Wattpad Original
Ada 9 bab gratis lagi

Bab 2

113K 4.8K 52
                                    

Malam sebelumnya ....

Kimora berdiri di atas sepatu hak lima sentimeter. Dia memandang sekeliling ruang pesta. Berdecak kagum pada interior rumah yang super mewah. Dengan lantai terbuat dari granit mahal, dengan kaca sebagai pembatas ruangan dan panel dinding, membuatnya serasa berada dalam istana.

"Hei, kok bengong aja. Kenapa?" Kimora menoleh saat Lusi, teman sekerja menyenggol pelan pundaknya.

"Kamu ngerasa nggak, kita kayak di istana?" ucapnya kagum.

"Oh jelas. Hampir saja aku gagal fokus waktu membawa nampan karena sibuk jelalatan. Apa kamu tahu kalau di ruang tamu ada kolam renangnya?"

"Serius?"

"Iya. Cukup pencet tombol, lantai terbuka dan kolam jernih muncul begitu saja."

Kimora terbelalak, sama sekali tak habis pikir jika bisa menemui istana di dunia nyata. Matanya bergerak cepat melihat para tamu yang datang dengan pakaian terbaik mereka. Wajah-wajah rupawan baik laki-laki maupun wanita, berseliweran di depannya.

"Eih, jangan bengong lagi, Kimora! Lihat, pastel tunamu nyaris habis." Lisa menunjuk pada deretan meja panjang berisi makanan.

Kimora mencebik. "Habis apanya, dari tadi yang makan baru dua. Entah kenapa orang-orang ini nggak suka makan."

Kali ini giliran Lisa yang terkikik. Tak lama mereka terdiam dengan kaku saat sepasang tamu menghampiri meja dan melihat-lihat makanan. Gaun yang dipakai sang wanita membuat Kimora berdecak kagum, gaun hitam itu terbuat dari sutra halus dengan bulu-bulu di bagian bahu.

"Ayo coba ini, Sayang. Kamu belum makan apa pun dari tadi siang kan," ucap laki-laki berjas abu-abu sambil tersenyum ke arah pasangannya.

Wanita berbaju bulu itu mencebik. "Kamu nggak paham, ya? Aku sengaja tidak makan, karena diet."

Kimora diam-diam melirik Lisa. Mereka mengangguk dalam kesepakatan yang sama, jika wanita itu tidak gemuk sama sekali. Justru terlihat kurus karena tulang selangkanya pun menonjol dengan jelas.

"Jangan begitu, Sayang. Aku tidak mau kalau nanti kamu jatuh sakit," rayu si laki-laki.

"Aduh, kamu tahu apa, sih? Bagaimana aku bisa merebut perhatian Danzel, kalau aku gemuk?"

Dengan langkah gemulai, sang wanita meninggalkan tempat prasmanan. Sementara si laki-laki hanya mengembuskan napas pasrah dan melangkah lunglai mengikuti pasangannya.

"Kayak gitu dibilang gemuk. Gimana aku?" bisik Lisa kesal.

Kimora menahan senyum, melirik ke arah Lisa. Memang dibanding dirinya, temannya itu tergolong gemuk.

"Aku lebih suka badanmu, Kim. Tinggi, dan berlekuk di tempat yang semestinya."

"Aah, sayangnya aku hanya pelayan bufet." Kimora menatap sekeliling. Keningnya mengerut heran. " Kenapa tamu-tamu yang datang terlihat kaku dan tegang, ya? Ini pesta tapi suara sangat lirih. Musiknya pun sama, melow." Dia menatap seorang pianis bertuksedo yang bermain piano di dekat pintu.

"Hei, memangnya kamu nggak tahu ini rumah siapa?"

Kimora mengangkat bahu. "Mana aku tahu? Kita kan hanya pelayan. Disuruh datang, ya datang. Apalagi upah untuk pesta ini terhitung lumayan."

Lisa berdecak, memandang temannya dengan tidak puas. "Kita memang hanya pelayan, tapi paling nggak tahu dong rumah yang akan kita layani itu rumah siapa?"

"Memangnya siapa?" Kimora bertanya cuek, tangannya bergerak merapikan tisu di atas piring.

"Astagaa, benar-benar deh. Rumah ini milik Danzel Kairaz. Kamu tahu 'kan, siapa dia? Pebisnis muda yang terkenal dengan julukan—"

Pernikahan Sang MiliarderTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang