Chap 5.

2.8K 307 13
                                    

Banyak yang bilang saat kau di sukai seseorang kau akan merasa bahagia, ada yang bilang juga saat kau menyukai sesuatu kau ingin memilikinya. Aku tak merasakan kedua hal itu sekarang, tapi aku bisa dengan jelas tau bahwa aku tak mau dia pergi jauh dariku. Aku yakin dia pasti pake pelet.

Aku menatapnya yang kini duduk di depan klub gitar, ia terlihat tenang dengan semua petikan gitar yang ia keluarkan. Aku tak pernah membencinya, tapi aku juga tak bilang aku menyukainya. Aku hanya terbiasa dengannya. Semenjak insiden di cafe beberapa minggu lalu sikapnya padaku lebih over dan menyebalkan, dan aku malah terbiasa dengan semua hal yang dia lakukan terhadapku. Bright Vachirawit aku berharap kau adalah seseorang yang aku cari selama ini.

"Apa yang kau lihat?"

Aku menoleh ke sampingku dan melihat Bright sudah duduk di sampingku. "Tidak ada."

"Apa menurutmu tadi aku bagus?"

Aku menghela nafasku. "Apa kau berniat menyombongkan diri padaku?"

Dia tersenyum sambil mengangkat bahunya acuh, kegiatan klub kali ini berjalan dengan tenang karna green tak masuk dan hubunganku dan Bright juga sudah tak seburuk itu lagi. Aku dan dia berjalan menuju mobilnya, bukan aku yang meminta tapi dia yang memaksa mau menjadi supir pribadiku. Apa kita pacaran? Tentu tidak. Aku dan dia tidak dalam hubungan apapun, mungkin dia sering bilang kalau aku dan dia adalah suami istri atau apapun percayalah tidak ada satu katapun yang dia ucapkan untuk memintaku menjadi istri atau pacarnya.

"Kenapa kau melamun?"

"Belikan aku sesuatu, aku ingin belanja." Aku menatap keluar mobil melihat langit yang cerah.

"Baiklah kita akan ke siam."

Aku buru buru mengalihkan pandanganku padanya. "Hah? Tidak - tidak kita pulang saja, aku tak punya uang aku hanya bercanda paham."

Tapi Bright tetaplah Bright dia masih membawaku ke siam, di sana yang ia lakukan hanyalah mengikutiku ku seperti anak ayam. Aku juga tak menyangka kalau ia adalah orang yang kaya, setiap aku menunjukan sesuatu ia akan masuk ketokonya dan langsung membelinya.

"Hoi, apa harus kau membelikanku semua yang aku tunjuk?"

"Tentu, apapun yang membuatmu senang, apapun yang kau sukai, aku harus senang dan menyukainya. Begitulah cara suami istri berhubungan."

Aneh kita tak sedang berlarian, tapi jantungku bisa berdetak lebih cepat sekarang. "Terserah."

"Bright!"

Kami berdua menolehkan wajah dan melihat seorang gadis cantik yang mulai mendekat kearah kami, aku tak bisa berbohong ia memang cantik, apa ia mantan pacar bright? Dan mataku membelalak seketika saat ia dengan tenang memeluk dan mencium pipi Bright. Lagi lagi jantungku berdetak lebih cepat, tapi bukannya bahagia yang aku rasakan sekarang hanyalah sesak. Apa aku asma?

"Apa yang kau lakukan disini bright?"

Bright terlihat ikut tersenyum. "Aku berbelanja."

"Aku tak tau kau suka berbelanja, dulu saat kita berpacaran kau bahkan tak mau ikut saat aku memintamu mengantarku belanja." Gadis itu terlihat bingung.

Saat itu juga Bright menatapku, aku segera mengalihkan pandanganku darinya. Aku benci situasi ini.

"Siapa dia Bright? Temanmu?"

Meski aku tak menatapnya aku berharap Bright mengatakan bahwa kita lebih dari -

"iya, Teman."

Terserahlah, aku muak dengannya.

Aku berjalan menjauhi mereka berdua, jika aku penting baginya mungkin dia akan datang dan mencariku tapi ternyata dia tak datang bahkan untuk mengirimu pesan atau apapun tidak. Aku menaiki bus untuk mengantarku pulang, sepanjang perjalanan yang aku lakukan hanya menyenderkan kepalaku pada kaca bus. Kenapa aku harus merasa kesal melihatnya bersama gadis itu? Kenapa aku tak nyaman saat ia lebih memperhatikan orang lain dari pada aku? Aku menghela nafas mencoba menenangkan fikiranku.

"Aku membencimu Bright Vachirawit."

****

"Win kenapa temanmu jarang kesini? Apa kalian bertengkar?"

Aku mengangkat bahu malas untuk menjawab pertanyaan ibuku.

"Dengar Win, di setiap hubungan pasti ada cekcok atau apapun tapi di balik itu pasti akan ada akhir yang bahagia luk."

Aku menatap ayahku. "Kami tidak dalam hubungan apapun pho. Aku sudah pernah bilang padamu."

Aku menunduk dan hanya mengaduk makanan yang ada di depanku, kenapa aku merindukan manusia menyebalkan itu?

Hari ini aku datang ke universitasku menggunakan sepedahku lagi, saat sampai di parkiran hal yang menyebalkan terlihat di depan mataku. Itu dia manusia yang terus berkeliaran di kepalaku dia ternyata datang dengan gadis itu.

"Pada akhirnya aku hanya pelampiasan, hah menyedihkan. "

Aku segera berjalan dan masuk kedalam fakultasku, setidaknya kami tidak akan bertemu saat jam pelajaran. Tapi sialnya hari ini klub gitar di minta berkumpul oleh p'Dim, aku duduk di antara Saint dan Tommy karna aku tak mau berdekatan dengan Bright. Aku bisa merasakan seseorang terus menatapku tapi aku tak peduli, dialah yang mengacuhkan ku duluan.

"Baiklah tanpa memperpanjang waktu yang aku ingin katakan adalah akan ada acara open house di universitas kita 2 minggu lagi, aku ingin kalian tampil di acara itu dan sebelum itu aku juga ingin kalian menunjukan bakat kalian dalam bergitar. Cari pasangan kalian dan pergi pada Air untuk yang sudah memiliki pasangan."

Mati aku.

Aku menatap tommy dengan mata memelasku. "Maafkan aku Win tapi aku sudah memiliki pasanganku."

Aku berbalik menatap Saint. "Aku juga akan berpasangan dengan p'Zee. Maafkan aku teman."

Aku menggeram kesal.

"My prince, apa kau sudah memiliki pasangan?"

Aku melihat Green yang entah dari mana datangnya kini sudah duduk di belakangku. "Belum."

Kulihat dia terlihat senang. "Kalau begitu berpasanganlah dengku na ja.."

Apakah di klub ini tak ada manusia lagi selain dia yang mengajakku untuk berpasangan? Kenapa hidup ini menyebalkan. "Ba-"

"Dia sudah berpasangan dengaku."

Aku menolehkan wajahku dan melihat Bright berdiri tak jauh dariku. "Siapa yang bilang aku mau berpasangan denganmu?"

"Aku sendiri."

Aku berdiri dan berjalan kearahnya. "Jadi apa aku bilang mau? Tidak."

Aku berjalan meninggalkannya, aku tak perduli siapa pasanganku itu akan lebih baik Green dari pada dia. Aku berjalan tergesa kearah sepedahku dan saat aku hendak mengayuhnya dia muncul lagi didepanku.

"Minggir."

"Tidak."

"Minggir atau aku tabrak?"

"Tabrak saja."

Mati saja kau. "Apa mau mu sebarnya?"

"Kita berpasangan."

"Tidak."

Bright terlihat mulai kesal denganku tapi aku tak perduli.

"Sebenarnya kau kenapa?"

"Tidak ada."

"Apa karna Love?"

"Siapa Love?"

"Mantanku."

"Oh."

Bright mendekat kearahku dan langsung menangkup pipiku. "Kau cemburu?"

Aku menatap datar pria di depanku. "Tidak."

Kenapa aku ingin sekali memukul wajah datarnya, oh astaga.

"Baiklah terserah, mau tak mau kau tetap akan jadi pasanganku. Aku sudah mendaptarkan nama kita pada Air."

Hah?

Aku melihat bright yang kini berjalan masuk kedalam mobilnya, aku mengerjapkan mataku dan baru paham saat ia meninggalkanku.

"BRIGHT VACHIRAWIT ENYAH SAJA KAU DARI MUKA BUMI INI, AKU MEMBENCIMU."

ผมรักคุณ (Love Pattern) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang