3. Beautiful morning

10 5 0
                                    

Nina turun dengan riang. "Pagi, ma," sapa Nina pada mamanya yang sibuk mengolesi selai di atas roti.

Cup

Nina mengecup sekilas pipi Nissa sebelum duduk di tengah-tengah abang dan adiknya.

"Papa enggak dicium juga, nih?" Nathan bertanya dengan nada merajuk.

Nina terkekeh kecil. Ia bangkit kemudian menghampiri Nathan, memeluknya sekilas kemudian memberi kecupan pada pipinya. "Pagi, papanya Nina yang paling ganteng."

Semua yang berada disana tertawa kecil. Nina kembali ke tempatnya. Ia menepuk pelan bahu milik abang dan adeknya.

"Aw.." ringis Leo, adik laki-lakinya yang baru masuk SMP.

"Jangan sentuh-sentuh. Nanti virus lo nular ke gue." ujar Nanta --abangnya dengan jijik.

"Ihh... Cemen banget jadi cowok. Baru juga pelan," Nina mencibir pada Leo. Sedangkan dia semakin merapatkan kursinya pada Nanta sebagai balasan.

"Kakak mukulnya kekerasan tau." balas Leo tak mau kalah.

"Pelan kok,"

"Keras!"

"Pelan!"

"Mana ada. Keras gitu kok." Balas Leo yang sedang menatap Nina sengit.

"Kamu aja ya-" ada yang heran kenapa Nina memakai aku-kamu dengan adiknya sedangkan pada abangnya tidak? Itu karena Nissa yang meminta. Nissa menyuruhnya lebih sopan dikit pada Leo karena masih kecil, sedangkan Nanta dia terlalu keras untuk disuruh, akhirnya Nina mengikuti panggilan lo-gue pada Nanta.

"Diem duh. Abang enggak bisa makan dengan tenang, nih." Potong abangnya, Nanta dengan kesal. "Nin, jauhan sana! Ngapain sih deket-deket?" tambahnya lagi dengan jengah. Mendengar suara kaleng rombeng milik Nina di pagi hari ibarat a nightmare.

Nathan dan Nissa menggeleng kecil melihat perdebatan kecil mereka. Tidak ada niat untuk menghentikan perdebatan kecil itu, karena bagi mereka dimanapun tempatnya tidak masalah jika masih dalam tahap yang wajar.

Nina memicing. "Tadi malem Leo jalan sambil tidur ke kamar lo, ya bang? Kok lo jadi ketularan dia? Dramatis banget."

Nanta mendengus sebal. Dia mengacuhkan ucapan Nina yang satu itu, namun tampaknya Leo kembali murka dengan Nina.

"Kakak! Kakak tuh yang drama!" Protesnya namun hanya ditanggapi dengan tangan yang membentuk V oleh Nina. Berusaha mengalah. Barang semenit.

"Ma, Nina mau lauknya di bekelin terus banyakin. Hehe..."

Nissa menoleh. "Iya, sayang. Leo mau bekel juga?"

Leo menggeleng. "Enggak ma. Leo mau beli di kantin aja. Si keriting ngejek Leo nanti." balasnya membuat semua terkekeh.

"Si keriting? Kenalin dong ke kakak." Celetuk Nina. Sudah dia katakan, kan? Semenit.

Leo menyerinyit tak suka. "Buat apa?"

"Buat bully kamu bareng-bareng. HAHAHA..." Nina tertawa puas. Tangannya sampai memukul meja saking lucunya.

Leo dan Nanta memandang malas Nina yang seperti itu.

"Nina, jorok ih. Muncrat ke gue liur lo." Kata Nanta jijik. Dia mengelap tangannya yang terkena tumpahan liur Nina.

"Ah elah, bang. Udah kayak Leo aja lo," Nina mencibir namun tak digubris Nanta.

"Ayo Leo! Papa udah selesai makan." Ajaknya pada Leo yang kini sudah siap di sebelah Nathan. Nanta pun sama, ia sudah bangkit mengambil tas di sofa bersiap pergi.

CINLOKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang