Kisah Andra

77 5 0
                                    

"Ulya!"

...

...

...

"Ulya! Hoi!" Seru seseorang menepuk keras bahuku.

Aku pun menoleh sembari melepaskan headset yang menyumpal telingaku sedari rumah tadi.

"Ya, mas Farrel. Ada apa?" Ucapku santai dengan cengiran.

"Dari tadi di panggil gak nyaut. Ternyata headset-an kamu" Mas Farrel mendengus geli.

"Hehe, iya nih mas. Ngapalin lagu buat kolaborasi sama temen" jawabku geli.

"Oh! Pinter nyanyi to koe?!" Tanya mas Farrel bersemangat. (Oh! Pintar menyayi kamu?!)

"Iyo mas. Alhamdulillah" ujarku tersenyum tipis. (Iya, mas. Alhamdulillah)

"Oh iya! Sampai lupa! Anu, ayok makan bareng di warung g*c**n! Aku belum pernah nyoba, kemaren nyoba punya temen sedikit enak banget!" Jelas mas Farrel panjang lebar.

"Hlo? Kok ngajak saya mas? Gak ngajak pacarnya aja?" Tanyaku sembari mengangkat sebelah alis.

"Gak punya pacar Ul. Aku jomblo kok. Santuy" jawabnya songong.

Yeu, dasar laki ngalus semua!

"Gak deh mas, saya udah banyak kali makan disana. Udah gak mau lagi. Lagian lagi bokek nih haha" celetukku garing.

"Yahh. Aku bayarin deh" dia masih ngotot rupanya.

"Eh, eh gausah mas. Mending ajak riska temen saya. Katanya dia juga lagi pengen. Tuh orangnya" aku menunjuk seorang manusia yang duduk di bangku semen depan kelas.

"Tapi kan aku maunya bateng kamu Ul" ujarnya memelas.

"Duh, gimana ya mas. Yaudah, saya pikir pikir dulu ya? Tapi kayaknya saya tetep ga bisa deh" ujarku meyakinkan.

"Yaudah. Ku tunggu kabar baik ya Ul! Thanks! Dadah!" Ujarnya berlari menjauh dariku.

Aku hanya bisa geleng geleng kepala. Perasaan aku ini cuma siswi biasa -bahkan sangat biasa. Kenapa bisa dideketi cogan cogan sih?

Astagfirullah aku.

Melupakan cogan f*ck boy macam mereka, aku melangkahkan kaki menuju Riska sembari memakai lagi headset ku.

***

"Andra!" Aku berteriak keras hingga menyebabkan beberapa anak yang ada di koridor sekitaran ruang ruang ekstrakulikuler melihat ke arahku. Aku sih bodo amat.

"Eh? Ada apa Ul?" Tanya Alfian yang langsung menoleh ke arahku.

Aku masih berjalan mendekat padanya yang duduk di depan ruang ekstrakulikuler olahraga bersama teman teman futsalnya.

"Di cari Umi Riris, disuruh setor hafalan" ucapku santai ketika sudah jarak 1 meter darinya. (Umi : guru perempuan mapel agama Islam di sekolahku)

"Oh iya! Lupa hehe. Yaudah ayok anterin!" Sahutnya sembari bangkit dari duduk.

"Yah Al! Kan belom beres masalahnya!" Ucap salah seorang teman futsal Andra yang aku ketahui bernama Agus.

"Nanti aja! Umi kalo marah serem tau!" Ujar andra ketus seraya mengisyaratkan kepadaku untuk ikut dengannya.

"Yaaahhh" koor anak anak futsal dengan kecewa.

Mendengar itu, aku hanya tersenyum kecip sembari mengikuti langkah lebar Andra yang ada di depanku.

***

"Nanti sore makan di warung g*c**n yuk Ul?" Ajak Andra padaku ketika dia sudah selesai dengan setoran hafalannya pada Umi.

Aku menaikkan alisku sembari bertanya, "Memang Pitaloka dimana?" Well, Pitaloka adalah pacar Andra.

"Ga tau deh sama dia. Aku suntuk ama kelakuannya!" Ujar Andra sembari emosi.

"Lah? Kok bisa?" Tentu saja aku terkejut. Selama ini mereka terlihat sangat romantis dan saling menyayangi.

"Kemarin aku lihat dia jalan sama anggota polisi muda di Plaza Lawu!" Ujar Andra nge-gas.

"Yakin? Kali aja itu kakaknya?" Ujarku menenangkan.

"Tapi aku juga pernah liat dia jalan sama mas mas taruna AL loh Ul! Di tempat yang sama!" Ujar Andra yang sudah mulai emosi.

Karena orang orang terlalu kepo, aku menyeret Andra untuk duduk di bangku taman sekolah. Supaya dia tidak marah marah lagi.

"Masa sih ndra? Eh, btw kecilin volume suaramu ndra. Gak enak loh. Tuh liat pada nengok ke sini semua" Ujarku setengah berbisik pada Andra sembari duduk di bangku taman.

"Iya Ul! Udah lah. Pokoknya aku mau putus sama dia!" Andra berkata dengan ketus.

"Ha? Kamu ga nunggu penjelasan dia dulu ndra? Mendingan tunggu penjelasannya dulu deh" Aku mencoba memberi nasihat pada Andra.

"Gak mau ah! Males!" Andra membalas sambil mencebikkan bibirnya.

"Yeu! Kamu mah malesan" sahutku sembari melengos ke arah lain.

Aku melebarkan mataku ketika menangkap seseorang -oh bukan, menangkap kedua insan yang sedang berjalan santai dengan aura pink yang begitu menyala nyala.

Aku langsung menabok lengan Andra dengan kencang.

"Ndra! Ndra!" ujarku setengah berbisik padanya.

"Apasih?! Sakit tau!" Umpat Andra dengan tidak santai.

"Itu tu! Lihat! Arah jam 3!" Ujarku nge-gas padanya.

Andra pun menengok ke arah yang ki sebukan tadi. Sontak saja matanya melebar, bahkan lebih lebar dari mataku tadi.

"What the..." ujarnya tak percaya.

Dia diam, aku pun ikutan diam, sampai dua insan penuh aura pink tadi sudah tak tertangkap pandangan lagi.

"Ndra? Kamu ga papa?" Tanyaku khawatir padanya.

"I..itu tadi," jawabnya dengan linglung.

"Iya, kak Firza sama Pitaloka" Jawabku cepat.

Sontak saja umpatan kasar keluar dari mulut Andra.

eS-eM-A[selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang