Serendipinity [SELESAI]

part 12

🍁

Saturnus time coffeshop.

"Ini kak Vin, Ice late blend nya." Ucap Satya, salah satu barista di caffeshop Vino. Vino tersenyum dan mengangguk.

"Makasih Sat."

"Ok kak, gue permisi." Pamkt Satya yang hanya dibalas dengan dekheman pelan Vino.

Disinilah Vino, di Saturnus time coffeshop. Aroma kopi khas yang menenangkan pun nyatanya tidak berhasil menenangkan dirinya beberapa hari ini.

Pikirannya berkecamuk dan bercabang kemana-mana meskipun satu objeknya.

Shani.

Sudah hampir satu minggu lebih dirinya hanya berkegiatan di caffeshop, konon menghilangkan segala bebannya.

Tapi bohong.

Nyatanya, dimanapun Vino ia merindukan Shani, ia memikirkannya. Jadi, apa ini sudah disebut Vino mencintai Shani? Sepertinya begitu.

Bagaimana kabar Shani? Apakah dirinya baik-baik saja? Bagaimanapula jagoan kecil kebanggaannya?

Vino rindu.

Dan bagaimana bisa? Shani mensabotase segala pikiran Vino untuknya. Bahkan dia saat mereka tak bersama. Ah, Vino ini siapa? Lancang sekali.

"Ah, ya. Boleh minta satu hal lagi?"

"Apa?"

"Tolong janhan datengin Shani yah Vino. Gue mau berusaha mengembalikan semuanya. Bisa?"

"Ok, gue ga akan datang lagi dan nggak hubungin dia lagi."

"Thanks Vin."

"Hah.."

Ingatannya kembali pada saat pertemuan tak disengaja dengan Samuel. Dia akui, Vino memanglah bodoh.

Vino memejamkan matanya, mencoba menutupi segala kesalahannya. Menghilangkan hal yang telah ia lakukan pada Samuel dari otaknya.

Apa Shani akan marah? Atau buruknya, dia akan membencinya? Jika ia Vino tidak akan pernah siap akan itu.

"Aarggh!" Erang Vino, ia mengacak rambutnya frustasi. Andai saja dia malam itu tidak pergi.

Vino bodoh.

Katakanlah begitu, niat hati memberikan hal yang seharusnya Samuel dapatkan malah dia yang tersakiti. Vino tersiksa dengan keadaan.