12. Patah

893 119 1
                                    

"Risiko dari mencintai dalam diam adalah ditinggal jadian dan rasa sakitnya hanya bisa dirasakan sendirian."

*bisa sambil dengerin audionya, ya

***

***

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

'3.6.5'

Kala berjalan menyusuri koridor sekolah, baru satu hari tidak masuk ia sudah merasa asing dengan sekolahnya sendiri. Ada yang aneh, semua tatapan menuju ke arahnya, Kala memperhatikan penampilannya, tidak ada yang aneh. Ia tetap berpenampilan seperti biasanya, tidak mungkin 'kan kalau mereka seperti itu karena tidak suka ia meliburkan diri?

Kala semakin merasa tidak percaya diri berjalan di koridor, rasanya ruang kelasnya bertambah jauh padahal sama saja. Kala berjalan sembari menundukkan kepalanya, terlihat beberapa sisiwi saling berbisik sembari memandangnya remeh.

"Kasian banget, ya, hidupnya. Pasti kemaren dia udah kegeeran sama Atlan eh, malah ditinggal jadian."

Kala mengangkat kepalanya saat mendengar nama Atlan disebut kemudian ia diam sejenak. Jadian? Bagaimana bisa Atlan tidak pernah cerita tentang siapa perempuan yang ia sukai? Bagaimana bisa Atlan tiba-tiba mempunyai pacar dan Kala tidak tahu apa pun soal itu? Iya, memang, sih, ia bukan siapa-siapa tapi 'kan tetap saja seharusnya Atlan memberitahunya.

Kala mempercepat langkahnya dan ketika tiba di ruang kelas, sama seperti halnya di koridor mereka menatapnya dengan penuh kemenangan.

Lintang menghampiri Kala saat Kala baru saja duduk di tempat duduknya.

"Aduh, kasian banget, sih ada yang abis ditinggal jadian." Lintang tertawa.

"Udah nggak punya pelindung lagi, nih." timpal Sesya, teman dekat Lintang.

"Gimana? Kaget banget 'kan lo? Baru nggak masuk sehari udah dapet kabar mengejutkan kayak gini."

"Ya coba lo liat aja diri lo, jelas Atlan nggak mau lah sama cewek bisu kayak lo, secara 'kan Atlan ganteng, sempurna, ya wajar aja dia milih Clatira yang sama sempurnanya kayak dia. Bukan kayak lo." Lintang menatap remeh Kala.

Tetapi, memang benar apa yang dikatakan Lintang, seharusnya sejak awal ia tidak perlu berharap lebih kepada Atlan karena memang Atlan tidak akan mungkin menyukainya.

"Udah, ah, males deket-deket sama orang yang hidupnya miris, nanti gue ke bawa miris juga lagi." Lintang mendorong tubuh Kala.

Sekarang yang Kala lakukan hanyalah diam, menatap kosong lantai. Memang risiko dari mencintai seseorang yang sempurna adalah mendapat luka. Ia sudah bisa menebak itu tetapi, ia kecewa karena ia tahu itu dari orang lain bukan dari Atlan sendiri.

Istirahat pertama Kala gunakan untuk pergi ke perpustakaan karena hanya di sana ia bisa merasakan ketenangan. Kala segera meninggalkan kelasnya.

"Kala!"

3.6.5 ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang