Sudah takdir semesta

343 102 61
                                    

**Bandara***

"Paah!!"

"Eh anak papa datang juga."

"Papa kok mendadak banget?"

"Mau gimana lagi jadwalnya dimajuin fy, jadi yah mendadak gini."

"Lu jangan nahan nahan papa lagi dek, ini emang udah tuntunan kerjaan." Sahut kak Angga.

"Iya Fya tau kok."

"Inget ya selama papa disana kamu belajarnya jangan berdagang terus. Kalau kak Angga pulang kerjanya kemaleman kamu tidur duluan aja, gak usah tuh nungguin kak Angga. Jangan lupa juga kalau Dokter David main kerumah atau mau nobar kamu vc papa ya?"

Aku hanya mengangguk sambil terus memeluk erat papa.

"Tuh dengerin kata papa." Sahut kak Angga lagi.

"Iya bawel, Fya gak budek kali."

"Dih, ngegas si dongo."

"Kak Angga bisa gak sih gak ngeselin sehari aja?!"

Papa hanya terkekeh melihat aku dan kak Angga adu mulut.

Papa adalah salah-satu ahli bedah terbaik di Rs Premier Jatinegara dan akan melanjutkan study S2 nya di Swiss.

Papa adalah sosok yang sangat berarti untukku. Kasih sayang dan semua perhatiannya tak terkalahkan oleh siapapun. Humoris, hangat, dan sangat penyayang membuat sosok itu tampak sempurna dimataku.

"Udah dek, gantian dong." Rengek kak Angga sambil menoel-noel punggung fya, berharap agar ia juga bisa mendapatkan pelukan hangat dari sang ayah. Namun, aku terus menghiraukan kak angga, hingga akhirnya kak angga langsung ikut ke dalam pelukan itu dan kami bertiga pun hanyut dalam pelukan penuh haru.

"Take care and safe flight pah."

***

Awan hitam masih membungkus langit dipagi ini. Memang tak secerah kemarin, tapi semangatku hari ini tetap sama seperti hari hari biasanya.

Aku berlari mengejar waktu yang semakin berputar. Ini semua gara-gara semalam aku bergadang nonton film sama kak Angga. Namun pagi ini kak Angga malah membiarkanku terus terlelap. Jadinya aku telat dan yah, hari ini aku harus berlari menuju kelas berharap guru belum masuk.

***

"Hhh...hhh..." nafasku tak beraturan.

Melihat jarak kelas yang semakin dekat, aku pun kembali berlari.

Tepat di persimpangan, tiba-tiba...

Bugh!!

"AWW!" Rintihku.

Aku segera berdiri dan menepuk-nepuk rok bagian belakangku yang kotor. Saat sedang menunduk terlihat sebuah benda tergeletak tepat disamping kananku. Sepertinya benda itu jatuh saat kami bertabrakan. Aku pun segera mengambil benda tersebut.

Namun, orang itu langsung pergi begitu saja tanpa mengucapkan sepatah kata pun. Menyadari hal itu, dengan cepat aku mengalihkan pandanganku kearah perginya orang itu.

"Lah, main pergi aja tu orang. Eh ini rubik punya dia kok di tinggal sih?!" 

Tersadar akan banyak waktu yang terbuang, terpaksa aku langsung mengambil rubik itu dan kembali berlari lagi menuju kelas.

***

Dan benar saja, kini kelas sudah dipenuhi siswa-siswi yang telah dilebur dari kelas sebelumnya. Namun untungnya guru belum masuk.

what you feel?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang