2. Damn Ken!

13 5 0
                                    

Nina terus menggerutu sepanjang istirahat kedua. Masih di hari pertama, Ken berhasil membuat kekesalannya memuncak sepanjang ulangan Bahasa Indo.

Irma yang disebelahnya tak heran melihat Nina yang begitu. Kalaupun dia menjadi Nina, Irma pasti melakukan hal yang sama.

Nina mendudukan bokongnya di kursi kantin. Mereka hanya berdua, Gina dan Amy sudah duluan katanya.

"Sejak kapan sih Ken jadi nyebelin gitu? Kesel gue dipanggil Karantina terus-terusan." curhatnya dan mengundang kekehan Irma.

"Setiap hari juga nyebelin kali,"

Nina menutup wajahnya menggunakan tangan ketika mengingat kembali kejadian tadi. Membuatnya kesal sekaligus malu disaat bersamaan.

"WOY, KARANTINA!" seru Ken tepat disamping telinga Nina.

Nina tersentak. Tangannya refleks memukul Ken yang ada disebelahnya. Tanpa sadar kertas yang berisi tulisan yang ia buat tadi terlepas dari genggamannya.

"Udah gue bilang nama gue Karanina, Ken. Bukan KARANTINA. Berapa kali sih harus gue ingetin hah?!? Apa perlu gue beli cotton bud sekarang juga, terus gue kurek tuh telinga lo ampe yang paling dalem??" Cerocos Nina kesal.

Bukannya takut, Ken malah terkekeh. Membuat Nina kesal menjadi salah satu hobinya. Ia mencondongkan telinganya ke arah Nina.

"Nih, silahkan."

Pletak

"Aww.." ringis Ken satt telinganya malah disentil oleh Nina.

"Jahat lu, Nin."

Nina memeletkan lidahnya mengejek. "Bodo,"

"Ekhem.." dehem Ken dengan sebuah note ditangan sekaligus tatapan menggodanya.

Nina terbelalak. "SEJAK KAPAN KERTAS GUE DI ELU KENN?!"

Dengan segera, Ken berlari ke depan kelas. Kemudian mengangkat kertasnya tinggi-tinggi di hadapan teman sekelas dan kakak kelasnya.

Seolah tak punya malu, Nina ikut-ikutan berlari ke depan kelas dan berusaha menggapai kertas miliknya.

"KEN! BALIKIN!" teriak Nina yang tidak digubrisnya.

"Dear, kakak ganteng,
Kakak pake guna-guna ya sampe bisa bikin gue terus mikirin kakak?
Enggak belajar, enggak ulangan, kakak terus yang gue pikirin,"

Baru 3 baris yang Ken baca, namun tawanya tak bisa dibendung.

"WUAHAHAHA. Gini, nih. Orang sok puitis giliran bikin kata-kata jadinya malah kaya tai dicampur tai lagi. Bikin eneg. Hahaha..."

Wajah nina memerah menahan malu sekaligus kesal. Ia melirik sekilas ke arah Veron yang menatap minat ke arah mereka. Ah, lebih tepatnya si Ken yang membawa kertasnya.

Dengan sekuat tenaga, Nina mencubit perut berotot Ken hingga Ken meringis dan kertasngmya kembali jatuh ke tangannya.

"Ciee.. Nina," goda Elena-salah satu temannya- dengan tatapan menggoda.

Nina salting. "Ah, Elena mah.." kata Nina malu-malu. Irma sudah terbahak di depannya.

Untung Pak Lamqi segera hadir, kalau tidak sudah habis Nina menahan malu di depan kakak kelasnya.

Puas menutup wajahnya dengan tangan, Nina mendongak.

"Kak Veron kok enggak ke kantin, sih?" Irma mengedikkan bahunya acuh. Sembari memakan snacknya yang terasingkan, Nina membaca materi yang sebentar lagi diujikan. Sejarah Indonesia.

CINLOKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang