1. Nina's Seatmate

49 5 0
                                    

Nina berjalan pelan menyusuri koridor lantai 4. Matanya fokus mencari ruangan tempatnya berada. Ruangan 6.

Hembusan nafas lega keluar dari bibir tipisnya saat melihat sebuah pintu. Ruangannya.

Dia melirik sekilas arloji pink miliknya. 06.25 AM.

Kepalanya menyembul masuk, mengintip sedikit kedalam melihat seberapa banyak murid yang telah tiba.

Baru ia menghembuskan nafasnya lega, seseorang mengejutkannya.

"Ngapain lo disini?" tanya seseorang dari belakang membuatnya tersentak.

"Eh bang-" umpatannya terhenti saat ia berbalik. Matanya langsung bertemu dengan mata coklat terang lelaki didepannya.

Sejenak ia terpana, namun kesadarannya kembali bersamaan rona dipipinya.

"Gue ganteng, ya?" ujar lelaki itu dengan pedenya.

"Apaansih," sahut Nina ketus. Padahal dalam hati dia ketar-ketir melihat cogan.

Berusaha tak menghiraukan cogan dibelakang, Nina berjalan masuk mencari tempat duduk dan langsung duduk begitu menemukannya.

Matanya melotot kaget melihat lelaki tadi berjalan kearahnya sembari tersenyum kecil.

Anjing, ganteng!

"Kita satu meja ternyata," celetuknya dan Nina tak menghiraukan itu. Dia berpura-pura acuh dengan mengeluarkan buku beserta alat tulisnya kemudian membaca buku yang mapelnya kini diujikan.

Sempat-sempatnya Nina melirik lelaki itu yang kini berjalan menuju teman-temannya.

Cogan juga gila!

Menetralkan detak jantungnya, Nina berusaha fokus pada bukunya.

Tak lama kemudian, Irma-salah satu temannya muncul dan duduk di bangku depannya.

"Lo udah liat temen sebelah lo?" Nina mengangguk lesu. Ia meletakkan bukunya kemudian bertopang dagu menghadap Irma.

"Ganteng banget. Gue enggak kuat." katanya sedih.

Irma cekikikan. "Mana sih? Gue mau liat. Temen sebelah gue kok belum dateng, ya?"

"Kalo gue kasi tau, lo jangan nengok, ya," Irma mengangguk.

"Yang duduk dimeja. Kakinya dikursi. Alisnya bagus, matanya coklat terang, kulitnya putih." Bisik Nina pelan sembari melirik ke bangku seberang.

Saat melirik ke arah yang Nina beritahu, pandangan Irma seketika berbinar. "Buset ... jelek gitu," pandangannya berubah menjadi malas. Yang tadi hanya acting.

Nina mendesah keras. Ia meluruskan tangannya kemudian meletakkan kepala di atasnya. Posisinya yang memang berada dipojok sangat menguntungkan kali ini karena dia bisa sepuasnya menatap tembok. "Itu ganteng namanya, Irma. Coba, deh, lo liat alisnya. Bagus banget sumpah. Jambulnya juga. Pengen gue pegang rasanya, tuh, rambut." Nina menggeleng membayangi hal itu.

Iya deh, terserah lo. Oh, iya. Gina sama Amy ruangan sebelah ya?" Tanya Irma.

"Iya. Mereka, kan absennya di bawah." setelah Nina mengucapkan itu, tak ada lagi pembicaraan di antara keduanya. Nina sibuk dengan fikirannya bersama tembok hingga ia tak sadar bahwa kursi disebelahnya sudah terisi oleh pemiliknya.

For your information, Nina memiliki 3 sahabat di kelasnya. Selama ini, Nina hanya cocok dengan mereka. Kalau yang lain, kurang menurutnya. Akrab, sih, iya, cuma kalo bercanda kadang terasa canggung.

Yang pertama ada Gina. Bukan teman duduknya, Amy atupun Irma. Dia duduk di depan Nina, dan dibelakang Amy. Meskipun bukan sebangku di kelas, mereka kerap hangout bareng, ke kantin bareng dan melakukan apapun bareng-bareng.

CINLOKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang