7. Bram Dan Ayyara Jadian?

112 14 2
                                    

Pukul tujuh malam yang tidak Ayyara inginkan datang. Mau menolak... dia tahu seperti apa Bram, tidak akan gentar walau pria itu mendapat penolakan.

"Ayya sayang!! Itu tuh, kak Bram udah dateng. Jadi lo nggak perlu dandan lebih cantik lagi yang buat dia jadi nunggu lama," goda Riska memasuki kamar Ayyara.

Ayyara hanya mendelik kesal.

"Satu lagi. Dia ganteng bangetttt, buat gemes," bisik Riska yang masih berniat menggoda Ayyara.

Ayyara tak acuh dan meraih sling bagnya. "Mau apa lo?" tanya Ayyara berbalik saat dia sudah di dekat pintu. "Eum, gue sih... pengen kue peanut butter. Ohh ya satu lagi, pengen pancake. Lo hati-hati, Ayya. Jangan jauh-jauh dari kak Bram ya," ujar Riska yang diakhiri menggoda Ayyara.

Ayyara mengembuskan nafasnya kasar, lalu melangkah pergi. Entah sampai kapan Riska akan terus membawa-bawa Bram.

Pria gila, namun terkadang juga misterius. Sangat susah ditebak!

.
****

Suasana makan malam bersama terasa menenangkan lantaran Bram memilih pantailah sebagai tempat dinner bersama mereka.

"Besok gue jemput pergi kuliah ya, Ay?" izin Bram memulai membuka suara setelah mereka terdiam lama karena sedang menikmati dinner bersama yang untuk pertama kalinya hanya berdua. Ayyara pun menggeleng cepat dengan tatapan Ayyara yang penuh peringatan agar dia tidak mendapatkan paksaan.

Dia yakin Bram akan memaksa!

"Kenapa nggak, Ay? Sekarang lo kan pacar gue," ucap Bram ngasal, lebih tepatnya seenaknya.

Mata Ayyara melotot kesal.

"Jangan tanya sejak kapan. Udah jelas sejak sore ini, di Bandara tadi," kata Bram mengerti akan reaksi Ayyara. "Atau lo pengen lebih rincinya..." Bram menjeda ucapannya, lalu memiringkan kepalanya dan tersenyum kecil menatap wajah cantik itu. "3 jam, 180 menit, 10.800 detik...."

Ayyara mengusap gemas wajahnya, waktu detail yang Bram sebutkan tepat saat terjadinya pengakuan asal itu pada Riska saat di Bandara.

"Kenapa? Emang pacaran itu harus dibuat status? Kalo karena adanya status yang justru ngehancurin hubungan itu, buat apa adanya status, Ay?" tanya Bram. "Cukup kek begini, kalo lo mikir tentang hak soal apapun, lo punya hak itu selama terjadi pernyataan gue tadi, bilang kalo lo pacar gue," kata Bram. "Inilah status jelas versi gue, Ay... tanpa harus ada permintaan setuju dari lo dengan cara nyatain cinta sama lo biar status kita itu jadi jelas," tutur Bram sangat santai.

Ayyara menggeram kesal.

Apa pria tidak waras itu pikir cinta itu hal yang main-main?

Dan cinta itu yang disebut Bram tadi bukanlah sebuah pernyataan, melainkan paksaan!

Sebab pernyataan cinta memang dinyatakan, bukan ditentukan seperti pria gila itu lakukan tadi!

"Nggak perlu mandang gue kek begitu, Ay. Cinta bukan diliat dari statusnya, tapi keseriusan."

Ayyara menghela nafasnya. Pria ini adalah pria tergila yang pernah ditemuinya. Bukan cinta yang dilihat dari stasus jadi permasalahannya, namun dialah jadi penyebabnya. Dia tidak mencintai pria itu dan mungkin Bram juga tak mencintainya.

"Gue cinta sama lo! Awalnya iya cuma tertarik sama lo, tapi pas gue sadarin lebih jauh, gue cinta sama lo. Kelakuan gue sama lo beda waktu gue suka Keysha, Ay. Dan itu buat gue yakin kalo iya bener, gue cinta lo. Soal cinta lo, gue bakalan buat lo cinta juga sama gue, makanya gue anggep lo pacar gue karena udah bisa ditebak, walaupun dinyatain, lo bakal nolak. Jadi, mending kek gini aja, kan? Nggak peduli mau lo bilang apa, yang jelas mulai hari ini lo pacar gue. Udah jelas? Ada yang mau lo bantah lagi?"

ATTENTION! (VAKUM)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang