part 23

1.7K 187 76
                                    


🍁


"Yeeeyy! Rumahnya bakal ada jagoan." Seru Christy—adik Vino dengan riang. Mila bahkan sampai menggeleng pelan melihat tingkah putrinya.

"Asik bisa liat orang lain selain bang Vino dirumah."

Vino terkikik geli, ia mendekati Christy. "Jadi, kalau ada baby boy dirumah ga boleh berisik." Tuturnya, tangannya bergerak mengacak rambut Christy.

Christy cemberut, "Aku nggak berisik Abang!" Protesnya. Vino mengiyakannya, biar cepet selesai katanya.

Ya, jadi keputusan sepihak Vino adalah membawa Shani ke rumahnya. Simple saja, Shani tidak ada pengalaman untuk merawat manusia lain.

Bagi Vino, sang Mamih adalah rekomendasi terbaik untuk membantu Shani mengurus jagoannya. Kalau kata Vino, hitung-hitung simulasi punya cucu.

Meskipun melalui perdebatan panjang, mau tak mau Shani menurut. Tentu, setelah Mila dan Yudha berbicara langsung kepada Shani.

Jelas saja, mereka tau jika Shani tidak mau merepotkannya. Itulah yang menjadi alot kemarin. "Kamu mau jemput jam berapa?" Tanya Mila memasukan beberapa baju bayi kedalam lemari.

"Siang ini Mih ikut?"

"Christy ikut!" Vino menatap malas pada adiknya, baiklah—Vino anggap ini sebagai gangguan baru dihidupkan. "Nggak boleh!"

"Ih Abang.."

"Udah ajak adiknya, mamih nunggu dirumah aja biar ada yang menyambut."

"Bener?"

"Iya, Christy nanti ikut Abang yah." Dengan girang Christy mengangguk mengiyakan. "Yaudah ganti baju." Pinta Mila.

"Siap mih." Christy berlalu cepat setelah menjulurkan lidahnya pada Vino. Mila duduk disamping putranya.

Dengan lembut, Mila mengusap rambut Vino. Vino meraih tangan Mamih tercintanya dan mengecup punggungnya. "Tanggung jawab nambah lagi anak mamih, udah dewasa."

"Makasih yah mih." Mila mengangguk, jujur Vito tak tau harus mengatakan apa lagi untuk mengucapkan terimakasih yang begitu besar.

Mila—mamihnya selalu membantu dia dan juga Shani. Vino juga bersyukur, ada dikelurga yang menerima. "Setelah ini harus dijagain, disayang Shani sama anaknya."

"Iya Mih."

Mila menatap putranya, "jadi, Ayah Vino?" Vino tersenyum, kemudian memeluk tubuh Mamihnya dengan erat. "Tetep abang Vino buat kesayangan Papih ini " tuturnya membuat Mila terkekeh.

"Ok, Abang Vino."

Dirasa sudah puas, Vino pun melepaskan pelukannya pada sang Mamih. Ia menatap jam dinding dikamr yang nanti akan menjadi kamar Shani.

"Mih, kayaknya Vino jalan sekarang deh." Ujar Vino ketika tau pengirim pesan itu. Mila mengangguk mengiyakan, "Mami panggil Christy dulu."

"Ok."

.
.
¢¢
.

Shani tersenyum manis, jemari lentiknya berkelana menyapa setiap inci wajah damai dari manusia kecilnya.

Serendipinity  [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang