6

852 107 0
                                    

Enjoy the story:)
.

.

.

.

Seperti dugaannya, apartmen ini lumayan luas. Semua rata-rata didominasi warna krim dan abu-abu.

"Kau tidur di sini. Ini kamar tamu. Semua pakaian ada di dalam. Pakai saja, masih baru." Sementara itu, Jungkook menatap Taehyung sampai pria itu menghilang di balik pintu yang ia yakini kamar nya.

Menghela nafas sebentar kemudian masuk dan mencari beberapa pakaian. Sayangnya semuanya kebesaran untuk nya. Mau tak mau ia memakainya. Menggambil sebuah handuk putih kemudian menuju ke kamar mandi yang tepat berada di depan kamarnya.

Tak perlu waktu lama, Jungkook sudah menyelesaikan mandinya. Kini perut nya meronta minta di isi. Dari tadi pagi ia hanya makan roti dan secangkir coklat panas saja.

Melirik kamar Taehyung sebentar. Jungkook mengira Taehyung sudah tidur. Jadi ia langsung menuju dapur saja.

Membuka kulkas dan mata nya berbinar menemukan banyak sekali bahan makanan di dalamnya. Dalam hati bertanya-tanya. Apa pria gila ini bisa masak?

Jungkook mengambil setoples sayur kimchi yang sudah jadi. Ia berniat membuat nasi goreng saja. Lagian ini sudah jam 8 malam.

Taehyung yang sedang asik berkutat dengan berkas dan laptop nya sedikit terkejut mencium bau masakan yang begitu wangi. Ia yakin buntalan kelinci itu sedang memasak sesuatu.

Memilih meninggalkan pekerjaan nya kemudian bangkit menuju dapur.

"Untuk ku?"

Jungkook sedikit tersentak kala Taehyung berbicara tiba-tiba. Astaga, Jungkook saja tak mendengar kapan pria itu berjalan kemari. Memilih mengangguk sebagai jawaban. Ia malas berbicara sekarang.

Taehyung tersenyum kecil kemudian duduk di meja bar sembari memperhatikan Jungkook yang sedang menata nasi goreng tersebut ke dalam piring.

Dan setelahnya mereka makan dalam keheningan. Dengan Jungkook yang pertama selesai dan berakhir Taehyung yang menyuci piringnya.

Hari semakin larut. Tapi Jungkook belum sama sekali memejamkan matanya. Ia masih penasaran dengan pria itu. Kenapa ia berubah secepat itu? Dari menyeramkan. Dan menjadi baik seperti ini? Ah bukan baik tapi menyebalkan.

Tapi Jungkook tersenyum mengingat nya terus.

"Aku kenapa sih!" Menutup wajahnya dengan bantal.

Kemudian ia bangkit dan menatap jendela kamarnya. Lampu-lampu dari pemukiman menghiasi gelapnya malam.

Ia masih memiliki tekat sebenarnya untuk menjelajah lebih jauh lagi. Mungkin lain waktu. Hujan yang sedari tadi mengguyur sudah berganti gerimis. Walau masih ada kilat petir yang sesekali menyambar.

Baru mengenal Taehyung, tapi kenapa rasanya ia sudah kenal lama dengan pria gila itu?

Terlalu larut dalam suasana tiba-tiba saja kantuk mulai menguasainya. Dan Jungkook akhirnya terlelap.



















"Taehyung. Target kita berikutnya adalah orang ini." Namjoon memperlihatkan foto yang sedari tadi ia genggam. Memperhatikan bagaimana raut sahabatnya ini berubah menjadi pucat.

"Tidak. Apa tidak ada yang lain?" Gelengan di dapat.

"Dia satu-satunya putra dari keluarga Jeon. Jadi, tinggal di tembak dan selesai kan?" Taehyung tak menjawab. Ia memilih pergi dari sana dari pada harus membicarakan hal yang tak penting untuknya.

"Ingatlah Taehyung. Ini perintah ayah mu. Kau tahu akibatnya nantikan, jika menolak?" Namjoon masih berusaha meyakinkan Taehyung tapi tak dianggap sedikitpun. Namjoon tersenyum tipis memandang sosok baik sahabatnya.

Dilain sisi, Taehyung duduk terdiam di dalam mobil mewahnya memikirkan hal yang dikatakan Namjoon.

Apa ia harus melakukannya? Sepertinya tidak. Usahanya akan sia-sia jika melakukan tugas yang satu ini. Sungguh ia tak mau menjadi pembunuh kalau bukan ayah nya yang memaksa. Ia sungguh benci hal itu.

Ayahnya hanya mementingkan harta, harta, dan harta. Sedangkan dirinya? Mungkin dijadikan sebagai alat. Memuakkan. Mengacak surainya frustasi sebelum sebuah panggilan ia dapat.

"Tuan Kim. Rapat akan dimulai 20 menit lagi."

Dan sialnya ia melupakan jika ia masih ada urusan lainnya. Menutup telfon nya sepihak melempar asal ponselnya. Kemudian  melajukan mobilnya membelah jalanan kota yang begitu padat.












Jungkook terbangun pukul 8 pagi dan saat ia keluar, tak ada siapapun. Apa Taehyung pergi? Baguslah. Itu artinya ia bisa keluar dari sini. Memilih masuk ke kamarnya, membereskan semua barang yang kemarin ia bawa. Kemudian menuju kamar mandi untuk menyegarkan diri.
















"Akhirnya rumah ku." Menyerer tasnya masuk dan lagi-lagi keheningan ia dapat. Sepertinta bibi choi sedang kepasar. Karena ini hari sabtu. Jungkook membuka pintunya dengan kunci nya omong-omong.

Ia tadi berjalan kaki untuk sampai di sini. Lumayan juga.

Segera menuju ke kamarnya. Dan mengecek ponselnya.

"Astaga aku baru sadar Bambam menghubungi ku 109 kali." Terkejut kala mendapati begitu banyak miss call dan spam chat dari sahabatnya itu.

"Bam--

"KAU KEMANA SAJA! ENAK SAJA MENGHILANG BEGITU SAJA TANPA MEMBERI TAHU KU. TIDAK BIASANYA KAU BEGINI. AYO CERITA PADA KU! ADA APA!"

Benar dugaannya. Sedikit meringis dan menjauhkan ponselnya dari telinganya. Karena sungguh suara tersebut sangat besar. Ia merasa tak enak pada Bambam sekarang.

"Maaf Bam. Ceritanya sangat panjang."

"Tadi pagi aku juga mengunjungi mu tapi bibi choi bilang kau belum pulang. Kemana saja sih!"

"I-itu sudah ku bilang ceritanya panjang sekali. Begini saja. Datanglah ke rumahku nanti."

"Baiklah. Kau harus ceritakan semuanya padaku. Dan jangan lupa siapkan cemilan." Jungkook mendengar kekehan dari sebrang sana. Ia memutar bola matanya malas kemudian memilih mengiyakan saja dari pada ia menerima teriakan lagi.












Tbc

Jangan lupa voment:"
Sampai jumpa next chap:"

HIDDEN INSIDE || Taekook✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang