Chap 9.

3.2K 324 23
                                    


Aku berjalan masuk kedalam rumahnya, aku dan keluarga Vachirawit kini sudah seperti keluarga kandung. Ini semua gara gara manusia itu, dia menolak semua pembantu dan bantuan keluarganya sendiri aku tak mengerti otaknya ada dimana.

Aku melewati setiap tangga menuju ke kamarnya, dan aku baru sadar ada sebuah foto keluarga kecil di salah satu nakas disana. Aku berhenti untuk melihatnya dan seketika aku mengerutkan dahiku. Aku belum pernah melihat semua orang yang ada di foto ini kecuali Bright.

"Ini bukan ayah dan ibunya jadi mereka siapa?"

Aku berjalan lagi menuju kamarnya, saat aku membuka pintu kamarnya sesuatu yang mengerikan terpampang di depan mataku sungguh kasian mata suciku.

"KENAPA KAU TAK MEMAKAI BAJUMU BODOH!!!!!"

Bright menolehkan kepalanya padaku. "Aku ingin tapi tanganku tak bisa membuka lemarinya."

"Kau mau berbohong padaku hah?! Kalau tanganmu tak bisa membuka lemari kenapa bisa kau membuka bajumu sendiri?!!"

Aku segera menutup pintu kamarnya dan langsung mendorongnya menjauh dari lemari, aku segera mencarikan baju untuknya aku tak mau seseorang melukai mata mereka dengan pemandangan mengerikan ini.

"Sudah berapa lama berdiri di depan lemari?"

"Beberapa saat sebelum kamu masuk."

"Jika kau berbohong ku pastikan menendangmu dari sini sampai ke mars, jawab jujur Bright Vachirawit!"

"2 jam."

Dia sudah gila.

Aku aku menyerahkan baju padanya astaga aku tak tau ada manusia yang tidak malu telanjang di depan orang lain huhu mata polosku sudah ternodai. Kenapa lagi sekarang? Dia hanya diam tanganku sudah pegal untuk mengangkat baju untuknya.

"Ambil bajumu dan pakai cepat, kau ingin mati kedinginan hah! "

"pakaikan."

Kenapa hatiku mengatakan ingin sekali meremukan setiap tulangnya astaga manusia ini sudah berumur 23 tahun dan sifatnya tak bisa di prediksi sekali wahhh aku tak percaya. Aku segera memakaikan celana terlebih dahulu padanya, jantungku berdetak 5 kali lebih cepat karna baru kali ini aku memakaikan baju untuk seseorang apalagi umurnya lebih tua dariku.

"Apa kau sudah gila hah? Kenapa kau malah berdiri didepan lemari sambil telanjang dan itu 2 jam apa kakimu tak keram atau sakit? Perhatikan kondisimu kau baru saja pulih apa kau mau masuk rumah sakit lagi?"

Aku memakaikan kaos kebadannya dan saat mata kami bertatapan. "Aku menunggumu, aku ingin perhatianmu, aku ingin sakit agar kau bisa di sisiku, aku melakukan hal bodoh agar kau tetap bersamaku, aku menyukaimu sebanyak odysseus mencintai penelope."

Aku mengerjapkan mataku dan perlahan pipiku memerah tanpa sebab. "Omong kosong."

Aku segera menjauhkan diriku darinya karna jika aku tetap di dekatnya aku yakin pipi merahku akan terlihat olehnya. Aku mengambil nampan yang berisi makanan untuknya, dia sudah duduk menyender di atas kasurnya dan aku sudah seperti pembantu.

"Makanlah."

Aku menempatkan meja makan di depan tubuhnya, aku duduk di sebelahnya kemudian memainkan handphone ku. Tapi sudah 10 menit tak ada bunyi orang makan, dan ya dia hanya diam dan terus menatapku.

"Astaga, baiklah terserah."

Aku mengambil piringnya dan mulai menyuapi bayi besar di sampingku ini, baru juga 2 suapan yang masuk kedalam mulutnya gangguan lain datang. ADIK MENYEBALKANNYA.

"p'Bright, bisakah phi membantuku untuk pelajaran sastra?"

Bright mengangguk sambil terus makan dari suapanku. "Tentu."

Frank mengeluarkan bukunya dan mulai menyuruh kakanya membantunya, aku tak begitu mengerti pelajaran sastra jadi yang aku lakukan hanya memperhatikan mereka dan terus menyuapi Bright.

"Frank ada sesuatu yang indah tapi susah di dapatkan, meski itu terlihat dan ada didepan kita."

Frank mengerutkan dahinya dan tak mengerti dengan apa yang di ucapkan kakanya.

"Phi gausa tele - tele cukup ucapkan apa itu."

Bright menunjuk ke arahku. "Dia adalah hal terindah yang hadir di hidupku, tapi untuk dekat dengannya membutuhkan waktu yang lama, jika butuh satu detik untuk aku menyukainya aku tak tau berapa lama untuk dia bisa menyukaiku."

Frank menatap malah kaka satu satunya ini. "Bulol."

Bright beralih menatap adiknya. "Apa itu bulol?"

"BUCIN TOLOL, SUDAH LEBIH BAIK AKU PERGI DARI PADA HARUS MENYAKSIKANMU DAN P'WIN BERMESRAAN SEPERTI SUAMI ISTRI, ASTAGA ITU MEMBUATKU INGIN MEMISAHKAN KALIAN BERDUA."

Frank segera berjalan keluar dari kamar bright, dan aku tak tau kapan tapi kini bright sudah memelukku dari samping.

"Siapa yang bilang kau boleh memelukku?"

"Tak ada."

"Kalau begitu lepas."

"Tidak."

"Bright Vachirawit!"

"Apa Win Vachirawit?"

Aku segera mengalihkan padanganku padanya. "Jangan mengubah namaku."

"Itu akan menjadi namamu tak lama lagi."

"Percaya diri sekali anda."

"Harus."

"....."

"Aku serius menyukaimu."

Jujur saja aku tak tau harus menjawab apa seorang confident gay mengejarku. Aku menatapnya dan dia menatapku juga, wajahnya perlahan mendekat kearah wajahku jantungku berdetang kembali dengan cepat apa dia akan menciumku? Kenapa badanku tak bisa bergerak? Asataga seseorang bantu aku, aku memejamkan mataku kurasakan hembusan nafasnya menerpa wajahku, aku menyerah.

BRAKKKK!!!

"BRIGHT VACHIRAWIT KAU—

APA YANG KAU LAKUKAN BODOHHHHHH!!!!!"

Bright akhrinya menjauhkan wajahnya dariku. "Film?"

"HEH BOCAH MESUM SIALAN APA YANG AKAN KAU LAKUKAN PADANYA!"

Aku membuka mataku dan melihat seorang wanita cantik yang beridiri di depan pintu kamar bright.

Siapa lagi dia ini.

ผมรักคุณ (Love Pattern) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang