COUP D'UN SOIR

6 1 0
                                    

Zayn masih setia menunggu Aize hingga tersadar, namun Aize masih belum menunjukkan tanda-tanda kesadarannya. Hari pun berganti, entah sudah berapa lama Aize tak sadarkan diri secara tiba-tiba. Ibu Aize juga sangat terkejut saat mengetahui Aize yang tiba-tiba tak sadarkan diri. Hasil pemeriksaan dokterpun menyatakan bahwa tidak ada hal yang harus dikhawatirkan karna memang keadaan Aize yang baik-baik saja. Bahkan pihak dokterpun tidak mengetahui kenapa Aize bisa sampai tidak sadarkan diri. Zayn masih terus menunggu hingga Aize sadar, namun kali ini mungkin penantian Zayn akan semakin bertambah. Dalam keputusasaannya, ia pergi ke sebuah gereja yang berada tak jauh darisana, berlutut dan mulai berdoa

'Tuhan... Aku tidak menginginkan apapun lagi, aku hanya ingin berdoa untuk orang yang kusayangi saat ini. Suaraku tak tersampaikan padanya, jadi kumohon, Tuhan, sampaikan padanya untuk segera bangun dari tidur panjangnya... Jika... Jika aku mendapat kesempatan kedua, maka aku akan menjaga dia sebaik mungkin, Tuhan... Aku hanya berharap agar doa ini bisa tersampaikan padanya, Tuhan... Tolong kirimkan malaikat penjaga untuknya... Aku... mencintainya...' begitulah doa Zayn

~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

"Aize..." sebuah suara ditangkap oleh indra pendengaran seseorang yang kini hampir tak sadarkan diri. Orang itu mulai mengerjapkan matanya untuk memperoleh kesadarannya

"Siapa?", ucapnya

"Aize..." suara itu terdengar lagi. Orang yang dipanggil itu kini merasa tubuhnya ringan

'Ah... Hangat...', batinnya. Ia mulai merasakan rasa hangat menyelimuti tubuhnya menghilangkan rasa dingin yang menyerangnya tadi. Perlahan tubuhnya seakan terangkat dari kegelapan menuju secercah cahaya yang ada di hadapannya. Namun...

Grep!

Sebuah tangan memegangi sebelah kakinya, membuatnya tak bisa sampai ke cahaya itu

"Aku tidak akan membiarkanmu meninggalkanku sendirian"

"Bukankah kamu yang menginginkan untuk melupakannya?"

"Kamu tidak boleh pergi"

Sebuah tangan nampak meraih tangannya lalu menarik tubuhnya naik menuju cahaya terang itu

~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

"Zayn....", lirih Aize. Zayn yang ada disanapun terkejut lalu langsung menggenggam tangan Aize sambil terus memencet bel. Tak lama kemudian dokter dan perawat datang dan langsung memeriksa keadaan Aize. Tangan Aize masih bertautan dengan tangan Zayn. Zayn pun tak mau melepas genggamannya dengan Aize. Setelah memastikan keadaan Aize baik-baik saja, dokter dan perawat itu meninggalkan Aize dan Zayn.

"Zayn...", lirih Aize lagi

"Iya?", jawab Zayn. Ia meneteskan air mata bahagianya saat mengetahui Aize mengucapkan namnya lagi. Seolah ia terbangun dari mimpi buruknya, kali ini Zayn benar-benar bahagia. Namun yang selanjutnya keluar dari mulut Aize hanyalah tangisan yang membuat Zayn harus memeluknya lebih erat

Keesokan harinya, Aize sudah diperbolehkan pulang. Ia pun pulang dari rumah sakit bersama Zayn

"Zayn, aku ingin meminta sesuatu", pinta Aize pada Zayn

"Apa itu?"

"Maukah kamu menginap malam ini?"

"Tapi.."

"Aku mohon, Zayn. Aku hanya tinggal berdua dengan ibuku, dan ibuku sedang pergi ke rumah nenekku. Aku kesepian, Zayn...", mohon Aize. Akhirnya Zayn mengiyakan permintaan Aize

TROUVEZ-MOI DANS VOTRE MÉMOIRETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang