part 4

2K 187 43
                                    

🍁


Shani mengitari setaip rak supermarket, memilih bahan kebutuhannya untuk di apartemennya.

"Ci Shani."

Shani menoleh, ia sedikit terkejut ketika melihat siapa yang memanggilnya. 'mampus gue.' batin Shani. Ah kenapa harus bertemu sekarang? Pikir Shani.

"Anin ayo buru—" pekikan Gracia terhenti ketika matanya melihat manusia didepannya. "Ci shani!" Pekiknya.

Ya mereka adalah Anin dan Gracia, sahabat Shani sejak duduk dibangku SMP. Bukan, sebenarnya masih sahabat, hanya saja beberapa bulan setelah kehamilannya Shani seolah menghilang.

Bahkan dari mereka berdua, sahabatnya sendiri.

"Ci—ci Shani ham—astaga Tuhan ci Shani hamil?!" Seru Anin, Shani menunduk. Ah, sia-sia sudah dirinya menyembunyikan segala sesuatu buruk ini.

"Kok bisa?!"

"Ci jawab ci."

"Kapan ci Shani nikah? Trus kenapa cici ngilang?!"

Begitu banyak pertanyaan yang mereka lontarkan. Shani diam, sungguh dirinya tidak mampu menjawab semua pertanyaan tersebut.

Apa yang harus Shani katakan sekarang? Ah, untuk mengatakan dirinya tengah hamil saja rasanya sungkan.

Malu, bisa dikatakan seperti itu. Shani malu dengan keadaannya sekarang. Apa kata mereka jika mengetahui dirinya hamil diluar nikah?

Shani memejamkan matanya, keadaannya buruk sekali. Kalaupin bisa, ingin sekali Shani menghilang dari sahabatnya ini. 'Vino tolong.' batin Shani.

"Jangan-jangan Ci Shani hamil diluar nikah yah?!"

Duar!

Bumi gonjang-ganjing, ah tidak—rasanya bumi tempat Shani hidup runtuh. Bagaimana bisa ia mengatakan itu, meskipun pada kenyataannya iya.

Damn!

Lagipula kenapa harus bertemu mereka? Hal yang tidak pernah Shani pikirkan sebelumnya, tidak pernah setelah beberapa bulan Shani menghilang.

"Ci ja—"

"Sayang udah?"

Baik Anin, Gracia dan Shani pun menoleh kearah sumber suara. Disana, Vino berdiri. Ya—Vino kembali datang. Sejenak Shani menghela nafasnya lega, setidaknya inilah penyelamatnya.

Vino berjalan mendekati ketiga wanita ini. Baik Anin maupun Gracia masih tampak bingung. Bahkan, amat sangat bingung.

Vino tersenyum manis, "hai, sahabatnya Shani yah?" Tanya Vino begitu ramah. Anin dan Gracia mengangguk.

"Jadi?"

Vino berdekhem, ia merangkul pundak Shani. "Aku Vino, Raja Vino Regan, suami Shani." Ujarnya tanpa beban. Jelas, pernyataan Vino seenaknya ini mampu membuat Shani terkejut.

Apa katanya, suami?

Ingin rasanya Shani melempar sepatunya pada Vino karena seenaknya begitu. Tapi, rasanya untuk saat ini ke-seenakannya Vino berguna.

Serendipinity  [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang