Chap 6.

2.5K 297 13
                                    


"Hujan."

Aku memandang keluar kaca kelasku, untung saja hujannya mulai saat aku baru sampai fakultasku. Aku tidak punya kegiatan apapun hari ini, jadi setelah kelas selsai yang akan aku lakukan adalah TIDAK ADA YEAYYYYY. Hari ini tak ada klub gitar jadi tak ada Bright atau pun Green, dan hari ini tak ada p'Earth karna siswa tingkat 3 sedang ada acara.

Aku berjalan riang menuruni gedung fakultasku, bahagiannya sekali hati ini tak ada satupun pengganggu. Aku berjalan sampai depan gedung faklutas dan harus berhenti disana, sial karna terlalu bahagia aku lupa kalau tak membawa payung. Aku memperhatikan hujan yang semakin lebat.

"Kalau hujan tak reda tolonglah dewa hujan kirimkan aku bantuan agar aku bisa pulang tanpa basah."

Aku menangkupkan kedua tanganku dan menutup matakku berharap keajaiban terjadi.

TIINNN!! TIINNNNN!!!

Aku melebarkan senyumku dan langsung membuka mataku.

Sialan.

"Naiklah hujan semakin deras."

Aku berjalan kearahnya, hujannya memang mulai mengecil dan tak sederas tadi. Tapi yang membuatku kesal sekarang adalah

"Kenapa kau tak memakai jas hujan atau semacamnya? Kau sengaja hahh??"

Pria di depanku mengangkat bahunya acuh. "Jika kau kebasahan maka akan adil jika aku juga kebasahan."

Aku mendelik kearahnya dan langsung naik keatas motornya. "Tolong semua rayuan mu tak akan mempan padaku, kau pasti nanti akan pura pura sakit dan memintaku untum merawatmu."

"Sebenarnya aku tak berfikir sampai kesana, tapi idemu boleh juga. Aku kan sakit agar bisa kau ra-"

PLAAKKK!!

"Sakitmu terencana jadi itu tak termasuk dalam list perawatan ala Win Metawin. Sudah ayok cepat antarkan aku pulang badanku sudah mulai basah, dan lagi kenapa kau tak membawa mobil saja astaga."

Bright mulai menyalakan mesin motornya dan menarik gas pada motornya, aku yang kaget tanpa sadar memeluk pinggangnya.

"Kalau aku membawa mobil kau tak mungkin seperti ini."

Aku buru buru melepas pelukan. "Sialan."

****

Hari ini Bright berjanji akan membawaku ke sebuah cafe di siam, aku sudah menunggunya di depan rumahku dan dari jauh kulihat mobilnya mendekat, dan saat ia menurunkan kaca mobilnya di sebelahnya sudah ada orang yang ia panggil mantannya.

"Masuklah."

Masuk matamu,

Tiba - tiba saja ada rasa sesak di dadaku, ini harusnya jadi hari dimana cuma ada kita tapi kenapa kau berani membawa orang lain. "Sepertinya aku sudah tak mood, lanjutkanlah kalian berdua."

Aku memutar badanku untuk masuk lagi kedalam rumahku.

"Masuk sekarang Win Metawin!"

Nada suaranya meningkat dan itu membuatku ikut kesal.

"Kenapa? Aku bilang aku tak mood! PERGI SAJA KALIAN BERDUA! AKU TAK MAU JADI OBAT NYAMUK!"

Entah ini kesal atau apa tapi yang jelas aku benci saat Bright bersama orang lain selain aku atau teman dekatnya.

"Win Metawin."

"Apa?"

"Masuk sekarang atau kau ku cium sekarang juga."

Aku menyunggihkan senyum sinis. "Kau tak akan berani."

Dan kesalahanku datang lagi ia dengan cepat melepas sabuk pengamannya dan langsung keluar dari rumah menghampiriku, tapi sebelum ia berhasil menangkapku aku langsung naik kedalam mobil. Saat aku di dalam Love menatapku sekilas kemudian menatap kearah luar mobil. "Dasar kekanakan."

Demit cinta sialan.

Selama perjalanan aku harus di suguhi adegan menyebalkan di depan mataku, adegan bagaimana kerasnya seseorang yang terus mengganggu mantannya.

"Bright kha apa kau masih ingat dimana kita dulu berkencan?"

"Tidak, aku sudah melupakannya."

"Bright kha kau ingat kucing yang kita beli dulu sekarang kucingnya sudah besar, Love menjaga kucing dengan baik loh."

"Begitukah? Aku turut senang."

"Kapan main ke rumahku? Apa kau tak mau melihat anak kita noom?"

"Minta izinlah pada dia, jika dia mengizinkannya maka aku akan pergi suatu waktu."

Aku memberikan tatapan kesal padanya kenapa dia harus membawaku kedalam urusan mantannya?

"Kenapa harus aku?"

"Bright kha dia pasti mengizinkannya, besok kerumahku na."

Love merangkul tangan Bright sambil menempelkan pipinya pada tangan Bright. Cukup sudah aku muak.

"Siapa yang bilang aku mengizinkannya? Tidak, dia tak boleh ke rumahmu."

Love langsung menatapku dan memperhatikanku seolah meremehkanku. "Siapa kau berani berkata seperti itu? Pacarnya? Istrinya? Ibunya? Adiknya? Ayahnya? Kakaknya? Bukankan. Jangan bertingkah tolong sadar posisi."

"Aku adalah seseorang yang memegang kendali Bright Vachirawit." Aku tersenyum manis kearahnya.

Aku bisa melihat Bright menahan tawanya tapi aku tak perduli aku hanya ingin menyingkirkan demit cinta ini.

****

Di cafe tersebut tenyata Bright telah menyiapkan hadiah spesial, Love terlihat sangat antusias dan terus menerus bilang pada semua pelanggan di cafe bahwa hadiah itu pasti untuknya.

"Biarkan aku memberikan lagu ini untuk.."

Love terus menerus memberitahukan pada pelanggan bahwa ia akan membawakan lagu tersebut untuknya, aku memalingkan wajah dan terus meminum minumannku.

"Win Metawin."

BRRTTTTTT!

Aku mencoba nahan air yang baru saja akan keluar dari mulutku, lagu? Untukku? Aku menatap kearah Bright dan ternyata ia melakukan hal yang sama seperti ku.

Dia bukanlah segalanya bagiku hingga dia bukan apa-apaku

Aku menatapnya dari mejaku.

Dan tuk mengatakannya tidaklah mudah bagiku

"cih, kau bahkan sudah mengklaim aku sebagai istrimu secara sepihak."

Tapi karena kini dia tlah pergi, hatiku merindukan sesuatu

"Bahkan kau tak pernah membiarkanku pergi darimu."

Maka inilah saatnya kukesampingkan harga diriku

Aku tersenyum.

Karena kau adalah, kau adalah
Kau adalah segalanya bagiku

Jantungku berdetak 2kali lebih cepat lagi, aku terus memperhatikan Bright, mataku seolah terkunci dan hanya bisa melihat kearahnya.

ผมรักคุณ (Love Pattern) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang