part 16

2.1K 188 108
                                    


🍁

Vino turun dari mobil, matanya langsung menangkap mobil yang dirinya kenal. Vino menghela nafas panjang, kenapa dia harus terus berurusan dengan sosok menyebalkan itu?

Ya, itu mobil Samuel.

Ah, Vino sekarang tau jika Samuel telah mengikutinya hinggap apartemennya.

"Kamu masuk duluan yah, kakak ada urusan." Ujar Vino pada sang adik Christy.

Christy yang tidak tahu menahupun mengangguk, ia mengambil satu kresek dari tangan kakak kesayangannya, ya hasil perbelanjaan mereka barusan.

"Jangan lama yah kak, kity laperm" ucapnya.

"Hem."

Dirasa Christy sudah benar-benar masuk, Samuel turun dari mobilnya. Tersenyum memandang Vino dari sebrang.

Ah sial.

Senyum itu diartikan berbeda oleh Vino. Tidak ada hal baik dari balil Samuel. Apapun yang Vino rasakan dari manusia itu adalah keburukannya.

Lihat, Samuel berdiri dengan tengilnya. Menyandarkan punggungnya pada mobil dengan melipat kedua tangannya. Memuakkan sekali.

Vino tak menyangka masih ada manusia seperti Samuel di dunia nyata. Vino pikir hanya ada di FTV yang sering mamihnya tonton setiap pagi.

'apalagi?' batin Vino.

Vino menghela nafasnya, dia pun berjalan menghampiri Samuel disebrang sana.

Intinya, dia hanya ingin Samuel hilang dari hadapannya. Hilang dari pandangannya. Atau paling tidak masalahnya pun hilang. Lagipula Vino tau, satu masalah diantara mereka adalah Shani.

Apalagi?

Dua manusia ini layaknya peserta sayembara yang berlomba-lomba mengambil hati gadis cantik yang tengah mengandung itu.

"Ada perlu apa?" Tanya Vino dengan malasnya setrlah ia berhasil menghadap Samuel.

Samuel terkekeh, "ternyata lo nggak dengerin ucapan gue yah." Ucapnya. Mendengar itu, Vino pun mengernyitkan dahinya. Apa maksudnya?

Samuel menepuk pundak Vino beberapa kali kemudian terkekeh pelan. Selanjutnya Samuel menatap Vino tajam. "Udah pernah gue bilang kan? Jangan temuin Shani lagi. Ternyata lo nggak ngerti."

"Batu juga."

Vino diam. Ternyata permintaan permintaan Samuel nyata. Vino pikir akan berlalu begitu saja ketika berbulan-bulan berlalu.

Vino menghela nafas mennaggapi ucapan Samuel. "Bahkan gua nggak nemuin dia." Ujarnya. Memanglah benar, dia tidak menemui Shani barusan.

"Lo kasih sesuatu lewat adik lo. Caper!" Ucap Samuel.  Samuel menunjuk muka Vino dengan tatapannya yanh tajam. "Jangan sekali-kali lo datengin Shani lagi atau—"

"Atau?"

"Shani dan anaknya akan celaka ditangan gue." Ucap Samuel. Ia menepuk pundak Vino kemudian terkekeh.

Serendipinity  [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang