Kecelakaan!

618 60 1
                                    

"Der, kan hari ini mos terakhir, abis mos lu ada acara, nggak?" tanya Ayudia antusias sambil loncat-loncat.

"Kerasukan setan mana lagi lu? ...
gua abis selesai mos nggak ada acara, emang kenapa?" Derrel masih terus berjalan menyusuri lorong menuju kelas.

"Nanti bisa jemput gua, nggak? dideket gudang basket," Ayudia kini memasang wajah memelas tingkat akhirnya. Itu dapat terlihat dari matanya yang membuka lebar, bahkan air matanya pun sedikit keluar.

"Iya-iya, tapi lu ngapain disana, kok gua disuruh jemput lu disana?" Derrel menatap heran Ayudia, Ayudia terlihat gugup dan gemetar.

"Eum, pokoknya penting, gua harus buru-buru ke kelas ya, tugas belum selesai," Ayudia pun lari meninggalkan Derrel. Saat langkah kaki Ayudia menyentuh ujung pintu kelas, wajah seringaiannya sudah tidak bisa ditahan, bahkan ia sempat tertawa jahat.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
"Dia nyuruh gua jemput disini, tapi nggak ada siapa-siapa?" Derrel bergumam, pasalnya ia sudah 15 menit menunggu didepan gudang basket, tapi tak terlihat aura gila temannya, Ayudia.

"Apa jangan-jangan ini akal-akalan si Sapi, dia niat jailin gua, sialan!" Derrel memukul pelan pintu gudang basket. Pintu gudang basket yang terbuat dari besi membuat bunyi terdengar keras.

Dak

"Aduh! basket siapa sih nih?!" amuk Derrel memukul keras pintu tadi.

"Rian! Cinderella lu disini nih," ucap Dimas saat mau mengambil bola basket.

"Lu yang ngelempar bola basket, ya?!" teriak Derrel sambil menunjuk Dimas, Dimas hanya berbalik menunjuk dirinya sambil mengangkat sebelah alisnya.

"Dim, lu main aja sana biar gua yang urus," Rian datang dengan kaus oblong tanpa lengan dengan tubuh peluh keringat.

"Oke," Dimas hanya memberi jempol lalu berlari kembali ke lapamgan basket.

Rian melangkah pelan mendekati Derrel, langkahnya sangat pelan, tempat ini juga sangat sunyi, kini Derrel dapat mendengar degup jantungnya sendiri, semakin mendekat Rian, semakin cepat degup jantungnya berdetak.

Ngapain nih cowok?!

"Ma-mau ap-"

Tep

"Gua minta maap, tadi yang ngelempar gua," Rian menahan tangan Derrel dengan satu genggamannya, kini sudah dipastikan wajah Derrel memerah, degup jantungnya sudah tak bisa dikendalikan, ia ingin meledak.

"Biar gua sembuhin," Rian menarik tangan Derrel masuk ke gudang.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
"Mereka ngapain, ya?" Ayudia dari balik tiang tembok mengamati cukup lama sampai mereka berdua yang masuk gudang membuatnya sangat penasaran.

"Nggak tau, gua juga penasaran?"

"Hah?! Lu-" Ayudia terkejut saat menengok kesebelahnya, ke tiga teman Rian juga ikut mengumpat dibalik semak-semak.

"Sstt!" Vicki mendekap mulut ember Ayudia dengan tangannya.

"Lu kalo penasaran diem," Vicki melepaskan tangannya dari mulut Ayudia.

"Kenapa temen lu, si Cinderella bisa ada di depan gudang basket?" tanya Kevin sambil berjalan kebelakang Ayudia.

"Itu rencana gua, gua mau nge-couplein mereka," jawab Ayudia dengan mantap.

"Maksud lu ... nge jodohin mereka gitu," kini Dimas ikut pindah ke sebelah Vicki.

"Ah ... pokoknya itulah, fokus dulu sama mereka," Ayudia mendesah kesal sambik terus mengamati gudang.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
"Nggak usah!" Derrel mengayunkan tangannya membuat tangan Rian yang sedari tadi menggenggam tangannya terhempas.

(Cin)Derrel(la) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang