Langit Pare-pare

1 0 0
                                    

Sekitar jam 06:00 mereka meninggalkan kota Makassar menuju ke tempat dimana ivent trail yang akan mereka ikuti berlangsung.

Kota Pare-pare tempat ivent itu di adakan,dengan tajuk "Jelajah alam tanah kelahiran bj habibie" mereka sampai saat keadaan sudah sangat ramai,ivent ini mungkin bisa dikatakan sebagai ivent persahabatan terlihat dari banyak yang mengahadiri acara bukan hanya dari mereka yang asli Pare-pare tapi juga mereka yang datang dari Sulawesi Barat dan sulawesi Tengah.

Ketinganya sibuk mengecek motor masing-masing memastikan jika kali ini motor mereka memang layak untuk jalan,mereka tidak ingin menanggung resiko jika sampai terluka apalagi sampai malu.

Bintang mengangkat pandangannya saat seseorang memarkir motor miliknya tepat disamping kanan motornya,sosok itu lalu melempar senyum ramah ke arahnya.

"Hallo Bung,dari mana?"Tanyanya sambil mendekat ke arah mereka.

Bintang mencoba seramah mungkin dia menanyakan dari mana mereka berasal.

"Bandung Bang, tapi sudah beberapa hari di Makassar"Bintang mewakili menjawab.

"Ullang"Katanya sambil mengulurkan tangan.

Bintang lebih dulu meraih"Bintang"katanya.Kemudian berlanjut ke arah Adis lalu Yudis

"Kenapa jauh-jauh datang dari Bandung?"

"Cari pengalaman Bang"Lagi-lagi Bintang yang menyahuti.

"Saya pikir cari calon mempelai"Candanya.

"Sekalian"Bintang membalas lalu tertawa kemudian.

Mereka selayaknya kawan lama yang baru saja bertemu,hanya perlu beberapa menit sampai mereka terlihat benar-benar akrab, mereka sampai melemparkan candaan satu sama lain.

Sekitar tiga puluh menit menunggu iven akhirnya dibuka dengan resmi,mereka mulai bersiap di rute yang sudah ditentukan.

Mereka mulai bergerak dengan motor masing-masing kali ini suasana benar-benar baru bagi Bintang seumur hidup ini pertama kali baginya menjelajah alam dengan kondisi jalan yang begitu berlumpur jika di lihat dari perkiraan cuaca hijan sama sekali tidak menguyur daerah Pare-pare hari itu atau hari sebelumnya tapi jalan yang mereka lewati benar-benar penuh dengan lumpur.

Saat mengikuti ivent semacam ini sewaktu di Bandung Bintang tidak pernah merasa sesusah ini mungkin karena saat di Bandung kondisi medan yang ada tidak terlalu mengenaskan, hanya sedikit yang berlumpur, tapi kali ini jiwa pemuda itu benar-benar sangat ditantang.

Bintang meledakkan tawanya saat berada di pemberhentian pertama dia bisa melihat bagaimana kondisi motor kesayangan sahabatnya yang kini sudah selayaknya mesin penbajak sawah belum lagi karena wajah sang empunya motor yang terlihat sangat memalas.

Berbeda dengan Agas yang memalas karena motor miliknya penuh dengan lumpur Yudis malah terlihat lebih senang,di antara mereka Yudis memang bisa dikatakan terlalu sering mengikuti ivent seperti ini,mungkin saat ini lumpur bukan apa-apa.

"Bagaimana? Menyerah?"Kawan baru kembali menyapa mereka.

"Tidak Bang"Agas menjawab seolah berusaha tegar.

"Ayo lanjut,ini masih jauh"

Mereka kembali menaiki motor masing-masing,menyalakan mesin lalu pergi bergilir kali ini Bintang berada di belakang.

Ternyata lumpur dan bebatuan tidak pernah berhenti sampai garis finis benar-benar sudah di depan mata,saat sampai Bintang menatap motor miliknya yang sudah dipenuhi lumpur Sulawesi,belum lagi tubuhnya yang yang ikut terbungkus lumpur.

Yudis memberi kode agar Bintang mengikuti langkahnya,ternyata mereka kembali diminta bergabung dengan kawan baru,Ullang.

Mereka asik berbicang tentang dunia motor dan daerah masing-masing sampai Bintang dibuat kaku saat Ullang menyodorkan sebungkur rokok kepadanya,dia mentap Yudis dan Agas secara bergantian,kemudian mendengus saat melihat keduanya sudah asik dengan tembakau itu.

Bintang meraih lalu mengucapkan teruma kasih,dulu dia juga pecandu tembakau sampai bisa menghabiskan tiga bungkus perhari tapi sejak memmiliki kekasih yang mempunyai riwayat sakit asma Bintang tidak lagi merokok karena takut kesehatan kekasihnya memburuk.

Bintang menghisap tembakau itu dengan dalam mencoba mencari rasa lama yang mungkin dia rindukan rasa lama yang dia abaikan,senyum tercetak dari bibir pemuda itu saat sadar akan kenangan yang dengan mudahnya berputar hanya karena satu batang rokok yang terjepit di sela jarinya.

"Setelah ini mau kembali ke Makassar?"Ullang bertanya.

"Iya Bang"Bintang menjawab sambil mengangguk.

"Kenapa tidak lanjut ke Sulawesi Barat?"

"Aman nggak Bang?"Yudis bertanya, kali ini tidak perlu di ragukan jika pemuda itu lagi-lagi tertarik.

"Sama saya selalu aman"Katanya.

"Ada apa aja di Sulawesi Barat?"Agas bertanya.

"Apa yang kamu cari semua ada di sana"

Mereka semakin tertarik saja dengan kata misterius itu, hingga saat langit Pare-pare terbungkus jingga tanda matahari akan segera pamit mereka meninggalkan tempat itu menuju ke tujuan baru yang mereka tidak sangka-sangka.

Awal percakapan mereka menolak karena terbatas ekonomi mereka tidak tahu harus menginap dimana tapi kawan baru yang baik hati dengan suka rela membuka pintu rumah untuk mereka.

Jam 06:30 mereka meninggalkan kota Pare-pare dengan motor yang penuh dengan lumpur,motor mereka sebenarnya bisa di naikkan kemobil tapi mereka menolak dan lebih memilih memakai motor masing-masing, kali ini sang kawan ikut meramaikan hingga kini meraka genap berempat menyusuru jalan lenggang Pare-pare menemui daerah indah dan jago Sulawesi Barat.

......

Rasi RenjaniTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang