"Ngapain lu?!"
Kini jarak wajahku dengan Diven tinggal 5 cm. Rasanya aku tidak mampu bernafas karena menatapnya dengan jarak sedekat ini. Dua detik kemudian, pria itu langsung melingkarkan tangan kanannya ke bagian samping perutku.
Aku terdiam kaku seakan membeku oleh pria yang masih mempertahankan posisinya itu. Sedetik kemudian ia langsung mengaitkan seat belt pada badanku.
Diven berdecak kecil. "Udah tau nebeng, nggak pake seat belt lagi." Ujarnya lalu segera menjauh dan kembali menyetir karena lampu hijau sudah menyala. Sedangkan aku masih terdiam syok kayak orang stroke. Eh amit-amit deh.
Tenang Fy... tenang...
Diven cuma makein seat belt doang kok.
Nggak usah dipikirin, okey?
Tapi
Arghhh... Tapi tadi tuh terlalu deket!!
***
Mobil Diven pun berhenti sampai didepan rumahku.
"Makasih, oh ya lain kali gue bisa pake seat belt sendiri kok. Jadi lo gak perlu repot-repot kayak tadi."
"Oke."
"Fya!" Panggil kak Angga yang sedang berjalan menuju ke arahku.
"Kenapa kak?"
"Itu si Gio ajak masuk dulu gih. Gue udah masakin makanan spesial," Kak angga langsung menunduk ke jendela mobil yang masih terbuka itu. "Gio, mampir dulu yuk."
"Itu bukan Gio kak." Ralatku. Namun kak Angga masih memperhatikan sosok pengemudi itu. "Ya ampun dek! Si Diven kesambet apa sampe mau nganterin lo?" Pekik kak Angga kaget.
Aku memutar bola mata malas. "Ih jangan malu-maluin kak Angga."
"Lo sih aneh banget, tadi kan yang jemput si Gio terus kok yang nganterin pulang Diven?"
"Yaa, emang salah gitu?"
"Pake nanya lagi. Eh Diven masuk dulu yuk, kalian udah temenan dari SD masa gak pernah silaturahmi sih." Ajak kak Angga sambil terkekeh. Diven dari tadi menyeritkan dahinya menatap mereka.
"Come on lah div." Kak angga terus membujuk.
"Lain kali aja ya kak."
"Hmm, yaudah kalo gitu tapi janji ya bakal main ke sini lagi." Diven mengangguk pelan, kemudian pergi meninggalkan rumahku.
***
Sisa waktu dikelas XII semakin rumit dan melelahkan. Terlebih lagi soal beasiswa kuliah yang harus segera Fya tentukan. Kini Fya sedang di kantin bersama Clara dan Lian. Yap tepat sekali! Fya sedang menjadi baigon pengusir nyamuk untuk pasangan yang sedang berbunga-bunga itu.
"Fy kok diem aja dari tadi? Tumben banget lo gak berisik." Tanya Clara melihat Fya yang sedang bengong.
"Terus gue mau ngomong sama siapa? Sama mangkok bakso?"
Clara terkekeh kecil. "Oalah, gak punya temen ngobrol ya? Ututu kacian, sini-sini ngobrol sama aku yuk." Bujuknya. Sementara aku hanya memutar bola mata malas.
Saat Clara akan bicara tiba-tiba Lian memberi kode untuk pindah tempat saja. Sepertinya Lian merasa tidak enak karena bercanda mesra didepanku yang merupakan jomblo akut stadium akhir ini.
"Fy, gue sama Lian mau beli ice cream dulu ya." Pamit Clara sambil menoel centil daguku.
"Oh yaudah hati-hati ya Li, biasanya Clara kalo beli sekalian godain bang Zaki yang jualan tuh."
KAMU SEDANG MEMBACA
what you feel?
Roman pour AdolescentsMake sense gak kalo sekelas terus dengan orang yang sama dari SD, SMP sampe SMA? Hai! Gue Fya, cewek tulen dengan otak yang kadang bego tapi pinternya lebih mendominasi. Ini kisah gue dengan seorang cowok yang sudah lama jadi saingan gue semasa bang...