BERTEMU DI PELABUHAN
Setelah panjang Iwan ceritakan tentang Adin kepada Witantie, juga tentang Adin yang lama jatuh hati, ternyata begitu juga sebaliknya. Dulu mereka masih remaja tanggung, yang tinggal di lingkungan pesantren, sehingga tabu jika harus saling mengatakan terus terang perasaan satu sama lain. Hari ini adalah hari terakhir di Ambon, besok pagi akan bergeser kembali pulang ke Tanjung Perak. Iwan sudah mengatur rencana pertemuan Witantie dengan Adin di pelabuhan Yos Soedarso. Sementara di Kapal pagi itu.
'' Din, hari ini kita keliling Pelabuhan bagikan sisa makanan kita, sisakan secukupnya sampai ke Surabaya.'' Ajak Iwan.
'' Tumben betul kawan saya tiba-tiba bijaksana, ayolah'' kata Adin setuju.
Iwan dan Adin membagikan mie, biskuit dan makanan lain kepada anak-anak di pelabuhan, tiba –tiba dari belakang ada yang memanggil Adin.
''Bang Adin..''
'' Ah, '' kata Adin berbalik tidak percaya yang dilihatnya adalah isi kepala dan lamunannya bertahun tahun sejak masih di Maninjau dulu,
'' Din, ini saya yang bagikan, kau uruslah dulu orang Manado mu itu.'' Kata Iwan mengambil kardus dari tangan Adin, lalu pergi membagikan lagi makanan.
'' Witantie, rupanya dekat Manado dari Ambon?'' tanya Adin.
'' Jauah bang, tapi kini Tantie mangaja di sikola sd sana bang, bilo kah abang tibo di Ambon ko bang?'' tanya Witantie.
'' 4 hari lalu, besok abang pulang ke Surabaya. Dima laki Tanti kini? Kenalkan lah dengan abang..''
'' Tanti belum menikah bang, masih ada yang mengganggu pikiran Tanti, sehingga ada satu,dua yang datang menyunting, belum bisa Tanti tarimo bang. Abang sendiri sudah ada istri abang? ''
'' Belum Tanti, rupanya abang se nasib denganmu, masih ada yang mengganggu hati abang sejak di Sumatera sana.''
Hari di Pelabuhan menjadi berbeda dengan biasanya, ada dua manusia yang saling memikirkan sejak lama, lalu bertemu di tempat yang tiada pernah di pikirkan sebelumnya. Orang Melayu mengatakan jika asam di gunung, garam di laut tetap akan bertemu jua di kemudian hari.
KRI Macan Hitam, tetap harus berangkat, di Pelabuhan Tanti berdiri diantara masyarakat lainnya, melepas kepulangan mereka ke Surabaya.
'' Selamat tinggal kekasihku, abang pergi takkan lama, bila ade kangen abang....'' Nanyi Iwan dekat telinga Adin.
'' Rencana kau pasti itu Wan. Kenapa tidak daria wal ketemu kau kasih tau saya?''
'' Dia tidak ramah kepada saya Dinawalnya, jutek kali.''
YOU ARE READING
MAWAR UNTUK WITANTIE
Novela JuvenilMAWAR UNTUK WITANTIE Ini adalah karangan kami yang kami buat masa tinggal di Padang Panjang, Sumatera Barat. Tentang seorang pemuda yang lahir di pesisir pantai Sumatera Barat, tumbuh dalam kehilangan dan kekurangan. Tapi budi baik menghasilkan pu...