part 21

1.8K 194 71
                                    

🍁

Kini, Shani sudah dipindahkan keruang rawat. Keadaannya sudah membaik, Shani pun sudah lebih tenang, ketika tau bahwa jagoan kecilnya hidup.

Dia, hidup. Dia ada, bersamanya dengan dunia fana atas kesalahan yang berarti.

Dan sekarang, Shani pun tau seberharga apa jagoan kecilnya itu. Sama seperti yang selalu Vino katakan.

"Apa Vino kesini?" Tanya Shani memecah keheningan ruanh rawatnya.

"Apa selama aku koma apa Vino dateng?"

Feni yang ada didekat Shani mengangguk. "Dia jagain jagoan setiap hari." Jawabnya, Feni mengusap pundak Shani dengan lembut.

"Jangan khawatir ci. Vino pasti kesini, mungkin dia ada kerjaan yang nggak bisa ditinggalin." Ucap Anin, Shani mengangguk.

Ya, sejak kesadaran Shani orang pertama yang dia cari adalah Vino. Tetapi, nyatanya hingga hampir malam sekalipun, Vino belum ada niat datang.

Vino nampak belum mau menampilkan wajahnya dihadapan Shani kini.

Kemana?

Ada satu hal yang Shani takutkan sekarang, yaitu Vino pergi lagi. Sedetik, mungkin dia kecewa akan Vino. Tapi, jujur Shani mengharapkannya ada disini.

Bayangan Vino memilih pergi cukuplah membuat Shani sakit hati. Dimaba janji seorang Vino? Bahkan disaat Shani sangat membutuhkannya.

Shani menghela nafasnya, ia menunduk sejenak. 'Vino...' batinnya.

"Ci Shani istirahat lagi yah, nggak usah mikirin yang nggak-nggak dulu." Ucap Gracia.

"Aku nunggu Vin—"

"Dia bakal dateng, tapi nggak sekarang. Bener Gracia, cici butuh istirahat banyak. Please" Sela Feni, akhirnya Shani pun mengangguk mengiyakan.

"Kita keluar bentar." Ucap Anin, dirinya menarik Feni untuk keluar dari ruangan Shani.

Gracia membantu Shani membaringkan tubuhnya, dengan hati-hati dan telaten. Ah, beruntungnya Shani dikelilingi banyak orang yang sayang juga peduli padanya.

Cukup bagi Shani, meski tanpa keluarganya. Paling tidak, sahabat juga Vino ada untuknya. Ya, Vino mungkin sih.

"Lo udah hubungin Vino kan Fen?" Tanya Anin setelah mereka benar-benar diluar.

Feni mengangguk, ia menunjukkan pesan juga beberapa pnaggilan yang tidak dijawab oleh Vino. "Seperti biasa, not connected." Ucapnya.

"Itu orang kenapa sih."

Feni mengangkat bahunya, "katanya sayang, tapi nggak ada pembuktiannya. Ngapain dia kemarin nangis-nangis."

"Aneh." Cibir Feni.




¢¢



"Lo, nggak mau dateng kerumah sakit?"

"Nanti."

Bobh menghela nafasnya, "Lo, nunggu apa lagi? Bukannya ini yang lo tunggu?"

Vino yang tengah menata kamar dirumah barunya itu pun menghentikan kegiatannya. Ia berbalik, menyandarkan punggungnya.

Serendipinity  [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang