaudah malam ini dia yang jaga Shani." Ujar Gracia dan kemudian diangguki oleh semuanya.

"Sendiri?"

"Iyalah, masa sama gue." Celetuk Anin. Yang langsung mendapat tatapan tajam oleh Boby.

"Biasa aja jenong."

Boby berdekhem sejenak, ia mengangkat tangan kirinya melihat jam. "Berhubung udah cukup malam, jadi— kita pulang."

"Kok gitu."

Gracia memincingkan matanya menatap Vino. "Apa?" Tanya Vino merasa tak enak ditatap segitunya oleh Gracia.

"Lo takut yah?" Ujar Gracia sambil menunjuk muka Vino. Vino berdecak kes, dia pun menurunkan telunjuk Gracia.

"Jangan ada-ada."

"Balik dulu, jagain Shani awas aja." Ancam Anin. "Yuk guys." merekapun mengangguk. Lebih dulu berjalan meninggalkan Vino. Boby memepuk pundak Vino.

"Good luck."

Boby melangkah menyusul ketiga gadis cantik itu, meninggalkan Vino sendiri.

Vino diam.

Kini, dia bingung harus bagaimana juga melakukan apa? Vino menghela nafasnya, jujur rasa bersalah itu kembali muncul.

Hal yang membuat Vino kini merasakan malu jika harus bertemu dengan Shani. Apa— manusia brengsek ini masih layak bertemu Shani? Pikirnya.

Vino duduk, dia pun mengusap wajahnya kasar. 'Maaf Shani.' batinnya.

Vino menoleh, disana ruangan jagoannya. Vino menghela nafasnya, mungkin akan lebih baik jika dia bertemu jagoan lebih dulu. Vino pun bangkit.

Serendipinity  [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang