Bandung.

14 2 1
                                    


Januari 2020
     Bandung

Siang ini Bandung diguyur hujan lebat bertepatan dengan bangunnya seseorang dari tidur panjangnya,dia menatap jalan dari jendela kamar miliknya sesekali menguap bukti jika dia masih membutuhkan tidur.

Dia melangkah mengambil kaos miliknya yang tergeletak di sofa menciumnya sesaat,masih wangi pikirnya.

Melangkahkan kaki,keluar dari kamar miliknya,kamar yang hanya dipenuhi gambar-gambar pemandangan alam yang diambil dengan kamera kuno milik si empunya kamar,kertas berserakan dilantai penuh coretan dan gambar abstrak hanya wajah,rambut,tanpa mata,dia sukar menyelesaikan gambar-gambarnya karena terhalang objek.

Pemuda kelahiran 1998 itu melangkah semakin jauh dari kamar miliknya,menuruni tangga melangkah kearah dapur.

"Sudah bangun petualang?"Sebuah suara menyapanya dengan tanya saat dia baru saja menginjakkan kakinya di dapur rumah.Matanya menangkap sosok wanita dengan jilbab hitam yang membungkus kepalanya sedang menatap kearahnya dengan senyum memenangkan.

"Hemm"Balasnya,hanya gumaman.

"Bagaimana perjalanannya?menyenangkan?"

"Seperti biasa"Jawabnya kemudian berlalu.

Itu bukan jawaban dari pertanyaan sang ibu itu hanya sebuah pengakuan yang sama sekali tidak menjawab kedua pertanyaan itu,selesai meminum segelas air dia melangkah ke depan masuk ke garasi rumah mengelurkan motor KLX berwarna kuning miliknya yang saat ini malah penuh dengan lumpur,saat ini motor itu terlihat seperti baru saja membajak sawah.

Dia mengambil selang lalu duduk mencuci motornya dengan wajah tidak minat,dia hanya pandai mengotori tapi tidak membersihkan, dari kejauhan seorang pria menggeleng samar melihat kelakuan sang anak.

Pria itu mendekat "Kau sedang membersihkan motormu atau sedang berusaha menghabiskan air?"Dia bertanya.

"Ngantuk"Jawabnya asal.

"Semalam pulang jam berapa?"Pria itu berjalan mematikan keran air lalu duduk masih menunggu pertanyaannya di jawab.

"Jam 3"Balasnya singkat,masih memegang seleng dia masih tidak sadar jika air yang tadi mengalir dari selang itu kini sudah raib,hilang.

"Bagaimana perjalannya?masih seperti biasa?"Pria itu tentu sudah hafal luar kepala jawaban yang akan di lantunkan oleh sang anak.

"Iya"

"Masih tidak ada yang spesial?"

Pemuda itu menautkan kedua alisnya,apa yang bisa dikatakan spesial jika selama perjalanan yang dia temui hanya pohon-pohon dan lumpur,bukan gadis-gadis atau apapun itu yang spesial.

"Ada"Jawabnya kemudian.

"Apa?"Pria itu menunggu dengan yakin.

"Rem motor rusak,harus diganti,itu yang spesial"Katanya sambil berlalu malas mendapat amukan.

Pria yang kini menatap punggung tegap itu mendesah pasrah,anaknya selalu saja,setiap kembali dari Touring dengan anak motor kenalannya pasti ada saja sesuatu yang mengharuskannya mengeluarkan uang.

Laskar Bintang, pemuda kelahiran 1998 dengan tubuh tegab,kulit gelab karena terlalu sering bertemu matahari,hidung mancung dan alis yang lumayan tebal,pemuda dengan hobi menjelajah rasanya tinggal di rumah bermain game di ponse menurutnya sangat membosankan.

Dia menghabiskan banyak waktunya di alam entah itu mendaki,touring atau hanya berpetualang pagi lalu pulang saat sore,dia malas berada di rumah apalagi jika harus bertemu dengan adik kecilnya yang cadel dan cerewet.

Kemarin malam dia baru saja selesai dengan kegiatan Touring yang dia ikuti bersama beberapa teman-temannya,dia meninggalkan rumah saat pagi dan kembali saat jam tiga malam.

Jalur kali ini tidak terlalu jauh masih sekitaran Bandung,tapi tetap saja berisiko buktinya rem motor miliknya rusak, dia bukan tidak berpengalaman,mungkin itu musibah karena dia berngkat tanpa sepengetahuan sang ibu.

"Mau tidur lagi?"Wanita dengan kerudung hitam itu bertanya saat melihat Bintang baru saja akan menaiki tangga.

"Mandi"Jawabnya singkat.

Wanita itu hanya menggeleng samar melihat tingkah anaknya,Bintang anak kedua dari empat bersaudara kakak pertamanya sudah menikah dan menetap di Jakarta bersama sang istri,Bintang yang awalnya biasa-biasa saja jika sang ibu membahas masalah pernikahan kini mulai sedikit sensitif,itu karena dia anak kedua dan kakaknya sudah berkeluarga.

Bintang sebenarnya tidak terlalu ambil pusing karena kalaupun dia akan dilangkahi oleh adik pertempuannya dia sama sekali tidak keberatan.

Pemuda itu turun dengan kaos lengan panjang berwarna hitam dan celana selutut berwarna hitam,dia melangkah keluar sambil sesekali mengusap rambutnya kebelakang.

Dia menatap motor miliknya yang masih berada di tempat yang tadi dan dengan keadaan yang sama,malas melihat pemandangan itu Bintang memilih masuk ke garasi mengeluarkan motor milik sang adik dan membawanya pergi.

Dia sampai di tempat tujuan sebuah cafe dengan nuansa biasa-biasa saja, tapi terlihat nyaman.

Masuk lalu duduk didepanya sudah duduk dua orang pemuda yang sepantaran dengannya.

"Mau ikut nggak?"Salah satu dari mereka bertanya.

Mereka,ah tidak tepatnya hanya dua orang yang duduk didepan Bintang sedang merencanakan sebuah perjalanan singkat,mereka sudah sedikit berdiskusi tanpa melibatkan Bintang,jujur mereka malas karena pada akhirnya Bintang hanya akan ikut-ikut saja.

"Kemana dulu"Jawabnya.

"Keliling lagi,malaslah di Bandung mulu"

"Ya kemana?"

"Sulawesi yok, sekali-kali"

Salah satu dari mereka mengangguk antusias tapi Bintang tidak.

"Mau nggak?"Pemuda itu bertanya,namanya Agas teman SMA Bintang dulu.

"Kejauhan"Bintang membalas.

"Nggak lahh"Dia mengelak.

"Sulawesi apa dulu nih? Selatan barat tengah atau apa?"Yang lain menyahuti,namanya Yudis.

"Cari di google dulu yang mana gitu yang indah"Agas memberi masukan seolah mereka benar-benar akan pergi.

Bintang hanya diam sambil sesekali memutar pandangannya menatap keluar jendela, dia sedikit tersentak saat matanya menangkap sosok yang baru saja turun dari sebuah mobil,senyum sinis tercetak jelas di bibir pemuda itu.

Dia melangkah keluar dari sana membuat kedua temannya yang tadinya sibuk kini serentak menaikkan kepala mereka menatap Bintang yang pergi diam-diam dan tidak pamit sama sekali,mereka berfikir mungkin Bintang marah karena tidak setuju dengan rencana keduannya.

Tidak berselang lama mereka berdua juga ikut meninggalkan tempat itu berdiri sedikit jauh dari sosok pemuda yang saat sedang menatap seorang gadis dengan pandangan meremehkan sekaligus kecewa.

"Siapa?"Bintang angkat suara.

"Teman aku"Gadis itu menjawab dengan kepala merunduk.

"Katanya kamu di Jakarta?Kamu tersesat?"Bintang bertanya sinis,

Gadis itu tidak menjawab, lagi-lagi Bintang tersenyum sinis.

"Dia siapa?"Bintang kembali bertanya sambil melirik seorang pria yang kini juga ikut menatap kearahnya.

"Teman"Balasnya dengan suara yang sepertinya akan habis.

"Kalian abis jalan?Kencan, dari mana aja?udah jadian?"Bintang menodong gadis itu dengan pertanyaan bertubi-tubi.

"Nggak gitu"Balasnya.

"Terus gimana? Katanya di Jakarta kok malah di Bandung Kamu udah nggak bisa bedain mana Bandung mana Jakarta? Iya?"Tanpa sadar suara pemuda itu mengeras,sadar akan perbuatannya Bintang memilih pergi dia takut jika akan hilang kendali jika dia tetap berada di sana.

----------

Rasi RenjaniTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang